Title : Love or
Obsession? ––– Part 5
Author: Ifa Raneza
Genre : Romance, Friendship
** ** **
“Protect my sister and I’ll give her for you.”
(Park Hyemi POV)
Sekali
lagi, namja bermarga sama dan sedarah
denganku itu kembali mengaturku dengan memaksaku mengenakan gaun biru laut
pilihannya dan mengharuskanku untuk segera berdandan dan bersiap untuk pergi
dengannya ke suatu acara yang ia rahasiakan. Aku merasa hari ini sikap kakakku
itu sangat aneh.
“Oppa, sebenarnya kita mau ke mana?”
tanyaku seraya memasang seat belt
pada tubuhku.
“Secret. Kau akan tahu saat kita sampai
di sana,” jawabnya yang membuatku harus memendam kesal. Aku tidak pernah
menyukai kejutan, apalagi ini berkaitan dengan sikap aneh Jungsoo-oppa akhir-akhir ini.
Ia
menyalakan mesin mobil dan menginjak gas, menjalankan mobil sport putih kesayangannya ini membelah
jalan raya kota Seoul yang tidak pernah sepi. Hening. Hanya ada bunyi
kendaraan-kendaraan yang berlalu di jalan raya. Bahkan ia lupa menyalakan mp3
yang biasa terdengar setiap kali aku berpergian dengannya.
“Hyemi-ah..”
panggilnya.
“Ne, Oppa?” sahutku sambil menoleh ke
arahnya.
Ia tetap
memfokuskan pandangannya ke jalanan di depannya, tidak menatapku. “Aku lihat
kau semakin dekat dengan Jong Woon,” ujarnya dengan nada bicara yang terdengar
diusahakan untuk tetap ringan, namun tetap saja suaranya terdengar begitu
serius di telingaku.
“Ne? Bukankah itu harapanmu?” kataku
balik bertanya.
“Maksudmu?”
“Membiarkan
Jong Woon membawaku pergi, itu yang Oppa
lakukan akhir-akhir ini. Kau lupa?” kataku mengingatkannya dengan sikapnya
beberapa waktu lalu yang membuatku jengkel setengah mati.
“Ah… Itu..”
Ia terkekeh kaku. “Tapi mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi akan hal
itu.”
Tiba-tiba
alisku bertaut. “Maksudmu?”
“Aku tidak
akan memaksamu untuk ikut pergi dengannya jika kau tidak mau.”
“Mwo?”
“Waeyo? Bukankah kau tidak suka dengan namja itu?” tanyanya bingung.
“Ah.. ne..”
Entahlah..
rasanya sulit menyadari ini. Tapi aku merasa tidak rela saat mendengar
pernyataan Jungsoo-oppa tadi. Mungkin
karena terlalu sering berpergian bersama Jong Woon, aku jadi mulai terbiasa
dengannya. Dan sekarang.. ketika Jungsoo-oppa
bilang aku tidak perlu takut akan dipaksa untuk menerima ajakan Jong Woon,
tiba-tiba aku jadi ingin menolak keputusannya. Kim Jong Woon… mantra apa yang
kau bacakan untukku? Kenapa sekarang aku jadi begitu bergantung padamu?
“Hey…”
Suara
Jungsoo-oppa menyadarkanku dari
lamunan. Kulihat sudut bibirnya tertarik ke satu arah, membentuk senyum manis
yang selalu ia tunjukkan padaku hingga lesung pipinya terlihat. Kakakku memang
manis.
“Do you like surprise, Hyemi-ah?”
tanyanya tanpa menghapus senyumnya.
Aku
menggeleng kuat. Tanpa ditanya pun, ia sudah tahu aku tidak pernah suka sebuah
kejutan. Apapun itu, aku tidak suka.
“I hate that,” ucapku sambil melemparkan
tatapan kesal padanya. Dia mau memberiku kejutan apa kali ini?
“Sudah
kuduga,” gumamnya. “Sebentar lagi kita sampai..”
** ** **
(Author POV)
Lee
Family’s house
“Sebenarnya
ada acara apa sampai aku juga diundang?” tanya Jong Woon setelah menyenggol
lengan Sungmin yang sudah rapi dengan jas dan tuxedo hitamnya.
“Kau akan
segera tahu, Hyung,” jawab Sungmin
sambil tersenyum penuh arti. Dan tanpa Jong Woon tahu, Sungmin menyembunyikan
seringai di balik senyumnya. Tinggal menunggu beberapa menit lagi, maka Jong
Woon akan ternganga melihat kenyataan yang akan dihadapkan padanya.
I think Jungsoo-hyung’s offer
is a special offer for me.. pikir Sungmin seraya menegak minumannya.
Tak lama
kemudian dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat mobil sport putih yang baru saja tiba di depan rumahnya. Senyum Sungmin
langsung mengembang melihat siapa yang baru saja tiba dan bergabung di acara
istimewanya ini.
“Kau juga
mengundang Park Hyemi?” tanya Jong Woon yang sekali lagi menyenggol lengan
Sungmin.
Sungmin
hanya menanggapi pertanyaan Jong Woon dengan senyuman.
“Hyung, welcome to the party,” sambut
Sungmin pada Jungsoo yang berjalan memasuki ruangan itu dengan Hyemi di
belakangnya dengan wajah bingung.
Hyemi dan Jong
Woon mencium sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini. Tapi sayangnya mereka
tidak bisa mengendus rencana yang sudah Jungsoo siapkan untuk adiknya itu. Yeah, this is Jungsoo’s plan, and no one know what’s it except Lee
Sungmin and himself.
“Kita bisa
memulai acaranya,” ujar Jungsoo yang langsung mendapat tatapan ‘apa katamu?’
dari adik tercintanya.
Di ruangan
itu hanya ada keluarga Lee, Kim, Jungsoo dan Hyemi. Tidak terlalu banyak untuk
disebut sebagai pesta.
“Acara
apa?” tanya Hyemi dengan suara rendah dan nada menuntut jawaban dari kakaknya.
Tatapan mematikan sudah ia lemparkan pada pria yang berusia tiga tahun di
atasnya itu.
“Pertunanganmu,”
jawab Jungsoo dengan nada serius yang selalu membuat Hyemi tunduk padanya. Tapi
kali ini respon yang Hyemi berikan adalah terkejut sekaligus menolak yang ia
tunjukkan lewat tatapannya. “Sungmin will
be your fiance, Dongsaeng..” lanjutnya yang membuat kedua mata Hyemi dan Jong
Woon terbuka lebar.
“Mwoya?” seru Hyemi tak percaya.
Bisa-bisanya kakaknya melakukan hal ini padanya. Seenaknya menentukan siapa
yang akan bertunangan dengannya, yang dengan kata lain akan menjadi calon
suaminya. “Oppa, kau––”
“Tidak ada
penolakan. Kau tahu, I hate it,”
potong Jungsoo sebelum adiknya itu sempat menolak. Ia mendorong pelan punggung
Hyemi hingga berdiri bersebelahan dengan Sungmin.
Sungmin
meraih tangan Hyemi dan hendak memasangkan benda berkilau pada jari manisnya.
Tapi saat itu juga, Hyemi menarik tangannya kembali. Ia menyentak tangan
Sungmin yang hendak menyentuhnya. Ia tidak bisa menerima ini. Ia tidak mau
kehidupannya ditentukan oleh orang lain, sekalipun itu kakaknya sendiri.
“Andwae!!” seru Hyemi yang membuat
keluarga Lee dan Kim, beserta Jungsoo membelalakkan mata mereka. Kecuali Jong
Woon, ia menatap Sungmin dan Hyemi dengan tatapan nanar. Ia tidak percaya hal
ini akan terjadi di depan matanya.
“Park
Hyemi!!”
**
(Park Hyemi POV)
“Park
Hyemi!!”
Suara tegas
Jungsoo-oppa yang selalu berhasil
membuatku tunduk terdengar menggema di ruangan ini. Aku tahu, saat ia menyebut
nama lengkapku dengan nada bicara seperti itu, itu menandakan bahwa aku harus
menuruti keinginannya jika aku tidak mau ia bersikap kasar padaku. Tapi kali
ini aku tidak mau menyerah padanya. Dia memang kakakku, tapi bukan berarti dia bisa
seenaknya mengatur kehidupanku seperti ini.
Aku
melemparkan tatapan mematikanku padanya. Aku tidak habis pikir mengapa ia bisa
melakukan ini padaku.
“Andwae, Oppa! Andwae! Aku tidak mau melakukan ini! Ini bukan keinginanku!” seruku
membalas seruannya.
“Kita
sedang tidak membicarakan keinginanmu, Sayang,” katanya yang membuatku muak
saat ia menyebutku dengan panggilan ‘sayang’.
“Tapi ini
kehidupanku, aku yang menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupku!”
“Tapi aku
kakakmu!” Jungsoo-oppa baru saja
membentakku dengan suara tegasnya dan tatapannya yang menusuk langsung pada
retina mataku.
Sosoknya
terlihat menakutkan sekarang. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku, menahan
rasa takut yang perlahan semakin menjadi di dalam diriku.
“Aku tahu
apa yang terbaik untukmu! Dan aku menginginkan kebahagiaan untukmu!”
“I know what the best for me!!” jeritku
sekuat tenaga, membuat Jungsoo-oppa
membisu.
Aku ingin
dia mengerti. Aku ingin dia mendengar jeritanku, jeritan bahwa aku tidak
menginginkan semua ini. Aku tidak mau kakakku yang kusayangi berubah menjadi
sosok yang memuakkan yang sedang berdiri di depanku saat ini.
“Park
Hyemi, do this,” desisnya dengan
rahang yang mengeras. Aku tahu, emosinya sudah memuncak sekarang. “Do this now!!” Lagi-lagi suaranya
menggema, membuatku tersentak untuk kesekian kalinya. Mataku memanas dan dadaku
sesak sekali. Aku tidak percaya kakakku akan memperlakukanku seperti ini. Dia
jahat…
“Hyemi-ah…”
Sungmin berusaha meraih tanganku dan hendak memasangkan kembali cincin bertahta
berlian itu pada jari manisku. Tapi sekali lagi hatiku memberontak. Ini tidak
boleh terjadi, dan tidak akan terjadi dalam hidupku! Hidupku bukan untuk diatur
oleh orang lain.
Kulihat
Sungmin membeku ditempatnya saat sekali lagi aku menyentak tangannya, menolak
untuk dipasangkan cincin indah itu. Kini tinggal aku yang harus menghadapi
Jungsoo-oppa yang rahangnya sudah
mengeras dan tangannya yang terkepal kuat.
“Hyemi… Kau––”
“Tidak, Oppa..” Aku menggelengkan kepalaku
pelan. Rasanya air mataku akan segera keluar. “Aku tidak bisa melakukannya..”
Aku benar. Suaraku terdengar parau dan… air mataku keluar dengan derasnya.
Sakit… sakit sekali.
“Hyemi…”
desis namja yang terlahir dari ibu
yang sama denganku itu. Kedua tanganku terkepal kuat saat melihatnya berjalan
menghampiriku dengan emosinya yang meluap. Dan di detik berikutnya yang kulihat
adalah sebelah tangannya yang ia layangkan ke arahku dan akan mendarat di pipi
kiriku.
Tapi.. apa
ini? Kenapa rasanya sama sekali tidak sakit? Kenapa rasanya jadi hangat begini?
Akhirnya
karena penasaran, aku memberanikan diriku untuk membuka mataku. Dan apa yang
terjadi? Jungsoo-oppa semakin
terlihat marah dan Jong Woon… dia memelukku, melindungiku dari tangan Jungsoo-oppa yang hampir menampar pipiku.
Wajahnya.. kenapa wajahnya begitu? Kenapa ia terlihat seperti sangat menderita?
Dia kenapa?
“Jong Woon-ah…”
ucapku memanggilnya dengan tanganku yang perlahan menyentuh wajahnya. Tanganku
bekerja di luar kendali! Hey.. aku ini kenapa?
**
(Kim Jong Woon POV)
“Jong Woon-ah…”
ucapnya bersamaan dengan sesuatu yang halus dan hangat menyentuh permukaan
pipiku. Apa aku sedang bermimpi atau ini memang benar-benar kenyataan? Dia
menyentuh wajahku? Dan tatapannya…
“Sudah
cukup dramanya,” ujar seorang pria dengan tatapan menusuknya yang ia lemparkan
padaku dan Hyemi.
Dengan
cepat ia menarik tangan Hyemi hingga gadis itu terlepas dari pelukanku. Ia
menarik tangan halus yeoja itu dengan
kasar dan membawanya pergi––atau lebih tepatnya menyeretnya––ke arah mobil sport putih yang sudah terparkir.
“Kau sudah
membuatku malu hari ini,” desis Jungsoo-hyung
yang sempat terdengar olehku.
Kulihat eomma, appa, Sungmin beserta keluarganya
membisu melihat kejadian yang baru saja terjadi di hadapan mereka. Ini pertama
kalinya aku melihat Jungsoo-hyung
sekasar itu, apalagi pada adiknya sendiri yang selama ini selalu ia manjakan.
“Oppa, lepaskan.. sakit…” ringis Hyemi
sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkeram oleh kakaknya itu tanpa
menghentikan langkahnya yang mengikuti langkah lebar Jungsoo-hyung.
Namun
Jungsoo-hyung tidak menghiraukan
ringisan adiknya itu. Ia tetap melangkahkan kakinya lebar dan menyeret adiknya
itu tanpa ada kilatan kasih sayang yang terlihat dari kedua matanya. Apa aku
hanya bisa diam seperti ini? Apa aku hanya diam saat melihat yeoja-ku diperlakukan seperti itu oleh
orang lain? Tidak.. aku tidak bisa. Hati sakit melihatnya tersiksa seperti itu.
“Jong Woon..”
Aku
mengalihkan pandanganku pada eomma
yang dengan lembut menahan langkahku yang hendak menyusul Hyemi. Eomma menggelengkan kepalanya pelan
sembari menahan lenganku dengan tangan lembutnya.
“Mwo? Eomma,
ini…” ucapku tak percaya dengan apa yang terbesit di pikiran ibuku itu. “Aku
tidak bisa membiarkannya, Eomma…”
ucapku.
Eomma kembali menggelengkan kepalanya pelan. Ia menahanku hingga
aku hanya bisa berdiam di tempatku sambil memandangi Hyemi yang terus diseret
oleh kakaknya hingga ia menghilang di balik pintu mobil yang dibanting Jungsoo-hyung. Dan pada akhirnya aku kembali
membisu saat mobil sport itu
menghilang dari pandanganku.
“Eomma…” ucapku geram.
Aku tidak
pernah suka ada orang yang berani mencegahku dan ini menyangkut dengan
perasaanku. Aku tidak rela hal ini terjadi. Kenapa Jungsoo-hyung bisa berubah menjadi begitu kasar? Dan lagi… Hari ini Sungmin
hampir saja menjadikan Hyemi sebagai miliknya.
Apapun itu,
tapi sepertinya apa yang sudah terencana di sini tidak akan baik.
** ** **
(Author POV)
“Sudah
cukup kau membuatku marah hari ini,” geram Jungsoo setelah ia menghempas keras
tubuh adiknya ke tempat tidur yang semula rapi itu. Ia menatap tajam ke arah
Hyemi yang sedang meringkuk ketakutan di atas tempat tidur mewahnya. Sedangkan
yang ditatap sama sekali tidak berani untuk membalas tatapan Jungsoo. Ia
terlalu takut untuk itu.
“Aku
melakukannya untuk kebaikanmu, Hyemi-ah. Untuk kebaikanmu!” bentak Jungsoo
sambil menggebrak meja di sebelahnya, membuat Hyemi sedikit terlonjak. Ia
kembali terisak pelan, walaupun tangisnya tidak pecah.
“Oppa…” ucap Hyemi pelan dengan suaranya
yang terdengar serak dan bergetar.
Jungsoo
menghela nafasnya pelan, lalu ia melangkah menghampiri Hyemi dan duduk di sisi
tempat tidur. Sebelah tangannya tergerak untuk membelai rambut hitam adiknya
yang terurai itu.
“Aku
menyayangimu, Hyemi-ah.. Sangat,” bisiknya lembut, sangat berbeda dengan nada
bicara yang terlontar dari mulutnya tadi.
Kedua bola
mata Hyemi bergerak menatap Jungsoo. Kini ia mulai memberanikan dirinya untuk
menatap kakak yang sosoknya sejak beberapa waktu lalu berubah menjadi begitu
menakutkan. Sebulir air mata kembali keluar dari pelupuk matanya yang langsung
dihapus dengan ibu jari Jungsoo saat ia mendapati pipi putih adiknya basah
karena air mata.
“Tapi
kenapa kau lakukan ini padaku, Oppa…?”
bisik Hyemi.
“Karena aku
memikirkan perasaanmu.”
Hyemi
tersentak. Perasaannya? Apa ini yang Jungsoo sebut sebagai menjaga perasaan
Hyemi?
“Mwo? Tapi kau…”
“Kau akan
mengerti betapa sayangnya aku padamu saat kau tersakiti, Sayang…” potong
Jungsoo sembari mengecup lembut kening adiknya.
Kemudian ia
beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar adiknya itu.
BLAM.
Hyemi
kembali meringkuk dan membenamkan wajahnya pada bantal berbentuk hati di
samping tubuhnya.
“Kau akan mengerti betapa sayangnya aku padamu saat kau
tersakiti, Sayang…”
“But, Oppa… You’ve hurt me now…” bisik Hyemi dari balik bantal yang menutupi
sebagian wajahnya saat buliran air mata itu lagi-lagi keluar dan membasahi
kedua pipinya.
** ** **
Lovely
Village, Jung’s house
“Narin! Ada
yang ingin bertemu denganmu!” seru seorang wanita paruh baya di depan pintu
kamar Narin.
“Siapa, Halmeoni?”
“Seorang
pria tampan.. Namanya… eungg… siapa ya..?” Wanita itu tampak berpikir keras,
mengingat-ingat nama pria yang datang untuk menemui cucunya itu.
“Ini aku.”
Narin
menoleh ke arah pria yang muncul di belakang halmeoni-nya. Dan saat itu ia hampir tidak memercayai bahwa pria
itu akan datang ke desa ini untuk mencarinya.
“Jungsoo-oppa…”
“Ada yang
ingin kubicarakan denganmu,” ujar Jungsoo sambil menunjukkan senyum hangatnya.
** ** **
“Mwo?!” seru Narin setengah terkejut
ketika Jungsoo mengakhiri cerita panjang lebarnya.
Nafasnya
sedikit tersengal, sementara kedua matanya membulat lebar. Ia tidak menyangka
semuanya akan berakibat seperti ini. Jungsoo baru saja mengatakan rencananya
untuk menendang Jong Woon keluar dari kehidupan Hyemi meskipun itu harus dengan
cara terlicik sekalipun, mengingat sulitnya memisahkan Jong Woon dan Hyemi yang
mulai dekat.
“Tapi, Oppa.. Apa kau yakin dengan…” ucap Narin
menggantung.
Jungsoo
kembali menarik sudut bibirnya ke atas, tersenyum ramah.
“Sangat
yakin.” Ia menghela nafasnya panjang, lalu pandangannya beralih pada
burung-burung yang beterbangan di langit. “Kau tahu.. aku tidak menyangka
semuanya akan sesulit ini,” gumamnya.
Narin tidak
mengalihkan tatapannya dari Jungsoo, ia masih menunggu pria itu melanjutkan
kata-katanya.
“Sepertinya
yang aku takutkan selama ini terjadi,” ucap Jungsoo seraya mengalihkan
tatapannya pada Narin.
“Mwo?” tanya Narin tak mengerti. Detak
jantungnya kembali berpacu cepat. Ia harus bersiap mendengar hal buruk apa yang
Jungsoo takutkan itu.
“Jong Woon…
sepertinya dia mulai jatuh cinta pada Hyemi.”
DEG!
Sekali lagi
kedua mata Narin membulat lebar dan nafasnya kembali memburu.
** ** **
Hyemi
tengah mengunyah biskuit cokelat yang biasa dijadikan kudapan sore harinya di
ruang tengah saat seorang namja
berwajah aegyeo itu tiba di kediaman
keluarga Park. Ia masuk ke dalam ruang tengah dan menghampiri yeoja yang ‘hampir’ menjadi tunangannya
itu.
“Annyeong…” sapa pria itu, membuat Hyemi
hampir tersedak jika ia tidak segera mengatur nafasnya.
“Eum.. annyeong…” balas Hyemi datar. Ia masih
kesal dengan acara pertunangannya yang gagal itu. Bagaimana mungkin ia bisa
bertunangan dengan namja tanpa
sepengetahuannya terlebih dahulu?
“Apa aku
mengganggumu?” tanya pria itu ramah sembari duduk di sebelah Hyemi.
Hyemi hanya
menggeleng cepat, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada TV yang sudah setia
menemani waktu sore harinya sejak tiga puluh menit yang lalu. Dengan mudah ia
bisa menyembunyikan wajah kesalnya dengan terus mengunyah biskuit cokelat yang
hampir habis setengahnya itu, tapi sayangnya pria itu bisa membaca suasana hati
Hyemi.
“Kau masih
marah?” tanya pria itu tanpa menghapus senyumnya.
Hyemi
menoleh. “Menurutmu?”
“Kau tahu,
Jungsoo-hyung melakukannya untuk
kebaikanmu.”
‘Untuk
kebaikanku.. untuk kebahagiaanku..’ Hyemi berkata dalam hati.
Kini semua
orang berkata bahwa semua itu dilakukan untuk dirinya. Tapi buktinya? Orang itu
tidak memikirkan perasaan Hyemi yang bisa terluka sewaktu-waktu.
“Dia sangat
menyayangimu.”
“Sungmin-ah..”
Hyemi hampir memotong ucapan Sungmin. “Sekarang aku ingin bertanya padamu.”
“Tanya
apa?” tanya Sungmin sambil memposisikan dirinya menghadap langsung pada Hyemi,
bersiap mendengarkan pertanyaan dari yeoja
itu dan berusaha menjawabnya.
“Kau dan Oppa-ku sudah merencana ini semua, kan?”
tanya Hyemi yang sontak membuat senyum Sungmin yang sudah merekah itu lenyap.
“Mwo?”
“Jawab
saja.” Hyemi menatap Sungmin dengan tajam, memastikan tidak ada kebohongan
dalam matanya. “Kalian sudah merencanakan ini kan? Dan itu semua tanpa
persetujuanku. Iya, kan?”
Sungmin
mengalihkan tatapannya ke samping, menghindari tatapan menginterupsi Hyemi.
“Aku…”
“Sungmin-ah,
jawab sejujurnya.”
Sungmin
menatap Hyemi dalam, lalu ia berkata. “Aku melakukannya karena aku
mencintaimu.”
Hanya lima
detik waktu Sungmin untuk menyelesaikan kalimatnya barusan. Tapi dalam lima
detik itu, Hyemi merasa waktu seperti terhenti. Sungmin mencintainya. Itulah
kenyataan baru yang harus ia terima.
** ** **
“Kim Jong
Woon jatuh cinta pada Hyemi?” tanya Narin tak percaya. Ia menutup mulutnya yang
setengah terbuka.
Jungsoo
mengangguk.
“Tapi
bukankah itu tidak akan berpengaruh apa-apa kalau Hyemi tidak––”
“Siapa yang
bisa menjamin Hyemi tidak akan jatuh cinta pada Jong Woon?” potong Jungsoo.
Itulah hal
yang ia takutkan belakangan ini. Ia takut Hyemi dan Jong Woon akan saling jatuh
cinta.
“Tapi…”
“Narin-ah..”
Jungsoo memegang kedua pundak Narin dan menatap kedua manik mata gadis itu
lekat-lekat. “Aku sangat mengenal adikku, dan aku akan tahu kapan ia jatuh
cinta dan kapan ia membenci seseorang…” Jungsoo menghembuskan nafasnya yang
sempat ditahannya saat mengucapkan kalimat barusan. Lalu ia kembali
melanjutkan, “Dan aku melihatnya saat ia menatap Kim Jong Woon..”
Narin
kembali menahan nafasnya. Tidak mungkin. Fakta pasti akan berbeda jauh dengan
apa yang terbesit dalam pikirannya saat ini.
“Sepertinya
Hyemi menyukai Jong Woon.”
** ** **
I’m
like a broken battery that can’t be used
You pull me left and right like a magnet
Right, now is the moment I’ve waited for so I can catch up
You pull me left and right like a magnet
Right, now is the moment I’ve waited for so I can catch up
(Super
Junior – Be My Girl)
“Apa yang harus kuperbuat?” gumam Hyemi
dengan kedua tangannya yang meremas rambutnya sendiri dengan kuat.
Sesekali ia meringis. Namun bukan
karena rasa sakit yang ia rasakan pada kepalanya karena menarik rambutnya
dengan begitu keras, tapi karena rasa sakit yang ia rasakan pada hatinya. Pada
nuraninya, saat sekali lagi ia melihat sosok kakak yang sangat ia sayangi
kembali berubah menjadi begitu menakutkan.
Makan malam kali ini menjadi tidak
begitu menyenangkan, bahkan Hyemi berharap ia tidak akan pernah menemukan makan
malam seperti malam ini. Sekali lagi, Jungsoo membicarakan tentang
pertunangannya dengan Sungmin yang batal. Dan sekali lagi Hyemi harus menahan
air matanya tumpah saat Jungsoo lagi-lagi memaksanya untuk menuruti kemauannya.
Sungmin… Kenapa harus namja itu?
Hyemi kembali merasakan bulir-bulir air
mata menuruni kedua pipinya. Besok adalah hari di mana Hyemi berharap ia akan
dibawa pergi oleh siapapun itu. Dan kini Hyemi mulai berharap tidak aka nada
kata ‘hari esok’. Karena besoklah hari di mana ia harus kembali memerangi
batinnya.
“Aku
tidak mencintainya, Oppa…”
Itulah yang Hyemi ungkapkan pada
Jungsoo. Tapi percuma, Jungsoo hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Kenapa?
Kenapa Jungsoo tak pernah mengerti? Kenapa Jungsoo tidak pernah mau
mendengarkan apa yang Hyemi inginkan? Sejak dulu.. sejak mereka masih kecil, eomma dan appa selalu mengatakan bahwa Jungsoo-lah sosok ‘pemimpin’ di
keluarga Park selain appa. Hal itulah
yang menyebabkan Jungsoo selalu berbuat seenaknya dan melakukan sesuatu yang
baik di matanya, tapi tidak bagi Hyemi.
Jungsoo egois. Hyemi tahu itu. Tapi
kenapa? Kenapa Jungsoo tidak pernah mau mengerti perasaan Hyemi? Kenapa Jungsoo
tidak pernah memandang perasaan Hyemi adalah hal terpenting dari segalanya?
“Wae,
Oppa…? Kenapa kau selalu begini padaku…?”
Kali ini jalan buntu yang Hyemi temui.
Ia tidak mungkin bisa membantah ucapan Jungsoo. Ya, putra sulung keluarga Park
itu begitu berkuasa di sini, termasuk bagi kehidupan Hyemi. Tidak peduli
meskipun hal ini akan melukai perasaan adik kesayangannya, Jungsoo akan terus
melakukan apapun yang menurutnya ‘baik’ untuk Hyemi.
Tiba-tiba Hyemi tersentak saat
ponselnya bergetar. Ia sedikit mengukir senyum di bibirnya saat melihat nama
penelepon yang tertera di layar ponselnya. Ia menekan tombol hijau dan
menempelkan benda elektronik itu pada sebelah telinganya.
“Yeoboseyo?”
ucapnya dengan berusaha setenang mungkin, meskipun suaranya terdengar sedikit
serak. Meskipun begitu, senyum tetap terlihat di bibirnya. Ia sedikit merasa terhibur
di saat seperti ini, namja ini
meneleponnya.
“Suaramu kenapa? Kau sakit?” tanya namja di seberang sambungan.
“Ani.”
“Mwo…
Tapi suaramu tadi…”
“Sudahlah, jangan mengurusi suaraku.
Ada apa kau meneleponku, Mr. Kim?”
“Hanya ingin mendengar suaramu.”
Kali ini Hyemi tidak mendengar adanya
nada yang bersifat ‘main-main’ dalam suara namja
di seberang sambungan itu. Yang ia dengar adalah ketulusan dalam setiap
kata-katanya. Ia mendengar sebuah kejujuran, bahwa yang Jong Woon katakan itu
adalah benar adanya.
“Kau sudah mendengar suaraku, kan?”
tanya Hyemi jahil. Ia ingin lihat sejauh apa Jong Woon bisa menghiburnya dan
mengembalikan semangat yang sempat terkikis.
“Yaak… Hyemi-ah.. Apa tidak bisa aku
bicara padamu sebentar lagi?”
Hyemi terkekeh. Ternyata tidak salah
putra tunggal keluarga Kim itu meneleponnya di saat seperti ini. Ia sangat
terbantu sekarang.
“Ne,
baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan, Jong Woon-ah?” kata Hyemi pada akhirnya.
“Aku merindukanmu.”
“Sekarang kau bilang kau merindukanku?
Ke mana yeoja yang dulu bersamamu,
huh?”
Sekarang Hyemi malah ingin menguji Jong
Woon.
“Bukankah kau sudah tahu kalau aku… Ah,
sudahlah.”
“Ne,
maaf… aku hanya mengujimu tadi.”
“Lalu.. Apa aku boleh bertanya lagi?”
tanya Jong Woon.
“Apa?”
“Kenapa kau menangis?”
Hyemi mengernyitkan dahinya. Ia memang
menangis, tapi bagaimana namja ini
bisa tahu akan hal itu?
“Aku tidak menangis,” ujar Hyemi
bersikeras.
“Aku melihatmu..” ucap Jong Woon dengan
suara rendah. “Aku selalu melihatmu…”
Dan seketika itu juga Hyemi menoleh ke
pintu kaca yang menjadi pembatas antara kamarnya dan balkon yang kordennya
sengaja ia buka. Kedua matanya terbuka lebar dengan tangannya yang tak lagi
menopang ponsel agar tetap menempel pada telinganya. Ia melihatnya sedang
berdiri tegak sambil menatapnya di sana. Ia melihat Jong Woon. Perlahan-lahan,
bibir namja itu membentuk sebuah
senyuman.
“Jangan menangis lagi, arraseo?”
To Be Continued…
Okeeee, saya tahu ini emang kependekan.
Tapi mau gimana lagi, saya lagi sibuk buat tugas sekolah dan hutang FF lain
hehe… mianhae :D
But I still waiting to see your comment
on my comment box ^^
ttuhkan....
BalasHapusjung so.a yg jadi jahat *gag terima*
*peluk yesung, gag mau lepas*