Title :
Love or Obsession? ––– First Part
Author : Ifa Raneza
Cast :
-Yesung (Kim Jong Woon)
-Park Hye Mi (OC)
-Lee Sung Min
-Leeteuk (Park Jung Soo)
Genre : Romance
Entah
ini udah FF gaje yang keberapa yang udah aku tulis. Dan lagi-lagi aku ambil main
castnya Jong Woon-Hyemi. Tapi ini ceritanya beda kok, gaada sangkut pautnya
sama cerita I’m Sorry Oppa. Ini pure
cerita baru dan pastinya original dari otak pas-pasan(?) aku. Oiya, FF ini juga
tanpa editing ulang, jadi maaf kalo ada kata-kata yang gaje atau typo di
mana-mana -__-v
Okelah,
Happy reading all ^^
***
BRUK!
Tanpa
membantu memungut buku-buku yang jatuh atau sekedar mengucapkan kata maaf, namja itu hanya memandangi yeoja yang ditabraknya lewat kacamata
hitamnya. Tatapan angkuh ia layangkan pada yeoja
bertubuh kecil yang sedang sibuk memunguti buku-bukunya yang berserakan di
lantai sambil sesekali menggerutu pelan. Yeoja
itu bangkit dengan buku-buku tebal ditangannya dan menatap namja itu dengan tatapan tajam.
“Siapa
kau?” tanya namja itu tanpa
melembutkan nada bicaranya yang terdengar begitu angkuh.
“Yaak…
Seharusnya aku yang bertanya siapa kau?!” kata yeoja itu balik bertanya dengan nada tinggi. Tampak sekali namja itu sudah merusak mood-nya.
“Untuk
apa kau tahu namaku?” kata namja itu
disertai dengan seringai yang muncul di sudut bibirnya. Sombong.
Yeoja
itu membulatkan kedua matanya lebar, menatap namja di depannya itu dengan tatapan tak habis pikir. Lalu matanya
mulai memicing dan ia berdesis pelan.
“Baiklah.
Kalau begitu lebih baik setelah ini Tuhan tidak mempertemukan kita lagi. Annyeong!” ujarnya ketus seraya berjalan
melewati namja itu dengan langkah
lebar.
Beberapa
detik setelahnya, setelah yeoja itu
berjalan cukup jauh di belakangnya, namja
itu menoleh ke belakang, menatap punggung yeoja
itu yang semakin menjauh.
“Park
Hye Mi..” gumamnya pelan, menyebutkan nama yang tertulis di salah satu sampul
buku tebal yang berserakan di lantai tadi.
Ia
membuka kacamata hitamnya dan menunjukkan kedua bola matanya yang terlihat
dingin dan menusuk. Sebuah seringai kembali muncul di sudut bibirnya.
“Sepertinya
kau salah sudah mencari masalah denganku,” gumamnya seraya merogoh saku
celananya dan mengeluarkan kunci mobil dengan namanya yang tertera di gantungan
kuncinya.
Kim
Jong Woon.
** ** **
“Haish!
Siapa yang bilang kalau aku akan setuju ikut ke acara itu bersamamu?!” tanya
Hyemi sambil melemparkan tatapan kesal pada Jungsoo yang sedang sibuk memilih
pakaian yang cocok untuknya untuk ke acara pertemuan keluarga.
“Aku
tidak perlu persetujuanmu,” jawab Jungsoo enteng sambil mengambil sebuah dress
putih dari lemari pakaian Hyemi dan melemparkannya pada seorang pelayan di
belakangnya. “Paksa dia memakai pakaian itu. Aku tunggu di mobil,” ujarnya
tanpa memedulikan tatapan mematikan yang Hyemi lemparkan padanya.
“Yaak,
Oppa!” seru Hyemi.
“Saeng-ah!” balas Jungsoo sambil
melemparkan tatapan datarnya yang menurut Hyemi cukup menakutkan. “Cepat
dandani dia,” ujarnya pada pelayan-pelayan yang ada di kamar itu. Lalu sosoknya
menghilang di balik pintu kamar yang ditutupnya.
Setelah
itu, Hyemi harus menambah stok kesabarannya karena ia mulai diseret dan
didandani secara paksa oleh pelayan-pelayannya sendiri. Tujuannya? Untuk
menghadiri sebuah acara pertemuan keluarga dengan keluarga Kim dan Lee yang
merupakan sahabat dari keluarga Park. Ya, tidak ada yang menarik dalam acara
itu. Dan itulah yang membuat Hyemi selalu menolak untuk diajak menghadiri acara
itu.
** ** **
“Jaga
sikapmu di sini. Kau baru pertama kali menghadiri acara ini, kan? Tahun-tahun
sebelumnya kau selalu menolak ketika diajak,” bisik Jungsoo saat mereka mulai
memasuki rumah mewah bercat putih itu.
Hyemi
tidak menyahut, ia hanya memasang wajah datarnya dan menatap Jungsoo dengan
tajam. Ia paling tidak suka dipaksa, dan Jungsoo adalah satu-satunya orang di
keluarganya yang berani memaksanya.
“Jungsoo-ya,
kau sudah datang?” sambut seorang wanita paruh baya dengan gaun birunya yang
membuatnya tampak sedikit lebih muda dari usianya yang sebenarnya. “Apa ini
adikmu?” tanyanya dengan tatapan yang sudah beralih pada Hyemi.
“Ne, Ahjumma. Namanya Park Hye Mi. Maaf, omma dan appa tidak bisa hadir. Mereka masih di luar negeri,” jawab Jungsoo
seraya menyikut lengan Hyemi untuk mengembangkan senyumnya.
Hyemi
memutar kedua bola matanya dan dengan terpaksa ia mulai menarik sudut bibirnya.
Tampak sekali senyumnya sangat dipaksakan, membuat Jungsoo ingin sekali
mencekik adik kesayangannya ini.
“Ah,
selama ini dia tidak pernah ikut ke acara ini, bukan? Selalu kau yang mewakili
orang tuamu, Jungsoo-ya,” ujar wanita itu sambil terus mengulas senyumnya.
“Tenanglah, acara ini tidak akan membosankan seperti kelihatannya,” ujarnya
lagi.
“Tidak
membosankan dari mana,” gumam Hyemi yang tidak dapat wanita itu dengar namun
dapat dijangkau oleh telinga Jungsoo.
Detik
itu juga Jungsoo menyikut lengan Hyemi. “Jaga sikapmu, Hyemi-ah,” bisiknya
dengan penekanan pada setiap kata, menunjukkan bahwa ia tidak main-main dengan
ucapannya.
“Ayo,
masuk. Keluarga Lee juga sudah hadir di dalam,” ujar wanita itu sambil berbalik
dan masuk ke sebuah ruangan di mana keluarga Kim dan Lee sudah menunggu.
“Itu
Nyonya Kim atau Nyonya Lee?” bisik Hyemi pada Jungsoo sementara kaki mereka
masih melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
“Nyonya
Kim,” jawab Jungsoo.
“Hyung!” panggil sebuah suara ringan yang
sangat Hyemi kenal. Ya, suara ini.
“Sungmin-ah!”
balas Jungsoo sambil menghampiri namja
berwajah aegyeo yang sedang duduk di
sebuah sofa di sudut ruangan itu.
“Lee
Sung Min,” gumam Hyemi seraya mengikuti langkah kakaknya dari belakang.
Ia
mengenal Lee Sung Min. Mereka biasa bertemu di kantin kampus setiap jam
istirahat, dan yah.. Sungmin termasuk namja
populer di kampus. Maka mustahil jika Hyemi tidak mengenalinya.
“Kau
datang juga, Hyemi-ah?” tanya Sungmin sambil lagi-lagi memamerkan senyum
manisnya.
Hyemi
hanya mengangguk sambil mengulas senyum singkat. Ia menjatuhkan dirinya di sofa
di hadapan Sungmin. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya
dalam dua jam ke depan di dalam acara paling membosankan ini.
“Mana
Jongwoon?” tanya Jungsoo sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru
ruangan. “Dia sudah pulang dari Tokyo, kan?” tanyanya lagi.
Sungmin
mengangguk. “Ne, mungkin dia masih
siap-siap di kamarnya.”
“Siapa
Jongwoon?” tanya Hyemi yang sedari tadi hanya diam.
“Dia
putra tunggal keluarga Kim,” jawab Jungsoo.
“Ooh…”
gumam Hyemi seraya mengeluarkan ponselnya dan mulai menyibukkan diri dengan
ponsel. Ia tampak sangat tak peduli dengan acara membosankan ini, terlebih pada
namja bernama Jongwoon itu. Mendengar
namanya saja baru kali ini. Jadi apa yang harus ia pedulikan?
“Kau
belum pernah bertemu dengan Jongwoon, kan?” tanya Sungmin tiba-tiba, sedikit
membuat Hyemi tersentak dari kesibukannya pada ponselnya.
“Ah, ne?” tanyanya dengan sedikit gelagapan,
efek dari keterkejutannya.
“Kau
ini, kenapa malah sibuk dengan ponselmu? Kita sedang ada di acara keluarga,
Nona Park,” ujar Jungsoo sedikit kesal dengan sikap adiknya yang terlampau
cuek.
Hyemi
berdesis pelan, lalu tatapannya kembali pada Sungmin.
“Kau
belum pernah bertemu dengan Jongwoon, kan?” tanya Sungmin lagi, mengulangi
pertanyaannya yang belum Hyemi jawab.
Hyemi
menggeleng. “Belum,” jawabnya. “Seperti apa orangnya?” tanyanya.
“Dia
menyenangkan,” jawab Sungmin.
“Dan
sepertinya dia tipe namja yang tidak
kau sukai,” tambah Jungsoo.
“Aaaah…
Dia pasti menyebalkan, bukan?”
“Mungkin..”
kata Jungsoo. Lalu ia bangkit dari duduknya. “Aku ambil minuman dulu,” ujarnya
pada Hyemi dan Sungmin, kemudian berjalan ke salah satu sudut ruangan.
“Ngg…
Sepertinya aku juga sedikit haus, aku ambil minuman dulu,” ujar Sungmin seraya
bangkit dan meninggalkan Hyemi sendirian di sana.
Hyemi
menghela nafasnya pelan, lalu kembali menyibukkan diri dengan ponselnya.
“Well, it’s bored,” gumamnya pada dirinya
sendiri.
** ** **
TOK…
TOK… TOK…
Sosok
seorang namja muncul di balik pintu
berwarna coklat itu. Dilihat dari raut wajahnya, namja itu terlihat marah atau kesal karena kesenangannya diganggu.
Sedangkan pelayan yang berdiri di depan pintu kamarnya hanya menundukkan
kepalanya, takut akan tuan mudanya ini.
“Ada
apa?” tanyanya ketus. “Kau tidak tahu kau sudah menggangguku, heh?”
“Ma..maaf,
Tuan. Nyonya dan Tuan sudah menunggu Anda di bawah. Saya hanya disuruh Nyonya,”
jawab pelayan itu takut-takut.
Namja
itu melirik ke lantai bawah. Sepertinya acaranya sudah dimulai.
“Acaranya
sudah dimulai?” tanyanya.
“Ne, Tuan.”
“Aku
akan segera ke bawah,” ujarnya seraya menutup kembali pintu kamarnya dengan
cukup keras, membuat pelayan tadi sedikit tersentak kaget.
“Dasar..
Mengganggu saja,” gumamnya. Lalu ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga
kirinya, kembali pada kesibukannya sebelumnya. “Hara-ya.. Mian, tadi aku ada urusan sebentar,” katanya dengan nada bicara
yang lembut.
“Ne, Oppa..
Urusan apa? Apa lebih penting dari aku?” tanya si lawan bicara dengan nada
manja.
“Tentu
saja tidak, Hara-ya..” jawab namja
itu, berusaha membujuk yeoja yang
sedang berbicara dengannya yang sepertinya mulai merajuk.
“Jinjjayo?”
“Ne… Ngg… Aku tutup dulu teleponnya, ne? Nanti kutelepon lagi.”
“Ne, Oppa… Annyeong.”
“Annyeong, Chagi.”
KLIK.
Namja
itu menekan tombol merah pada ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku
celananya. Ia membuka lemari bajunya dan mengambil salah satu kemeja dari sana.
“Dasar
yeoja centil,” gumamnya dengan
seringai yang muncul di sudut bibirnya sambil mengenakan kemeja yang ia ambil
tadi.
Setelah
bersiap-siap, ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah, bergabung
dengan orang tuanya dan kedua keluarga yang sudah hadir di acara tahunan
keluarga mereka, keluarga Lee dan keluarga Park.
Sesampainya
di ruangan di mana acara itu dimulai, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh
penjuru ruangan. Terlihat para orang tua sedang sibuk bercengkrama di sudut
ruangan, lalu ada Jungsoo dan Sungmin yang sedang mengobrol di bar sambil
menyesap minuman mereka.
Ia
hampir saja hendak melangkah ke arah dua temannya itu saat pandangannya
menangkap seorang yeoja yang sedang
duduk di sofa putih di sudut ruangan yang lain, menyibukkan dirinya dengan
ponsel.
Ia
menarik sudut bibirnya ke satu arah dan melangkahkan kakinya menghampiri yeoja itu.
** ** **
(Park Hye Mi POV)
Aku
sedang asyik-asyiknya mengirim pesan pada Narin saat kurasakan seseorang
menjatuhkan dirinya di tempat kosong di sebelahku. Masih enggan menolehkan
kepala atau sekedar meliriknya untuk mengetahui siapa orang itu, aku hanya
kembali menyibukkan diri dengan mengirim pesan pada Narin.
“Hai..”
sapa orang itu yang kuyakini adalah namja,
terdengar dari suaranya yang lumayan berat dan bau parfumnya yang hampir sama
seperti parfum Jungsoo-oppa.
Aku
hanya menanggapi sapaannya dengan menggumam tanpa menatapnya.
“Sendirian
saja?” tanyanya.
“Menurutmu?”
kataku jengah.
“Ya…
Kulihat kau sedang sendiri,” katanya ringan.
Eh,
tunggu sebentar.. Aku rasa aku pernah mendengar suara ini. Tapi kapan dan di
mana?
“Kau
lupa padaku, ya?” tanyanya sambil terkekeh pelan.
Penasaran,
kutolehkan kepalaku ke arahnya dan detik itulah aku tahu di mana aku pernah
mendengar suara yang sangat menjengkelkan ini. Di lorong kampus saat jam pulang
tadi! Dia namja sombong yang sudah
menabrakku!
“Yaak…
Ternyata kau!” seruku dengan memasang tampang ‘oh ternyata kau?’.
Namja
kurang ajar itu hanya mengembangkan senyumnya yang membuat kekesalanku semakin
menjadi.
“Kau
ingat aku?” tanyanya tanpa menghapus senyuman menjijikkannya sesenti pun.
“Tentu
saja aku ingat! Kau namja kurang ajar
yang kutemui beberapa jam yang lalu!” jawabku ketus tanpa mengubah tatapan
jengkel yang kulemparkan padanya.
Namja
itu hanya menanggapi ucapanku dengan kembali terkekeh. Namja ini pasti sudah gila!
“Nada
bicaramu tidak bisa lembut sedikit, ya? Telingaku hampir tuli karena suaramu,” ujarnya
sambil menggosok pelan telinganya.
“Khusus
padamu sepertinya tidak bisa.”
Namja
itu kembali terkekeh. Apa dia tidak bisa menanggapi ucapanku dengan sikap lain
selain terkekeh? Aku sudah mulai muak dengan kekehannya.
“Kau
lucu sekali, Hyemi-ah,” ujarnya sambil mencubit gemas pipi kananku.
“Aaaah!”
ringisku kesakitan sambil menggosok pipiku yang dicubitnya. Sepertinya pipi
kananku sudah memerah sekarang. “Dari mana kau tahu namaku, heh?” tanyaku tanpa
melembutkan nada bicaraku.
Ia
menyeringai. “Jangan panggil aku Kim Jong Woon kalau aku tidak bisa tahu
namamu,” katanya membanggakan dirinya.
Hah!
Jadi dia yang namanya Kim Jong Woon? Ternyata benar kata Jungsoo-oppa, dia sangat menyebalkan. Daripada
aku mati kesal di sini lebih baik aku menyusul Jungsoo-oppa dan Sungmin di bar.
Baru
saja aku bangkit dari dudukku, tanganku sudah ditarik hingga aku kembali
terduduk. Aku terjatuh di samping namja
itu, hingga kini posisi kami sangat dekat. Ia melingkarkan sebelah tangannya ke
belakang punggungku, merangkulku.
“Yaak…
Lepaskan aku!” kataku sambil berusaha melepaskan tangannya dari bahuku.
“Kau
termasuk salah satu yeoja beruntung
yang bisa dekat denganku, Hyemi-ah. Jangan sia-siakan kesempatan baik ini,”
ujarnya tanpa mau melepaskan tangannya dari pundakku. Lagi-lagi dia
membanggakan dirinya sendiri. Menyebalkan sekali.
“Sayangnya
aku menolak kesempatan ‘baik’ itu. Terima kasih,” ujarku cepat sambil melepas
tangannya dengan kasar dan beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan ke arah
Jungsoo-oppa dan Sungmin yang sedang
mengobrol di bar sebelum namja
menyebalkan ini kembali mencekal tanganku.
Jongwoon
ikut bangkit dan berjalan menyusul langkah lebarku. Ia kembali berhasil mencekal
pergelangan tanganku dan menarikku hingga wajahku sedikit menubruk dada
bidangnya.
“Auww…”
ringisku saat kurasakan hidungku sedikit terasa nyeri saat menubruk dadanya.
“Issh… Apa maumu?” tanyaku ketus.
“Aku
sarankan kau menggunakan kesempatan yang kuberikan baik-baik, ne?” katanya sambil kembali merangkulku.
“Lepaskan!
Jangan sentuh aku dengan tangan baumu itu!” ujarku seraya menghempas tangannya
dan kembali berjalan menghampiri Jungsoo-oppa
di bar.
Aku
bersumpah, jika namja itu berani
menyentuhku sekali lagi maka kupastikan tulangnya akan segera berpindah ruas.
** ** **
(Kim Jong Woon POV)
Aku
terus mengikuti ke mana pun yeoja
ketus ini bergerak. Sedikit saja ia bergerak, maka aku akan segera bergerak ke
arahnya yang membuatnya semakin jengkel padaku. Selama acara keluarga ini
berlangsung, aku terus menempel padanya hingga membuatnya jengah. Tapi
untungnya kehadiran para orang tua di sini membuatnya menahan kekesalannya
untuk tidak mengomeliku atau memukulku saat aku mulai bersikap manja padanya.
Apalagi saat Jungsoo-hyung mulai
mengomelinya saat ia bersikap kasar, ia akan segera menurut dan mulai bersikap
sopan lagi. Yeoja yang lucu.
Drrt…
Drrtt…
Aku
sedikit tersentak saat merasakan sesuatu yang bergetar di dalam saku celanaku.
Kurogoh saku celanaku dan sedikit terkejut melihat nama penelepon yang tertera
di layar ponsel. Jung Ha Ra. Kenapa yeoja
ini meneleponku di saat yang tidak tepat?
Aku
melirik Hyemi yang sedang melemparkan tatapan bingung padaku. Bisa gawat kalau
dia tahu tentang Hara, semua rencanaku bisa kacau balau.
“Kenapa
tidak angkat teleponnya?” tanyanya tanpa melembutkan nada bicaranya yang
terdengar ketus itu.
“Aaah,
ini…” kataku terputus, masih memutar otak untuk menemukan alasan yang masuk
akal.
“Angkatlah,
dan lepaskan tanganmu dari lenganku,” ujarnya sambil melirik tanganku yang
masih melingkar di lengannya. Tampak sekali ia tidak suka dengan sikapku.
Tanpa
menunggu lebih lama lagi, aku segera bangkit dari sofa tempatku duduk dan
beranjak ke teras rumah, tempat paling aman untuk menjawab telepon Hara.
“Yeoboseyo?” ucapku setelah menekan
tombol hijau pada ponsel.
“Oppaaa…” Suara manja yang sudah sering
kudengar masuk ke dalam indera pendengaranku. Dasar yeoja ini.
“Ne, Chagi. Ada apa?” tanyaku sedikit
berbisik walaupun aku tahu tidak ada yang bisa mendengar obrolan kami di sini.
“Mwo? Kau masih bertanya ada apa?
Bukankah kau sudah berjanji akan meneleponku? Tapi ke mana janjimu?” tanyanya
dengan nada bicara kesal yang terdengar manja.
“Aku
sedang ada di acara keluarga,” jawabku. “Nanti malam kutelepon lagi, ne?”
“Aaah,
Oppaaa… Aku masih ingin bicara
denganmu.”
“Tapi
aku sedang ada acara keluarga,” kataku, mulai kehabisan akal untuk membujuk yeoja centil ini. “Aah, bagaimana kalau
nanti malam kau kujemput? Kita makan malam bersama,” kataku, mencoba
membujuknya.
“Baiklah.
Aku tunggu. Jangan berbohong lagi, Oppa.”
“Aissh…
Kapan aku pernah berbohong padamu?”
“Aniyo.. Aku hanya takut Oppa lupa dengan janjimu sendiri.”
“Aku
pastikan aku tidak akan lupa. Aku tutup dulu teleponnya, ne?”
“Ne, Oppa.. Annyeong.”
“Annyeong, Chagi.”
KLIK.
Kutekan tombol merah pada ponselku dan menutup sambungan. Aku menghela nafas
lega saat akhirnya bisa menutup pembicaraan dengan yeoja yang hanya kujadikan sebagai mainanku itu. Dia memang yeoja centil yang pernah menjadi hoobae-ku saat SMA dulu. Dan yaah… aku
ini memang women lover, dan jarang
ada wanita yang bisa menepis pesonaku, kecuali Hyemi. Aku rasa dia bukan yeoja normal yang bisa merasakan
pesonaku yang melebihi kapasitas normal ini(?).
Aku
baru saja berbalik dan hendak melangkah masuk ke dalam ruangan tadi saat
kudapati yeoja itu sedang berdiri
dengan menyandarkan punggungnya pada pintu, menatapku. Sejak kapan dia ada di
sana?
“Sejak
kapan kau ada di sana?” tanyaku datar, sedikit takut kalau dia mendengar semua
pembicaraanku dengan Hara tadi.
“Baru
saja,” jawabnya cuek. “Aku mau ke toilet,” ujarnya seraya beranjak dan berjalan
ke arah toilet.
Sekali
lagi aku menghela nafas lega, untungnya dia tidak mendengar pembicaraanku
dengan Hara dan menghancurkan rencana yang sudah kususun rapi. Park Hye Mi, you must be mine.
** ** **
(Author POV)
“Kulihat
sepertinya kau menyukai Hyemi,” kata Jongwoon saat acara keluarga selesai. Ia menghampiri
Sungmin yang sedang bersiap di depan pintu mobilnya untuk segera pulang,
menyusul orang tuanya yang sudah pulang terlebih dahulu.
“Yeah…
Since when I was a highschooler,”
jawab Sungmin sambil memutar kunci mobilnya. Ia tahu ke arah mana pembicaraan
ini akan berlanjut. “Bagaimana denganmu, Hyung?
Bukankah Hyemi adalah yeoja yang
menarik?” tanyanya, mencoba memancing Jongwoon.
Jongwoon
menyeringai lebar. “Maybe..” jawabnya
enteng.
“Hyung, kuharap kau tidak menganggapnya
sebagai ‘mainan’ kecilmu,” ujar Sungmin mulai serius.
Jongwoon
lagi-lagi menyeringai lebar. “Listen, my
dearest cousin. She’s not my little
toy. She will be my great toy,” ucapnya dingin dengan senyum licik yang
muncul di sudut bibirnya. “Kalau kau benar-benar menyukainya, lebih baik kau
jaga Hyemi-mu itu sebelum aku benar-benar menjadikannya sebagai salah satu
koleksi yeoja-ku. Annyeong!” ujarnya seraya membuka pintu
mobilnya sendiri dan meninggalkan Sungmin yang masih berdiri terpaku di depan
pintu mobilnya.
Sepertinya
ia memang harus berhati-hati dengan sepupu playboy-nya ini. Terlebih lagi
sasaran Jongwoon yang selanjutnya adalah Hyemi, yeoja yang sangat Sungmin sukai.
“Lee
Sung Min. You must protect your girl,”
gumamnya, lalu berbalik dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan halaman rumah
mewah keluarga Kim.
** ** **
“Hyemi-ah..
Itu temanmu?” tanya Narin sedikit berbisik pada Hyemi yang sedang sibuk
berkutat dengan buku tebalnya sambil melirik ke arah namja yang sedang berdiri di depan pintu kelas mereka.
“Mwo? Nugu?”
tanya Hyemi seraya mengangkat kepalanya. “Itu?” tanyanya tak habis pikir sambil
menunjuk ke arah namja yang sedang
memamerkan angel smile-nya.
Narin
mengangguk.
“Dia
bukan temanku, dia namja super
menyebalkan yang kutemui kemarin,” jawab Hyemi datar sambil kembali hanyut ke
dalam bacaannya.
“Sepertinya
dia menunggumu,” ujar Narin sambil kembali melirik namja itu.
“Biarkan
saja.”
“Hei…
Hei… Dia ke sini,” bisik Narin sebelum namja
yang selalu menebarkan pesonanya ke seluruh penjuru kelas tiba tepat di hadapan
mereka.
Hyemi
menyadari kehadiran namja tinggi itu
di depannya, namun ia masih enggan mengangkat kepalanya. Terlalu menguras energi
hanya untuk mengetahui siapa namja
itu.
“Go with me?” tanyanya tanpa menghapus
senyumannya sesenti pun.
“Aku
menolak,” jawab Hyemi cepat tanpa membalas tatapan namja itu.
“Aku
memaksamu, dan aku tidak memerlukan persetujuanmu, Nona Park,” ujarnya lagi.
“Aku
tidak mau.”
Namja
itu melebarkan senyumannya dan berbisik. “Jangan panggil aku Kim Jong Woon
kalau aku tidak bisa memaksamu.”
** ** **
Jongwoon
tersenyum melihat Hyemi yang sedang sibuk mengamati pemandangan kota Seoul dari
jendela yang ada di sebelah tempat duduknya. Mereka kini berada di apartemen
pribadi Jongwoon. Melihat keramaian kota dari atas adalah kesukaan Hyemi. Entah
apa yang membuat yeoja itu betah menatapnya
berlama-lama.
“Kau
tidak mau memakan cheese cake-mu? Aku
rasa kau ini makanan favoritmu,” ujar Jongwoon seraya menyesap kopinya tanpa
mengalihkan tatapannya dari wajah Hyemi.
Hyemi
menoleh, beralih menatapnya. Ia mendengus pelan. “Dari mana kau tahu itu?” tanyanya
dengan nada bicara yang tidak pernah berubah, selalu ketus.
Jongwoon
mengendikkan bahunya dan kembali mengukir senyum. “Kau tahu siapa aku, kan?”
katanya.
Hyemi
memutar kedua bola matanya jengah. “Ne, aku
tahu, Tuan Kim Jong Woon,” ujar Hyemi dengan nada malas yang terdengar
dibuat-buat, membuat Jongwoon sedikit tergelak mendengarnya. “Kau punya
segalanya yang bisa kau gunakan untuk melakukan dan mendapatkan apapun yang kau
mau. Aku tahu itu,” katanya lagi sambil memotong ujung cheese cake-nya dengan sendok kecil dan menyuapkannya ke dalam
mulutnya.
“Bukankah
kau juga sama? You’re a part of Park
family,” tanya Jongwoon, mengingatkan Hyemi pada kenyataan bahwa mereka
sama-sama berasal dari keluarga paling berpengaruh di negeri ini.
Hyemi
mengangguk sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutnya.
Jongwoon
menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menunggu Hyemi untuk mencerna
makanan di dalam mulutnya dan melanjutkan ucapannya.
“Ada
satu hal yang kau tidak pikirkan, Jongwoon-ssi.
Tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang kauinginkan,” ujar Hyemi
setelah berhasil menelan makanannya dan menyesap cokelat panasnya.
Jongwoon
mencondongkan tubuhnya ke arah Hyemi, mengambil tissue dan membersihkan sisa cokelat di sudut bibirnya.
“Aku
tidak pernah terpikir tentang hal itu,” gumamnya sambil mengukir senyum tipis
dan menatap Hyemi tepat pada kedua manik matanya.
Hyemi
menepis tangan Jongwoon dan kembali melahap makanannya.
Ada
sesuatu yang muncul di benak Jongwoon saat menatap kedua mata gelap Hyemi,
keinginannya untuk segera menjadikan yeoja
itu sebagai miliknya. Dan tanpa Hyemi sadari, Jongwoon mulai menarik sudut
bibirnya ke atas, menyeringai.
‘ You will be mine soon.’
To be
continued…
Yup!
Yesung is a women lover in this story. Ternyata lumayan susah juga bikin scene
pas dia ngomong sama cewek centilnya -___-v
Bikin
karakter playboy juga ternyata sama susahnya loh. Fuuuh….
Okay,
C U in the next part! Don’t forget to leave a comment. Gomawooo~!! ^^