Jumat, 24 Agustus 2012

Winter on Summer





Winter on Summer



Author : Ifa Raneza
Cast  : Cheon Ji Hyun (OC), Lee Dong Hae
Genre: Romance, Sad


~**~**~**~


Ini.. musim panas kan?


Satu pertanyaan muncul di dalam benak gadis itu. Matanya tetap menatap lurus ke depan, memandang titik terjauh dari hamparan laut di depan sana yang terlihat hampir tak berujung. Angin laut yang berhembus menerpa wajahnya yang hampir tanpa celah, membuat rambut hitam panjangnya bertiup hingga menutupi sebagian wajahnya. Namun ia tidak merapikan rambutnya, ia tetap menatap lurus ke depan tanpa senyuman, tanpa ekspresi. Bahkan ia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Rasanya hatinya sudah mati rasa saat ini. Sakit yang ia rasakan terlalu sakit, hingga ia tidak dapat merasakan rasa sakit lagi sekarang. Dingin, hanya itu yang ia rasakan. Panasnya terik matahari di musim panas ini tidak dapat menghangatkan kulit pucatnya. Sepertinya musim dingin datang terlalu awal untuk gadis ini.

Cheon Ji Hyun. Gadis itu baru saja menerima kenyataan pahit setelah merajut kasih selama dua tahun bersama seorang namja. Namja yang membuatnya merasa seperti gadis paling beruntung di dunia saat ia menerima pernyataan cinta dari namja itu. Tapi sekarang? Sepertinya ia adalah gadis termalang di dunia.

Ia adalah gadis kedua yang ada di dalam hati namja itu. Itulah kenyataan yang dihadapkan padanya saat ini. Kenyataan bahwa selama ini bukan hanya dirinya yang merajut kasih bersama namja itu. Bukan hanya dirinya yang memegang status sebagai kekasih dari namja itu. Dan… bukan hanya dia yang mendapatkan cinta dari namja itu.

Lee Dong Hae. Dialah namja yang mampu merebut hati Jihyun, dan dia jugalah yang mampu membuat gadis itu jatuh dari langit lapisan teratas ke dalam jurang yang paling dalam. Rasanya tulang-tulang Jihyun telah remuk mengetahui kenyataan itu. Sakit, sakit sekali. Dengan mudahnya Donghae berkata bahwa dirinya saat ini tidak hanya memiliki Jihyun di hatinya, tapi ada seorang yeoja lagi yang memegang peranan penting dalam hatinya.

“Kau bukan satu-satunya gadis yang mengisi ruang hatiku. Cheon Ji Hyun, mianhaeyo..”

Ya, semudah itulah Donghae mengatakan maaf tanpa memedulikan perasaan Jihyun yang sudah hancur tak bersisa. Sedangkan Jihyun dengan tenaga yang tersisa, ia berusaha melebarkan senyumnya di depan kekasihnya itu. Ya, senyum palsu.

“Gwaenchana… Jadi bagaimana untuk selanjutnya?”

“Kau tetap milikku.”

“Arraseoyo.”

“Gomawo, Jihyun-ah..”

Jihyun berucap di hadapan Donghae tanpa getaran dalam suaranya dan tanpa air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Jihyun adalah aktor yang baik, bahkan untuk perasaannya sendiri. Saat di hadapkan pada kenyataan pedih ini pun ia masih bisa menyunggingkan senyumnya. Bibirnya memang tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.

“Gomawo, Jihyun-ah..”

Dan semudah itulah Donghae mengatakan kata terima kasih. Semudah Jihyun menganggapnya sebagai angin lalu. Ia bahkan tidak menyelipkan kata-kata yang dapat menghibur gadisnya itu, meskipun ribuan kata tak akan mampu mengobati luka yang menganga di dalam hati Jihyun.

Jihyun tak habis pikir kenapa Donghae masih ingin melanjutkan hubungan yang bahkan sudah tak bermakna ini. Agar Jihyun merasa dirinya masih berarti bagi Donghae? Omong kosong. Jihyun sudah merasa tak bernyawa lagi saat ini. Tidak untuk nyawa dalam hatinya. Dan tanpa Donghae sadari, pilihannya untuk tetap melanjutkan hubungan mereka perlahan-lahan dapat membunuh Jihyun.

Jihyun mengangkat kepalanya dengan sebagian wajahnya yang masih tertutupi beberapa helai rambut panjangnya. Kaki jenjangnya yang menendang-nendang pelan air laut, berhenti melangkah. Di hadapannya sekarang telah hadir sepasang kekasih yang sedang bercumbu mesra tanpa memedulikan orang lain yang berlalu lalang di tepi pantai. Ternyata benar, rasa sakitnya tak lagi dapat ia rasakan saat ini. Yah, setidaknya tak sesakit saat ia pertama kali mendengar kenyataan pahit itu.

Gadis itu menarik ujung bibirnya perlahan, tersenyum miris. Ia sedang menertawakan kebodohannya selama dua tahun ini. Menertawakan pikirannya yang mengira bahwa ia adalah gadis paling beruntung di dunia ini. Tapi ternyata? Semuanya adalah salah besar. Lagi-lagi hawa dingin luar biasa menyergap ke dalam dadanya, lalu perlahan-lahan merambat ke bagian tubuhnya yang lain, membuat seluruh tubuh Jihyun serasa membeku. Sekali lagi pertanyaan itu muncul. Ini musim panas, kan?

Semakin lama Jihyun merasa tubuhnya semakin membeku. Apalagi sepasang kekasih di depannya saat ini tak lagi hanya menempelkan bibir mereka, tapi mulai membuat lumatan-lumatan panas hingga terdengar desahan-desahan menjijikkan yang membuat kedua telinga Jihyun memanas. Sesekali yeoja itu mengerang pelan, mendesah, dan menyebut nama namja itu. Ya, namja itu. Lee Dong Hae.

Jihyun melebarkan senyum miris di sudut bibirnya. Ternyata seperti ini kehidupan asmara seorang Lee Dong Hae di belakang Jihyun.


Cheon Ji Hyun, kau bodoh sekali.


Lee Dong Hae, dialah namja yang mampu merebut hati Jihyun, dan dia jugalah yang membuat Jihyun terjatuh dari langit lapisan teratas ke dalam jurang yang paling dalam.


~**~**~**~


“Jihyun-ah!”

Jihyun baru akan melangkah meninggalkan pantai saat suara merdu itu memanggil namanya. Ini saatnya Jihyun memanfaatkan bakat aktingnya dan memasang topeng pada wajahnya. Ia berbalik dan mendapati namja itu berlari-lari kecil menghampirinya.

“Donghae-oppa,” balasnya sambil mengembangkan senyum.

“Kau di sini juga?” tanya Donghae dengan senyum lebar yang kini tampak begitu memuakkan bagi Jihyun.

Jihyun hanya mengangguk.

“Sudah berapa lama?”

“Sejak satu jam yang lalu,” jawab Jihyun seraya mengalihkan tatapannya ke belakang bahu Donghae. Sosok seorang yeoja. “Jadi itu gadismu, Oppa?” tanyanya enteng.

Donghae menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Jihyun. “Ne, dia orangnya.”

Tatapan Jihyun kembali beralih pada wajah Donghae tanpa menghapus senyumannya sesenti pun. “Dia cantik. Kalian cocok sekali,” ujarnya.

Senyuman Donghae memudar, seakan tahu maksud yang tersimpan di balik ucapan Jihyun. Tatapannya menjadi begitu tajam, menusuk langsung pada kedua bola mata Jihyun. “Jihyun-ah…”

“Sepertinya aku harus pergi sekarang,” ujar Jihyun seraya berbalik dan mulai melangkahkan kakinya ke arah mobilnya yang terparkir di bawah pohon.

Ia baru saja membuka mobilnya dan akan masuk saat ia rasakan dua tangan hangat yang melingkar di tubuhnya dari belakang. Tangan ini.. tangan yang dulu selalu ia butuhkan untuk menopang dirinya. Tapi sekarang sepertinya ia sudah tidak membutuhkannya lagi. Ia bisa berdiri sendiri kali ini. Jihyun melepaskan pelukan hangat itu dan berbalik, menatap si pemilik tangan tepat pada kedua bola matanya. Kini sepasang mata itu tidak sehangat tadi, ada sedikit genangan air mata di sana. Sangat bertolak belakang dengan mata Jihyun.

“Jihyun-ah… saranghae…” ucapnya pelan.

Jihyun menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman kecil. Mungkin dulu kata-kata itulah yang membuat hatinya berbunga-bunga dan bergejolak karena senang. Namun sekarang? Hatinya sudah mati rasa.

“Aku tahu,” sahut Jihyun ringan.

Donghae menggeleng, karena bukan itu yang ia maksudkan. Ia benar-benar mengatakannya dengan sungguh-sungguh. “Saranghae… saranghae, Cheon Ji Hyun.”

Kini haruskah Jihyun percaya bahwa kalimat itu hanya Donghae tujukan pada dirinya? Haruskah Jihyun senang karena kalimat itu Donghae lontarkan untuknya? Sama seperti tadi, rasanya sulit untuk tidak menganggap kalimat penuh makna itu sebagai angin lalu. Karena pada kenyataannya kalimat itu juga Donghae tujukan pada yeoja lain, hingga membuat kalimat itu tidak memiliki arti apapun lagi bagi Jihyun.

Perlahan sebelah tangan Jihyun terangkat untuk menyentuh pipi putih Donghae, mengelusnya. Memberikan kehangatan tersendiri pada Donghae, meskipun kini Jihyun merasa seluruh tubuhnya telah membeku. Donghe memejamkan matanya dengan tangannya yang menyentuh tangan Jihyun yang menempel pada pipinya. Ia menikmati, sangat menikmati sentuhan hangat yang Jihyun berikan untuknya. Namun itu hanya sementara, karena pada detik berikutnya tangan Jihyun turun ke bahu Donghae dan menepuknya pelan.

Thanks for your love,” ucap Jihyun dengan senyuman yang menyiratkan kekecewaan pada Donghae. Ia melirik sekilas pada yeoja yang berdiri jauh di belakang Donghae, lalu tatapannya kembali beralih pada kedua mata Donghae. Ia menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba memantapkan hatinya pada satu pilihan, pergi meninggalkan semua sandiwara yang ia lakukan selama ini. “And…” ucapnya menggantung, membuat senyum Donghae kembali memudar secara perlahan. “Lee Dong Hae, let’s break up.”

Sedetik setelahnya, Jihyun merasa hawa dingin yang menerjang seluruh tubuhnya semakin menjadi-jadi, bahkan mampu memutuskan seluruh syaraf yang bekerja di dalam tubuhnya. Sekali lagi pertanyaan bodoh itu muncul dalam pikirannya.


Ini musim panas, kan?



~* * *~

Well… Ini FF terpendek yg pernah aku bikin -__-v muahahaha.. Ini aku bikinnya cuma dlm waktu satu malam, sama kyk My Memories With You.
Makasih udh baca ^^
Jangan lupa leave comment loooh ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar