Kamis, 30 Agustus 2012

Love or Obsession? [Part 1]







Title  : Love or Obsession? ––– First Part

Author : Ifa Raneza

Cast  :
-Yesung (Kim Jong Woon)
-Park Hye Mi (OC)
-Lee Sung Min
-Leeteuk (Park Jung Soo)

Genre : Romance


Entah ini udah FF gaje yang keberapa yang udah aku tulis. Dan lagi-lagi aku ambil main castnya Jong Woon-Hyemi. Tapi ini ceritanya beda kok, gaada sangkut pautnya sama cerita I’m Sorry Oppa. Ini pure cerita baru dan pastinya original dari otak pas-pasan(?) aku. Oiya, FF ini juga tanpa editing ulang, jadi maaf kalo ada kata-kata yang gaje atau typo di mana-mana -__-v
Okelah, Happy reading all ^^


***


BRUK!
Tanpa membantu memungut buku-buku yang jatuh atau sekedar mengucapkan kata maaf, namja itu hanya memandangi yeoja yang ditabraknya lewat kacamata hitamnya. Tatapan angkuh ia layangkan pada yeoja bertubuh kecil yang sedang sibuk memunguti buku-bukunya yang berserakan di lantai sambil sesekali menggerutu pelan. Yeoja itu bangkit dengan buku-buku tebal ditangannya dan menatap namja itu dengan tatapan tajam.
“Siapa kau?” tanya namja itu tanpa melembutkan nada bicaranya yang terdengar begitu angkuh.
“Yaak… Seharusnya aku yang bertanya siapa kau?!” kata yeoja itu balik bertanya dengan nada tinggi. Tampak sekali namja itu sudah merusak mood-nya.
“Untuk apa kau tahu namaku?” kata namja itu disertai dengan seringai yang muncul di sudut bibirnya. Sombong.
Yeoja itu membulatkan kedua matanya lebar, menatap namja di depannya itu dengan tatapan tak habis pikir. Lalu matanya mulai memicing dan ia berdesis pelan.
“Baiklah. Kalau begitu lebih baik setelah ini Tuhan tidak mempertemukan kita lagi. Annyeong!” ujarnya ketus seraya berjalan melewati namja itu dengan langkah lebar.

Beberapa detik setelahnya, setelah yeoja itu berjalan cukup jauh di belakangnya, namja itu menoleh ke belakang, menatap punggung yeoja itu yang semakin menjauh.
“Park Hye Mi..” gumamnya pelan, menyebutkan nama yang tertulis di salah satu sampul buku tebal yang berserakan di lantai tadi.
Ia membuka kacamata hitamnya dan menunjukkan kedua bola matanya yang terlihat dingin dan menusuk. Sebuah seringai kembali muncul di sudut bibirnya.
“Sepertinya kau salah sudah mencari masalah denganku,” gumamnya seraya merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci mobil dengan namanya yang tertera di gantungan kuncinya.

Kim Jong Woon.


** ** **


“Haish! Siapa yang bilang kalau aku akan setuju ikut ke acara itu bersamamu?!” tanya Hyemi sambil melemparkan tatapan kesal pada Jungsoo yang sedang sibuk memilih pakaian yang cocok untuknya untuk ke acara pertemuan keluarga.
“Aku tidak perlu persetujuanmu,” jawab Jungsoo enteng sambil mengambil sebuah dress putih dari lemari pakaian Hyemi dan melemparkannya pada seorang pelayan di belakangnya. “Paksa dia memakai pakaian itu. Aku tunggu di mobil,” ujarnya tanpa memedulikan tatapan mematikan yang Hyemi lemparkan padanya.
“Yaak, Oppa!” seru Hyemi.
Saeng-ah!” balas Jungsoo sambil melemparkan tatapan datarnya yang menurut Hyemi cukup menakutkan. “Cepat dandani dia,” ujarnya pada pelayan-pelayan yang ada di kamar itu. Lalu sosoknya menghilang di balik pintu kamar yang ditutupnya.

Setelah itu, Hyemi harus menambah stok kesabarannya karena ia mulai diseret dan didandani secara paksa oleh pelayan-pelayannya sendiri. Tujuannya? Untuk menghadiri sebuah acara pertemuan keluarga dengan keluarga Kim dan Lee yang merupakan sahabat dari keluarga Park. Ya, tidak ada yang menarik dalam acara itu. Dan itulah yang membuat Hyemi selalu menolak untuk diajak menghadiri acara itu.


** ** **


“Jaga sikapmu di sini. Kau baru pertama kali menghadiri acara ini, kan? Tahun-tahun sebelumnya kau selalu menolak ketika diajak,” bisik Jungsoo saat mereka mulai memasuki rumah mewah bercat putih itu.
Hyemi tidak menyahut, ia hanya memasang wajah datarnya dan menatap Jungsoo dengan tajam. Ia paling tidak suka dipaksa, dan Jungsoo adalah satu-satunya orang di keluarganya yang berani memaksanya.

“Jungsoo-ya, kau sudah datang?” sambut seorang wanita paruh baya dengan gaun birunya yang membuatnya tampak sedikit lebih muda dari usianya yang sebenarnya. “Apa ini adikmu?” tanyanya dengan tatapan yang sudah beralih pada Hyemi.
Ne, Ahjumma. Namanya Park Hye Mi. Maaf, omma dan appa tidak bisa hadir. Mereka masih di luar negeri,” jawab Jungsoo seraya menyikut lengan Hyemi untuk mengembangkan senyumnya.
Hyemi memutar kedua bola matanya dan dengan terpaksa ia mulai menarik sudut bibirnya. Tampak sekali senyumnya sangat dipaksakan, membuat Jungsoo ingin sekali mencekik adik kesayangannya ini.
“Ah, selama ini dia tidak pernah ikut ke acara ini, bukan? Selalu kau yang mewakili orang tuamu, Jungsoo-ya,” ujar wanita itu sambil terus mengulas senyumnya. “Tenanglah, acara ini tidak akan membosankan seperti kelihatannya,” ujarnya lagi.
“Tidak membosankan dari mana,” gumam Hyemi yang tidak dapat wanita itu dengar namun dapat dijangkau oleh telinga Jungsoo.
Detik itu juga Jungsoo menyikut lengan Hyemi. “Jaga sikapmu, Hyemi-ah,” bisiknya dengan penekanan pada setiap kata, menunjukkan bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya.
“Ayo, masuk. Keluarga Lee juga sudah hadir di dalam,” ujar wanita itu sambil berbalik dan masuk ke sebuah ruangan di mana keluarga Kim dan Lee sudah menunggu.

“Itu Nyonya Kim atau Nyonya Lee?” bisik Hyemi pada Jungsoo sementara kaki mereka masih melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
“Nyonya Kim,” jawab Jungsoo.
Hyung!” panggil sebuah suara ringan yang sangat Hyemi kenal. Ya, suara ini.
“Sungmin-ah!” balas Jungsoo sambil menghampiri namja berwajah aegyeo yang sedang duduk di sebuah sofa di sudut ruangan itu.
“Lee Sung Min,” gumam Hyemi seraya mengikuti langkah kakaknya dari belakang.
Ia mengenal Lee Sung Min. Mereka biasa bertemu di kantin kampus setiap jam istirahat, dan yah.. Sungmin termasuk namja populer di kampus. Maka mustahil jika Hyemi tidak mengenalinya.

“Kau datang juga, Hyemi-ah?” tanya Sungmin sambil lagi-lagi memamerkan senyum manisnya.
Hyemi hanya mengangguk sambil mengulas senyum singkat. Ia menjatuhkan dirinya di sofa di hadapan Sungmin. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya dalam dua jam ke depan di dalam acara paling membosankan ini.
“Mana Jongwoon?” tanya Jungsoo sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. “Dia sudah pulang dari Tokyo, kan?” tanyanya lagi.
Sungmin mengangguk. “Ne, mungkin dia masih siap-siap di kamarnya.”
“Siapa Jongwoon?” tanya Hyemi yang sedari tadi hanya diam.
“Dia putra tunggal keluarga Kim,” jawab Jungsoo.
“Ooh…” gumam Hyemi seraya mengeluarkan ponselnya dan mulai menyibukkan diri dengan ponsel. Ia tampak sangat tak peduli dengan acara membosankan ini, terlebih pada namja bernama Jongwoon itu. Mendengar namanya saja baru kali ini. Jadi apa yang harus ia pedulikan?

“Kau belum pernah bertemu dengan Jongwoon, kan?” tanya Sungmin tiba-tiba, sedikit membuat Hyemi tersentak dari kesibukannya pada ponselnya.
“Ah, ne?” tanyanya dengan sedikit gelagapan, efek dari keterkejutannya.
“Kau ini, kenapa malah sibuk dengan ponselmu? Kita sedang ada di acara keluarga, Nona Park,” ujar Jungsoo sedikit kesal dengan sikap adiknya yang terlampau cuek.
Hyemi berdesis pelan, lalu tatapannya kembali pada Sungmin.
“Kau belum pernah bertemu dengan Jongwoon, kan?” tanya Sungmin lagi, mengulangi pertanyaannya yang belum Hyemi jawab.
Hyemi menggeleng. “Belum,” jawabnya. “Seperti apa orangnya?” tanyanya.
“Dia menyenangkan,” jawab Sungmin.
“Dan sepertinya dia tipe namja yang tidak kau sukai,” tambah Jungsoo.
“Aaaah… Dia pasti menyebalkan, bukan?”
“Mungkin..” kata Jungsoo. Lalu ia bangkit dari duduknya. “Aku ambil minuman dulu,” ujarnya pada Hyemi dan Sungmin, kemudian berjalan ke salah satu sudut ruangan.
“Ngg… Sepertinya aku juga sedikit haus, aku ambil minuman dulu,” ujar Sungmin seraya bangkit dan meninggalkan Hyemi sendirian di sana.

Hyemi menghela nafasnya pelan, lalu kembali menyibukkan diri dengan ponselnya.
Well, it’s bored,” gumamnya pada dirinya sendiri.


** ** **


TOK… TOK… TOK…
Sosok seorang namja muncul di balik pintu berwarna coklat itu. Dilihat dari raut wajahnya, namja itu terlihat marah atau kesal karena kesenangannya diganggu. Sedangkan pelayan yang berdiri di depan pintu kamarnya hanya menundukkan kepalanya, takut akan tuan mudanya ini.
“Ada apa?” tanyanya ketus. “Kau tidak tahu kau sudah menggangguku, heh?”
“Ma..maaf, Tuan. Nyonya dan Tuan sudah menunggu Anda di bawah. Saya hanya disuruh Nyonya,” jawab pelayan itu takut-takut.
Namja itu melirik ke lantai bawah. Sepertinya acaranya sudah dimulai.
“Acaranya sudah dimulai?” tanyanya.
Ne, Tuan.”
“Aku akan segera ke bawah,” ujarnya seraya menutup kembali pintu kamarnya dengan cukup keras, membuat pelayan tadi sedikit tersentak kaget.

“Dasar.. Mengganggu saja,” gumamnya. Lalu ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga kirinya, kembali pada kesibukannya sebelumnya. “Hara-ya.. Mian, tadi aku ada urusan sebentar,” katanya dengan nada bicara yang lembut.
Ne, Oppa.. Urusan apa? Apa lebih penting dari aku?” tanya si lawan bicara dengan nada manja.
“Tentu saja tidak, Hara-ya..” jawab namja itu, berusaha membujuk yeoja yang sedang berbicara dengannya yang sepertinya mulai merajuk.
Jinjjayo?”
Ne… Ngg… Aku tutup dulu teleponnya, ne? Nanti kutelepon lagi.”
Ne, Oppa… Annyeong.”
Annyeong, Chagi.”

KLIK.
Namja itu menekan tombol merah pada ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Ia membuka lemari bajunya dan mengambil salah satu kemeja dari sana.
“Dasar yeoja centil,” gumamnya dengan seringai yang muncul di sudut bibirnya sambil mengenakan kemeja yang ia ambil tadi.
Setelah bersiap-siap, ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah, bergabung dengan orang tuanya dan kedua keluarga yang sudah hadir di acara tahunan keluarga mereka, keluarga Lee dan keluarga Park.

Sesampainya di ruangan di mana acara itu dimulai, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Terlihat para orang tua sedang sibuk bercengkrama di sudut ruangan, lalu ada Jungsoo dan Sungmin yang sedang mengobrol di bar sambil menyesap minuman mereka.
Ia hampir saja hendak melangkah ke arah dua temannya itu saat pandangannya menangkap seorang yeoja yang sedang duduk di sofa putih di sudut ruangan yang lain, menyibukkan dirinya dengan ponsel.
Ia menarik sudut bibirnya ke satu arah dan melangkahkan kakinya menghampiri yeoja itu.
                                                                                                                      

** ** **


(Park Hye Mi POV)


Aku sedang asyik-asyiknya mengirim pesan pada Narin saat kurasakan seseorang menjatuhkan dirinya di tempat kosong di sebelahku. Masih enggan menolehkan kepala atau sekedar meliriknya untuk mengetahui siapa orang itu, aku hanya kembali menyibukkan diri dengan mengirim pesan pada Narin.
“Hai..” sapa orang itu yang kuyakini adalah namja, terdengar dari suaranya yang lumayan berat dan bau parfumnya yang hampir sama seperti parfum Jungsoo-oppa.
Aku hanya menanggapi sapaannya dengan menggumam tanpa menatapnya.
“Sendirian saja?” tanyanya.
“Menurutmu?” kataku jengah.
“Ya… Kulihat kau sedang sendiri,” katanya ringan.

Eh, tunggu sebentar.. Aku rasa aku pernah mendengar suara ini. Tapi kapan dan di mana?
“Kau lupa padaku, ya?” tanyanya sambil terkekeh pelan.
Penasaran, kutolehkan kepalaku ke arahnya dan detik itulah aku tahu di mana aku pernah mendengar suara yang sangat menjengkelkan ini. Di lorong kampus saat jam pulang tadi! Dia namja sombong yang sudah menabrakku!
“Yaak… Ternyata kau!” seruku dengan memasang tampang ‘oh ternyata kau?’.
Namja kurang ajar itu hanya mengembangkan senyumnya yang membuat kekesalanku semakin menjadi.
“Kau ingat aku?” tanyanya tanpa menghapus senyuman menjijikkannya sesenti pun.
“Tentu saja aku ingat! Kau namja kurang ajar yang kutemui beberapa jam yang lalu!” jawabku ketus tanpa mengubah tatapan jengkel yang kulemparkan padanya.

Namja itu hanya menanggapi ucapanku dengan kembali terkekeh. Namja ini pasti sudah gila!
“Nada bicaramu tidak bisa lembut sedikit, ya? Telingaku hampir tuli karena suaramu,” ujarnya sambil menggosok pelan telinganya.
“Khusus padamu sepertinya tidak bisa.”
Namja itu kembali terkekeh. Apa dia tidak bisa menanggapi ucapanku dengan sikap lain selain terkekeh? Aku sudah mulai muak dengan kekehannya.
“Kau lucu sekali, Hyemi-ah,” ujarnya sambil mencubit gemas pipi kananku.
“Aaaah!” ringisku kesakitan sambil menggosok pipiku yang dicubitnya. Sepertinya pipi kananku sudah memerah sekarang. “Dari mana kau tahu namaku, heh?” tanyaku tanpa melembutkan nada bicaraku.
Ia menyeringai. “Jangan panggil aku Kim Jong Woon kalau aku tidak bisa tahu namamu,” katanya membanggakan dirinya.
Hah! Jadi dia yang namanya Kim Jong Woon? Ternyata benar kata Jungsoo-oppa, dia sangat menyebalkan. Daripada aku mati kesal di sini lebih baik aku menyusul Jungsoo-oppa dan Sungmin di bar.

Baru saja aku bangkit dari dudukku, tanganku sudah ditarik hingga aku kembali terduduk. Aku terjatuh di samping namja itu, hingga kini posisi kami sangat dekat. Ia melingkarkan sebelah tangannya ke belakang punggungku, merangkulku.
“Yaak… Lepaskan aku!” kataku sambil berusaha melepaskan tangannya dari bahuku.
“Kau termasuk salah satu yeoja beruntung yang bisa dekat denganku, Hyemi-ah. Jangan sia-siakan kesempatan baik ini,” ujarnya tanpa mau melepaskan tangannya dari pundakku. Lagi-lagi dia membanggakan dirinya sendiri. Menyebalkan sekali.
“Sayangnya aku menolak kesempatan ‘baik’ itu. Terima kasih,” ujarku cepat sambil melepas tangannya dengan kasar dan beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan ke arah Jungsoo-oppa dan Sungmin yang sedang mengobrol di bar sebelum namja menyebalkan ini kembali mencekal tanganku.

Jongwoon ikut bangkit dan berjalan menyusul langkah lebarku. Ia kembali berhasil mencekal pergelangan tanganku dan menarikku hingga wajahku sedikit menubruk dada bidangnya.
“Auww…” ringisku saat kurasakan hidungku sedikit terasa nyeri saat menubruk dadanya. “Issh… Apa maumu?” tanyaku ketus.
“Aku sarankan kau menggunakan kesempatan yang kuberikan baik-baik, ne?” katanya sambil kembali merangkulku.
“Lepaskan! Jangan sentuh aku dengan tangan baumu itu!” ujarku seraya menghempas tangannya dan kembali berjalan menghampiri Jungsoo-oppa di bar.

Aku bersumpah, jika namja itu berani menyentuhku sekali lagi maka kupastikan tulangnya akan segera berpindah ruas.


** ** **


(Kim Jong Woon POV)


Aku terus mengikuti ke mana pun yeoja ketus ini bergerak. Sedikit saja ia bergerak, maka aku akan segera bergerak ke arahnya yang membuatnya semakin jengkel padaku. Selama acara keluarga ini berlangsung, aku terus menempel padanya hingga membuatnya jengah. Tapi untungnya kehadiran para orang tua di sini membuatnya menahan kekesalannya untuk tidak mengomeliku atau memukulku saat aku mulai bersikap manja padanya. Apalagi saat Jungsoo-hyung mulai mengomelinya saat ia bersikap kasar, ia akan segera menurut dan mulai bersikap sopan lagi. Yeoja yang lucu.

Drrt… Drrtt…
Aku sedikit tersentak saat merasakan sesuatu yang bergetar di dalam saku celanaku. Kurogoh saku celanaku dan sedikit terkejut melihat nama penelepon yang tertera di layar ponsel. Jung Ha Ra. Kenapa yeoja ini meneleponku di saat yang tidak tepat?
Aku melirik Hyemi yang sedang melemparkan tatapan bingung padaku. Bisa gawat kalau dia tahu tentang Hara, semua rencanaku bisa kacau balau.

“Kenapa tidak angkat teleponnya?” tanyanya tanpa melembutkan nada bicaranya yang terdengar ketus itu.
“Aaah, ini…” kataku terputus, masih memutar otak untuk menemukan alasan yang masuk akal.
“Angkatlah, dan lepaskan tanganmu dari lenganku,” ujarnya sambil melirik tanganku yang masih melingkar di lengannya. Tampak sekali ia tidak suka dengan sikapku.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku segera bangkit dari sofa tempatku duduk dan beranjak ke teras rumah, tempat paling aman untuk menjawab telepon Hara.
Yeoboseyo?” ucapku setelah menekan tombol hijau pada ponsel.
Oppaaa…” Suara manja yang sudah sering kudengar masuk ke dalam indera pendengaranku. Dasar yeoja ini.
Ne, Chagi. Ada apa?” tanyaku sedikit berbisik walaupun aku tahu tidak ada yang bisa mendengar obrolan kami di sini.
Mwo? Kau masih bertanya ada apa? Bukankah kau sudah berjanji akan meneleponku? Tapi ke mana janjimu?” tanyanya dengan nada bicara kesal yang terdengar manja.
“Aku sedang ada di acara keluarga,” jawabku. “Nanti malam kutelepon lagi, ne?”
“Aaah, Oppaaa… Aku masih ingin bicara denganmu.”
“Tapi aku sedang ada acara keluarga,” kataku, mulai kehabisan akal untuk membujuk yeoja centil ini. “Aah, bagaimana kalau nanti malam kau kujemput? Kita makan malam bersama,” kataku, mencoba membujuknya.
“Baiklah. Aku tunggu. Jangan berbohong lagi, Oppa.”
“Aissh… Kapan aku pernah berbohong padamu?”
Aniyo.. Aku hanya takut Oppa lupa dengan janjimu sendiri.”
“Aku pastikan aku tidak akan lupa. Aku tutup dulu teleponnya, ne?”
Ne, Oppa.. Annyeong.”
Annyeong, Chagi.”

KLIK. Kutekan tombol merah pada ponselku dan menutup sambungan. Aku menghela nafas lega saat akhirnya bisa menutup pembicaraan dengan yeoja yang hanya kujadikan sebagai mainanku itu. Dia memang yeoja centil yang pernah menjadi hoobae-ku saat SMA dulu. Dan yaah… aku ini memang women lover, dan jarang ada wanita yang bisa menepis pesonaku, kecuali Hyemi. Aku rasa dia bukan yeoja normal yang bisa merasakan pesonaku yang melebihi kapasitas normal ini(?).

Aku baru saja berbalik dan hendak melangkah masuk ke dalam ruangan tadi saat kudapati yeoja itu sedang berdiri dengan menyandarkan punggungnya pada pintu, menatapku. Sejak kapan dia ada di sana?

“Sejak kapan kau ada di sana?” tanyaku datar, sedikit takut kalau dia mendengar semua pembicaraanku dengan Hara tadi.
“Baru saja,” jawabnya cuek. “Aku mau ke toilet,” ujarnya seraya beranjak dan berjalan ke arah toilet.

Sekali lagi aku menghela nafas lega, untungnya dia tidak mendengar pembicaraanku dengan Hara dan menghancurkan rencana yang sudah kususun rapi. Park Hye Mi, you must be mine.


** ** **


(Author POV)


“Kulihat sepertinya kau menyukai Hyemi,” kata Jongwoon saat acara keluarga selesai. Ia menghampiri Sungmin yang sedang bersiap di depan pintu mobilnya untuk segera pulang, menyusul orang tuanya yang sudah pulang terlebih dahulu.
“Yeah… Since when I was a highschooler,” jawab Sungmin sambil memutar kunci mobilnya. Ia tahu ke arah mana pembicaraan ini akan berlanjut. “Bagaimana denganmu, Hyung? Bukankah Hyemi adalah yeoja yang menarik?” tanyanya, mencoba memancing Jongwoon.
Jongwoon menyeringai lebar. “Maybe..” jawabnya enteng.
Hyung, kuharap kau tidak menganggapnya sebagai ‘mainan’ kecilmu,” ujar Sungmin mulai serius.
Jongwoon lagi-lagi menyeringai lebar. “Listen, my dearest cousin. She’s not my little toy. She will be my great toy,” ucapnya dingin dengan senyum licik yang muncul di sudut bibirnya. “Kalau kau benar-benar menyukainya, lebih baik kau jaga Hyemi-mu itu sebelum aku benar-benar menjadikannya sebagai salah satu koleksi yeoja-ku. Annyeong!” ujarnya seraya membuka pintu mobilnya sendiri dan meninggalkan Sungmin yang masih berdiri terpaku di depan pintu mobilnya.

Sepertinya ia memang harus berhati-hati dengan sepupu playboy-nya ini. Terlebih lagi sasaran Jongwoon yang selanjutnya adalah Hyemi, yeoja yang sangat Sungmin sukai.

“Lee Sung Min. You must protect your girl,” gumamnya, lalu berbalik dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan halaman rumah mewah keluarga Kim.


** ** **


“Hyemi-ah.. Itu temanmu?” tanya Narin sedikit berbisik pada Hyemi yang sedang sibuk berkutat dengan buku tebalnya sambil melirik ke arah namja yang sedang berdiri di depan pintu kelas mereka.
Mwo? Nugu?” tanya Hyemi seraya mengangkat kepalanya. “Itu?” tanyanya tak habis pikir sambil menunjuk ke arah namja yang sedang memamerkan angel smile­-nya.
Narin mengangguk.
“Dia bukan temanku, dia namja super menyebalkan yang kutemui kemarin,” jawab Hyemi datar sambil kembali hanyut ke dalam bacaannya.
“Sepertinya dia menunggumu,” ujar Narin sambil kembali melirik namja itu.
“Biarkan saja.”
“Hei… Hei… Dia ke sini,” bisik Narin sebelum namja yang selalu menebarkan pesonanya ke seluruh penjuru kelas tiba tepat di hadapan mereka.

Hyemi menyadari kehadiran namja tinggi itu di depannya, namun ia masih enggan mengangkat kepalanya. Terlalu menguras energi hanya untuk mengetahui siapa namja itu.
Go with me?” tanyanya tanpa menghapus senyumannya sesenti pun.
“Aku menolak,” jawab Hyemi cepat tanpa membalas tatapan namja itu.
“Aku memaksamu, dan aku tidak memerlukan persetujuanmu, Nona Park,” ujarnya lagi.
“Aku tidak mau.”
Namja itu melebarkan senyumannya dan berbisik. “Jangan panggil aku Kim Jong Woon kalau aku tidak bisa memaksamu.”


** ** **


Jongwoon tersenyum melihat Hyemi yang sedang sibuk mengamati pemandangan kota Seoul dari jendela yang ada di sebelah tempat duduknya. Mereka kini berada di apartemen pribadi Jongwoon. Melihat keramaian kota dari atas adalah kesukaan Hyemi. Entah apa yang membuat yeoja itu betah menatapnya berlama-lama.

“Kau tidak mau memakan cheese cake-mu? Aku rasa kau ini makanan favoritmu,” ujar Jongwoon seraya menyesap kopinya tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Hyemi.
Hyemi menoleh, beralih menatapnya. Ia mendengus pelan. “Dari mana kau tahu itu?” tanyanya dengan nada bicara yang tidak pernah berubah, selalu ketus.
Jongwoon mengendikkan bahunya dan kembali mengukir senyum. “Kau tahu siapa aku, kan?” katanya.
Hyemi memutar kedua bola matanya jengah. “Ne, aku tahu, Tuan Kim Jong Woon,” ujar Hyemi dengan nada malas yang terdengar dibuat-buat, membuat Jongwoon sedikit tergelak mendengarnya. “Kau punya segalanya yang bisa kau gunakan untuk melakukan dan mendapatkan apapun yang kau mau. Aku tahu itu,” katanya lagi sambil memotong ujung cheese cake-nya dengan sendok kecil dan menyuapkannya ke dalam mulutnya.
“Bukankah kau juga sama? You’re a part of Park family,” tanya Jongwoon, mengingatkan Hyemi pada kenyataan bahwa mereka sama-sama berasal dari keluarga paling berpengaruh di negeri ini.
Hyemi mengangguk sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutnya.

Jongwoon menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menunggu Hyemi untuk mencerna makanan di dalam mulutnya dan melanjutkan ucapannya.

“Ada satu hal yang kau tidak pikirkan, Jongwoon-ssi. Tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang kauinginkan,” ujar Hyemi setelah berhasil menelan makanannya dan menyesap cokelat panasnya.
Jongwoon mencondongkan tubuhnya ke arah Hyemi, mengambil tissue dan membersihkan sisa cokelat di sudut bibirnya.
“Aku tidak pernah terpikir tentang hal itu,” gumamnya sambil mengukir senyum tipis dan menatap Hyemi tepat pada kedua manik matanya.
Hyemi menepis tangan Jongwoon dan kembali melahap makanannya.

Ada sesuatu yang muncul di benak Jongwoon saat menatap kedua mata gelap Hyemi, keinginannya untuk segera menjadikan yeoja itu sebagai miliknya. Dan tanpa Hyemi sadari, Jongwoon mulai menarik sudut bibirnya ke atas, menyeringai.

‘ You will be mine soon.’




To be continued…



Yup! Yesung is a women lover in this story. Ternyata lumayan susah juga bikin scene pas dia ngomong sama cewek centilnya -___-v
Bikin karakter playboy juga ternyata sama susahnya loh. Fuuuh….
Okay, C U in the next part! Don’t forget to leave a comment. Gomawooo~!! ^^

2 komentar:

  1. baru nemu nii ff ^^~
    annyeong authoor :D

    BalasHapus
  2. Aku tau ff ini dari saran satu fanpage FB, pas aku baca... Keren abis thor, dapet darimana sih ide nya, kerasa asli, apalagi cast nya yeppa... Daebak thor! Lanjutkan, Fighting!!

    BalasHapus