Rabu, 14 November 2012

Love or Obsession? [Part 6]


Love or Obsession––– Part 6

Author        : Ifa Raneza
Main Cast   : Yesung (Kim Jong Woon), Park Hyemi (OC)


** ** **

Jongwoon menekan tombol merah pada ponselnya dan mengembalikan benda itu ke dalam saku bajunya.
“Jangan menangis lagi, arraseo?” ucapnya seraya berjalan mendekati tempat di mana Hyemi sedang berdiri.
Gadis itu hanya terdiam di tempatnya dengan kedua bola matanya yang masih terbuka lebar, efek dari keterkejutannya yang masih belum pulih. Jongwoon tiba di depan yeoja itu dan menepuk kepalanya pelan.
“Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau menangis?” tanyanya lagi dengan senyum hangat yang akan selalu Hyemi rindukan di setiap detiknya.
Hyemi mengerjapkan matanya berulang kali, lalu bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. “Kenapa kau bisa di sini?”
Jongwoon terkekeh. “Karena aku adalah Kim Jong Woon. Apapun bisa kulakukan,” jawabnya bangga.
Hyemi memukul pundaknya pelan, membuat Jongwoon sekali lagi tertawa pelan melihat sikap yeoja yang selalu membuatnya hampir gila itu.
“Kenapa kau menangis? Apa kau tidak bosan mengeluarkan air mata?” tanya Jongwoon.
Ia menggerakkan ibu jarinya untuk menghapus jejak-jejak air mata di sudut mata Hyemi.
“Ada apa?” tanyanya lagi.
Hyemi menghembuskan nafasnya perlahan, lalu ia membuang mukanya ke arah lain, menghindari tatapan Jongwoon. Entah sejak kapan, ia mulai merasa risih ditatap seperti itu oleh sepasang mata yang terkesan tajam namun menenangkan itu.
Ia duduk di sisi ranjang dan menekuk kedua kakinya, membuat sosoknya menjadi begitu menyedihkan ditambah dengan kedua matanya yang sembap.
“Aku menunggumu untuk memulai cerita, Nona Park,” ujar Jongwoon seraya duduk di hadapan Hyemi.
“Percayakah kau bahwa Jungsoo-oppa sudah berubah menjadi iblis yang menyebalkan?” Jelas sekali itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Hyemi mengerlingkan matanya kesal. “Aku tidak habis pikir kenapa dia begitu terobsesi untuk menjodohkanku dengan Sungmin,” ujarnya lagi.
Jongwoon hanya tersenyum miris dengan kalimat Hyemi. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya Jongwoon.
Hyemi hanya menatapnya bingung.
“Apa yang kau inginkan untuk masa depanmu? Bukankah kau yang bilang bahwa kaulah yang paling tahu untuk menentukan masa depanmu?” Jongwoon mengulangi pertanyaannya.
Hyemi terdiam untuk beberapa saat. Ia memikirkan apa yang ia inginkan untuk kehidupannya. Ia bingung. Selama ini ia tidak pernah memikirkan apa yang selalu ia inginkan untuk hidupnya, apa yang dia suka, dan apa yang ingin ia lakukan. Tapi untuk saat ini, di saat otaknya sedang buntu, Hyemi memilih untuk menghindari pertanyaan Jongwoon yang membuatnya kebingungan itu.
“Kau sendiri? Apa yang kau inginkan untuk kehidupanmu?” tanya Hyemi, kalimat yang tidak Jongwoon harapkan darinya.
Jongwoon tersenyum, lalu ia menggenggam kedua tangan Hyemi dengan erat. Sekali lagi yeoja itu menatap kedua bola mata Jongwoon dengan tatapan bingung.
“Jika aku bilang bahwa aku menginginkanmu bagaimana? Apa kau akan percaya?” ucap Jongwoon dengan seulas senyuman tulus di garis bibirnya.
Hyemi terperangah mendengar ucapan namja di depannya ini. Apa dia tidak salah dengar?
Mwo?” ucap Hyemi pelan, hampir tak terdengar oleh kedua telinga Jongwoon.
“Aku menginginkanmu, Park Hyemi,” ucap Jongwoon lagi. Kali ini ia mengecup kedua punggung tangan Hyemi dengan lembut. “Berbeda dengan dulu, sekarang aku rasa.. aku benar-benar mencintaimu,” ucapnya lagi yang membuat detak jantung Hyemi menjadi tak beraturan.
Sekali lagi ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Sekarang ia malah berpikir bahwa yang sedang berbicara di depannya ini bukanlah Kim Jong Woon yang asli, melainkan hanya khayalannya saja karena terlalu stress memikirkan perubahan Jungsoo yang begitu bertolak belakang. Tapi setelah beberapa detik, ia tersadar bahwa yang ia alami sekarang bukanlah sekedar khayalan, tapi sebuah kenyataan. Sebuah kenyataan baru bahwa ada seorang lagi yang mencintainya dengan sepenuh hati. Kenyataan bahwa ia juga menginginkan hal yang sama dengan Jongwoon, sebuah cinta.
Mungkin sekaranglah saatnya Hyemi harus mengakui perasaan yang ia rasakan pada Jongwoon. Tapi sayangnya ia tidak mempunyai keyakinan yang kuat untuk itu.

“Terserah kau mau percaya atau tidak padaku. Yang jelas aku sudah mengatakan yang sejujurnya. Aku-sangat-mencintaimu,” eja Jongwoon tanpa menghapus senyuman hangatnya sesenti pun. Sosok yang begitu berbeda dengan Kim Jong Woon yang pertama kali Hyemi temui.
“Jika kau memiliki perasaan yang sama denganku, aku bersedia membawamu keluar dari semua fakta yang memuakkan ini. Fakta bahwa kau harus bersama dengan orang yang tidak kau cintai,” bisik Jongwoon sebelum ia mengecup kedua mata Hyemi secara bergantian.
Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju balkon.
“Lewat mana kau akan pulang?” tanya Hyemi dengan nada yang sedikit meninggi saat melihat Jongwoon bersiap untuk melompat dari balkon kamarnya.
Jongwoon menoleh pada Hyemi dan kembali mengulas senyumnya. “Aku selalu mempunyai cara yang tidak biasa untuk menemuimu. Good night!” ujarnya sebelum sosoknya menghilang dari pandangan Hyemi.
Begitu cepat, hingga Hyemi tidak bisa mereka ulang cara Jongwoon untuk pergi dari rumahnya. Ia bergegas berjalan ke balkon, lalu mencari-cari sesuatu yang mungkin saja dipakai Jongwoon untuk pergi secara misterius. Dan setelah mendapatkannya, ia tersenyum lega. Sebuah tangga tersembunyi di balik semak-semak di bawah balkon kamarnya. Di detik berikutnya, Hyemi tertawa pelan mengingat apa yang baru saja ia alami malam ini.
Gomawo, Jongwoon…” gumamnya sebelum ia berbalik dan masuk ke dalam kamar.

Jaljayo, Nona Park.”

** ** **

(Park Hyemi POV)

Sekarang aku sedang duduk di depan sebuah meja rias dengan beberapa pelayan yang merias dan mendandaniku dengan segala kosmetik yang aku tidak tahu apa namanya. Pandanganku kosong menatap ponselku yang tergeletak di atas meja rias di depanku. Aku berharap ada seseorang yang menghubungiku saat ini dan membawaku pergi hingga aku tidak perlu melakukan sesuatu yang harus namun tidak ingin kulakukan hari ini.
Rasanya sekarang aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Meneriakkan ketidakinginanku untuk melakukan hal ini, hal yang paling kubenci, keterpaksaan.
Tapi apa arti setetes air mataku bagi seorang Park Jung Soo, seorang kakak yang amat kusayangi yang tampak tak lebih dari seseorang yang gila akan kekuasaannya? Ia menganggap aku hanyalah adik yang dengan manisnya akan menuruti semua perintahnya.
Dia sudah berubah. Dia bukan kakak yang kukenal. Dia bukan kakak yang tumbuh bersamaku sejak dua puluh tahun yang lalu. Bukan.. dia sudah bukan Park Jung Soo yang dulu. Dia sudah berubah.. sangat berubah.

“Sudah selesai, Nona,” ucap seorang pelayan, membuyarkan lamunanku.
Aku tersadar di ruangan ini hanya ada aku dan seorang pelayan. Seingatku tadi ada sedikitnya tiga orang pelayan yang meriasku.
“Aku masih ingin di sini, kau keluarlah duluan,” ucapku tanpa mengalihkan tatapan pada cermin di depanku, memerhatikan sosokku yang kini tak lebih dari seorang gadis yang begitu menyedihkan.
“Tapi Tuan muda bilang..”
“Sudah kubilang aku masih ingin di sini,” ujarku dengan nada yang sedikit meninggi. Membuat pelayan itu sedikit terlonjak dan akhirnya menuruti perintahku.

BLAM…
Sepi. Hanya ada aku di ruangan ini. Aku kembali terhanyut dalam ratapan yang menyedihkan. Meratapi posisiku yang begitu tidak nyaman dalam keluarga ini. Kenapa aku dilahirkan sebagai putri bungsu? Dan kenapa oppa bisa melakukan hal yang dia inginkan dengan menggunakan statusnya sebagai ‘pengganti’ appa di sini? Aku benci semua ini! Aku benci segala sesuatu yang memaksaku untuk melakukan hal-hal tidak ingin kulakukan.
Aku hanya ingin oppa merasakan bahwa pemegang kuasa atas hidupku hanya aku, bukan orang lain.
Lalu… Apa aku bisa memperbaiki garis takdirku saat ini?
Apa aku bisa mengubah apa yang harusnya terjadi padaku sekarang?

Mungkin… hal yang harus kulakukan sekarang adalah membuat apa yang kuinginkan menjadi kenyataan, dan meninggalkan apa yang tidak kuinginkan saat ini.
Benar. Aku tidak menginginkan pertunangan ini. Jadi akulah yang harus pergi meninggalkan keinginan oppa yang begitu menekan batinku.
Harus. Apapun yang terjadi dalam hidupku adalah pilihanku semata.

Dengan cepat aku meraih ponselku yang tergeletak di atas meja dan menekan tombolnya dengan cepat.
“Kim Jong Woon… Aku mohon, tolong aku…”

** ** **

(Author POV)

Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan besar di kediaman keluarga Park yang dijadikan tempat untuk melangsungkan acara yang sudah Jungsoo rencanakan dengan baik untuk kehidupan adik tersayangnya. Rencana yang ia persiapkan untuk menjaga Hyemi dari kemungkinan-kemungkinan yang akan menyakitinya. Dan Jungsoo tidak mau Hyemi mengalami hal itu. Ia tidak akan pernah rela jika ada seorang pun yang menyakiti adiknya.
Tapi apa yang Jungsoo dapat hari ini? Tinggal selangkah lagi, maka rencananya akan berjalan dengan baik dan ia dapat melindungi adiknya. Namun kini takdir berkata lain.

“Ada apa? Di mana Hyemi?” tanya Jungsoo saat mendapati wajah pelayan itu terlihat begitu panik.
“No… nona… Nona… Dia…” ucapnya terputus-putus, membuat Jungsoo semakin tidak sabar untuk segera mendengar apa yang terjadi pada adiknya.
“Ada apa?! Katakan dengan jelas!” bentaknya.
“Nona… Nona menghilang. Kami tidak dapat menemukannya di mana pun,” ucap pelayan itu yang sontak langsung membuat seluruh darah Jungsoo memanas.
Sungmin menghampiri Jungsoo yang tampak berapi-api. Ia menepuk pelan pundak Jungsoo, dan saat itulah ia baru menyadari bahwa tubuh namja itu tengah menegang.

Jungsoo mencengkeram gelas sloki yang sedang berada di dalam genggamannya dengan kuat serta dengan rahang yang ikut mengeras. Dengan sekali sentakan, gelas kaca itu terhempas ke lantai sehingga pecahan-pecahannya berhamburan di lantai.
“Cari dia di mana pun! Aku tidak mau tahu kalian harus mencarinya sampai di seluruh Korea ini, yang terpenting temukan dia!” serunya yang langsung membuat anak buahnya bergerak dengan cepat.

** ** **

“Sampai kapan kau akan bersembunyi di sini?”
Suara Jongwoon membuat gadis yang sedang melamun sambil memandangi pemandangan kota Seoul lewat jendela apartemen itu membuyarkan lamunannya. Ia menoleh ke arah Jongwoon dan tersenyum kecut. Ia mengendikkan bahunya, lalu kembali memandangi langit Seoul yang sedang cerah.
“Kau tidak takut akan tertangkap? Kau tahu kuasa apa yang Jungsoo-hyung punya,” ujar Jongwoon seraya berdiri di belakang gadis itu.
“Seharusnya aku tahu hal itu akan terjadi,” gumamnya. “Di mana pun aku bersembunyi, bahkan di tempat paling terpencil sekalipun, Oppa akan menemukanku. Kemudian membawaku dan kembali memaksaku untuk bersanding dengan Sungmin,” ucapnya dengan diakhiri kekehan kecil.
Jongwoon menatap punggung Hyemi dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang datar namun tampak begitu dalam.
“Aku juga tidak bisa bersembunyi di sini selamanya, kan? Cepat atau lambat, Oppa pasti akan mencurigaimu,” ucap Hyemi sambil menolehkan kepalanya ke arah Jongwoon, menatap mata namja itu yang jelas-jelas sedang memerhatikan setiap inci sosoknya. “Aku bingung kenapa oppa bisa membencimu. Memangnya dosa apa yang sudah kau perbuat, heh?” tanya Hyemi yang langsung membuat tubuh Jongwoon membeku.
Dosa… Bagaimana pun ia pernah melakukan sebuah dosa yang menjadikannya sebagai orang tidak akan pernah pantas untuk dimaafkan. Dosa yang telah ia perbuat begitu besar, sehingga mampu menyakiti banyak orang di sekitarnya.
“Entahlah,” jawab Jongwoon pada akhirnya. “Yang pastinya apapun itu, aku tidak ingin kau tersakiti karenanya.”
Hyemi kembali menatap kedua bola mata Jongwoon. Kemudian secara perlahan ia menarik sudut bibirnya ke satu arah, membentuk sebuah lengkungan di bibirnya.
“Hey, kau masih ingat perkataanmu di kamarku malam itu?” tanya Hyemi.
Mwo?”
“Aku tidak yakin kau sudah melupakannya, Jongwoon. Jelas-jelas kau yang mengatakannya padaku.”
Jongwoon memutar otaknya, mencoba mengingat-ingat perkataan apa yang sudah ia lontarkan pada gadis di depannya ini.

‘Aku menginginkanmu, Park Hyemi.. Berbeda dengan dulu, sekarang aku rasa.. aku benar-benar mencintaimu.’
Jongwoon merasa nafasnya sedikit tercekat saat ia menyadari apa yang sudah ia katakan pada Hyemi.
“Aku.. menginginkanmu…?” ucapnya pelan, bahkan terdengar seperti bisikan.
Hyemi semakin melebarkan senyumannya, merasa geli sendiri melihat wajah Jongwoon yang sudah memerah seperti tomat.
“Lalu apa hubungannya dengan sekarang?” tanya Jongwoon dengan cepat. Sebisa mungkin ia menutupi rasa malunya, tapi percuma saja. Karena Hyemi sudah bisa melihat ekspresi Jongwoon yang tidak biasa.
“Bagaimana kalau aku juga menginginkanmu?” ucap Hyemi.
Jongwoon mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia rasa dirinya sudah gila sekarang.
“Aku rasa aku juga menginginkanmu, Kim Jong Woon..”
Kini giliran nafas Jongwoon yang terasa terhenti berhembus. Bagaimana tidak? Pengakuan Hyemi barusan adalah kalimat yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
“Bagaimana menurutmu?”
Jongwoon menatap Hyemi tak percaya. “Apanya?” tanyanya polos.
“Apa kita bisa bersama?” Hyemi berbalik bertanya.

Satu detik.. dua detik.. tiga detik…
Akhirnya keyakinan Jongwoon semakin kuat sekarang. Ia yakin bahwa gadis di hadapannya kini juga merasakan apa yang ia rasakan.
Perlahan senyuman Jongwoon mengembang dan ia mengulurkan tangannya pada gadis itu.
“Jika kau bersedia, aku akan berusaha agar kita bisa selalu bersama,” ujarnya mantap dan menunggu Hyemi menyambut uluran tangannya.
Senyuman Hyemi semakin melebar dan akhirnya sebelah tangannya terulur untuk menyambut uluran tangan Jongwoon.
“Aku bersedia.”

** ** **

Welcome home, Narin!” sambut Jungsoo sambil merentangkan kedua tangannya, menyambut kedatangan gadis berambut panjang itu dengan senyuman hangatnya.
Narin mengerutkan alisnya. Sehangat apapun senyuman yang Jungsoo tunjukkan, ia tetap bisa melihat kedinginan yang tersimpan di balik senyuman malaikatnya.
Home?” ucap Narin bingung.
“Anggap saja seperti rumahmu sendiri. Kami selalu menerimamu di sini. Terlebih Hyemi, ia pasti akan senang kalau ia tahu kau mau tinggal bersama kami,” jawab Jungsoo sambil menarik sudut bibirnya ke satu arah, membentuk sebuah lengkungan yang menggambarkan sinis di bibirnya.
“Kau bilang Hyemi menghilang?” tanya Narin lagi.
Jungsoo kembali tersenyum, dan ia menyuruh pelayan-pelayannya untuk menyiapkan kamar tamu untuk Narin dan membawakan barang-barang gadis itu ke dalam.
“Kita bicarakan di dalam,” ujarnya.

** ** **

When you're weary
Feeling small
When tears are in your eyes
I will dry them all…

Hyemi menggeliat di dalam pelukan Jongwoon. Ia membenarkan posisinya dengan kedua bola matanya yang masih mengarah pada setiap inci wajah namja yang baru saja resmi menjalin hubungan dengannya. Ia memerhatikan lekukan wajah namja itu sementara bibirnya terus menyanyikan lagu yang selalu Hyemi dengarkan sebelum tidur.
Sementara menyanyikan lagu untuk yeoja-nya itu, Jongwoon membelai dan merapikan rambut panjang Hyemi, menyelipkan helaian-helaian rambut hitam itu di belakang telinganya sambil terus membalas tatapan yeoja itu dengan senyumannya yang tak pernah terhapus.
I'm on your side
When times get rough
And friends just can't be found
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…


Perlahan jari telunjuk Jongwoon menyusuri wajah Hyemi bersamaan dengan kedua mata gadis itu yang perlahan menutup. Ia bisa merasakan sudut-sudut bibirnya tertarik dengan sendirinya saat wajahnya menerima sentuhan lembut jari telunjuk Jongwoon. Entah sejak kapan ia mulai menyukai sentuhan hangat namja yang dulu ia cap sebagai ‘pria penebar pesona’ ini, tapi nyatanya kini ia tidak bisa lepas dari genggaman Jongwoon.

When you're down and out
When you're on the street
When evening falls so hard
I will comfort you…

Sungmin merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya secara perlahan bersamaan dengan kedua matanya yang menutup. Ingatan tentang hal-hal absurd yang terjadi akhir-akhir ini di kehidupannya. Ia masih ingat bagaimana sosok Jungsoo yang tiba-tiba berubah dan membuat Hyemi semakin membenci mereka.
Pria itu membuka matanya yang kini tampak sedikit berair. Ia tidak mungkin bisa membuat Hyemi memiliki perasaan yang sama dengannya, tapi setidaknya gadis itu bisa mengetahui betapa besar rasa yang Sungmin berikan untuknya, dan ia berharap Hyemi bisa mengerti tujuan rencana yang sudah Sungmin dan Jungsoo susun.
Ia tidak akan bisa melihat Hyemi jatuh ke dalam pelukan Jongwoon yang bisa menyakiti yeoja manapun kapanpun ia mau. Ia tidak mau hal itu sampai terjadi. Apapun yang terjadi, Hyemi bersedia ataupun tidak.. ia tetap harus mengikat gadis itu dengannya, untuk melindungi gadis yang paling ia cintai.
Sungmin kembali menutup matanya yang terasa panas hingga membuat sebulir air mata keluar dari sudut matanya menuruni pipinya.

I'll take your part
When darkness comes
And pain is all around
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…

Jungsoo menghembuskan nafas beratnya sementara tatapannya terus mengarah pada gelas kaca berisi wine di tangan kanannya. Tatapannya tidak beralih sedikitpun dari gelas kaca berisi minuman berwarna sedikit kemerahan itu, tapi tidak dengan pikirannya yang sudah melayang memikirkan Hyemi yang menjadi pokok masalahnya saat ini.
Ia tidak pernah bisa membiarkan seorang pun menyakiti adiknya, tapi kini ia malah menyakiti gadis yang seharusnya ia jaga itu. Semua orang tidak akan berpikir begitu jauh tentang perasaan Jungsoo yang juga sakit melihat adiknya menangis karena perbuatannya. Bohong jika ia mengatakan bahwa hatinya tidak menangis melihat Hyemi yang selalu terlihat takut ketika menatapnya. Bohong jika ia mengatakan bahwa dirinya tidak rapuh ketika melihat adiknya itu rapuh.
Serapuh apapun Hyemi, maka Jungsoo-lah yang akan lebih hancur.
Sekali lagi ia menghembuskan nafas beratnya dengan tatapan yang belum beralih sesenti pun dari gelas kaca yang dipegangnya, sementara raut wajahnya semakin terlihat dingin, membuat siapapun yang melihatnya ingin segera pergi dari sana.

Sail on Silver Girl,
Sail on by
Your time has come to shine
All your dreams are on their way…

Narin masuk ke dalam ruangan di mana Jungsoo tengah memandangi gelas kaca berisi wine di tangannya dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun yang bisa membuyarkan lamunan pria berwajah dingin itu.
Narin berdiri di sisi pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, memerhatikan sosok kakak yang sedang berpikir keras tentang adiknya yang kini entah berada di mana.
Masa depan Hyemi ataukah perasaan Hyemi, Narin tidak tahu pasti apa yang ada di pikiran Jungsoo saat ini. Tapi yang pastinya, ia juga hancur ketika melihat Jungsoo maupun Hyemi hancur di depan matanya.
“Jungsoo-oppa…” Suaranya keluar begitu saja, membuat pria dingin itu memutar kepalanya secara perlahan dan menatapnya dengan tatapan yang cukup menusuk.

See how they shine
If you need a friend
I'm sailing right behind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind…

Hyemi bertepuk tangan pelan saat Jongwoon mengakhiri lagu yang Hyemi pinta untuk ia nyanyikan sebagai lagu pengantar tidurnya malam ini, Bridge Over Troubled Water. Jongwoon mengacak pelan rambut Hyemi ketika kekehan kecil keluar dari bibir mungil gadis yang masih berada di dalam pelukannya itu.
“Sudah puas?” tanya Jongwoon, melihat Hyemi yang tampak begitu tertarik dengan nyanyiannya yang sudah berakhir itu.
“Suaramu bagus,” pujinya yang kembali mendapatkan belaian dari Jongwoon pada wajahnya. “Kenapa tidak jadi penyanyi saja sejak dulu?” tanyanya.
Jongwoon terkekeh, lalu ia mencubit pipi Hyemi. “Seharusnya kau bersyukur akan menjadi satu-satunya orang yang mendengarkanku bernyanyi,” ujarnya.
“Jadi mantan-mantan pacarmu tidak pernah mendengarmu bernyanyi?” tanya Hyemi setengah terkejut mendengar pernyataan Jongwoon sambil bangkit dari posisi tidurnya pada sebelah lengan Jongwoon.
“Hey… Kau membuatnya sedikit aneh dengan kata ‘mantan-mantan’,” gumam Jongwoon seraya menjauhkan dirinya dari Hyemi.
Hyemi menarik lengan baju Jongwoon dan mengguncang lengan namja itu dengan pelan. “Jawab aku. Jadi aku orang pertama yang mendengarmu bernyanyi?” tanyanya lagi.
Jongwoon mengangguk pelan. “Bagaimana? Kau senang?”
Senyum Hyemi mengembang, dan dengan bersemangat ia mengangguk.
“Kalau begitu tidurlah. Sudah malam. Jangan meminta yang aneh-aneh lagi,” ujar Jongwoon seraya mendaratkan kecupan singkat pada puncak kepala gadis itu.
Good night,” bisik Jongwoon sebelum ia mematikan lampu dan keluar dari kamar itu. Membiarkan ‘putri tidur’nya mengembangkan layar untuk segera berlabuh dalam mimpi.

** ** **

(Kim Jong Woon POV)

Aku tidak bisa menahan sudut-sudut bibirku tertarik ke atas saat melihat gadis yang sejak beberapa hari lalu menghilang di hari pertunangannya sendiri melahap makanan yang tersaji di depannya dengan semangat. Dia bahkan tidak menyadari sedikitpun bahwa aku tengah menatapnya sambil mengulum senyum. Dia benar-benar menarik.
“Kenapa melihatku seperti itu?” tanyanya dengan mulut yang hampir penuh dengan makanan.
Kali ini aku tidak bisa menahan tawaku melihat wajahnya yang persis seperti anak kecil. Dengan gerakan cepat kubersihkan makanan yang menempel di sudut bibirnya dan mengelusnya lembut.
“Makan yang banyak,” ujarku seraya melahap makananku yang belum kusentuh sama sekali.
“Seharusnya aku yang berkata begitu padamu. Cepat habiskan sarapanmu, pesawat menuju pulau Jeju akan berangkat dua jam lagi,” ujarnya setelah meneguk air putih dan mengakhiri sarapannya.
Arraseo, Sajangnim!” seruku sambil memberi hormat padanya.
Ia memukul pelan bahuku dan bangkit dari duduknya, berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengemasi barang-barang yang baru kubeli untuknya beberapa hari yang lalu, mengingat tidak ada satu pun barang miliknya di dalam apartemenku ini.
Dan untuk alasan mengapa sampai hari ini putri keluarga Park yang dicari-cari itu belum juga ‘tertangkap’, itu karena tidak ada orang lain selain kami yang tahu keberadaan apartemenku ini. Bukankah itu bagus?

“Kau sudah selesai sarapan?” tanyanya saat pintu kamar itu terbuka dan menampakkan sosoknya yang terbalut pakaian santai yang membuatnya tampak begitu manis.
Eo.. Kajja kita berangkat sekarang. Jangan sampai pesawat itu meninggalkan kita.”
Aku menghampirinya dan menggamit tangan kanannya, membawanya pergi ke suatu tempat yang kuharap hanya ada aku dan dia tanpa ada orang yang bisa memisahkan kami, selamanya.

** ** **

(Park Jung Soo POV)

Dua hari ini aku merasa setengah jiwaku menghilang. Seseorang yang mampu membuat pikiranku penuh akan dirinya. Ia sangat mengenal diriku, tapi tak sebaik aku mengenal dirinya. Hyemi… Andai dia tahu kenapa aku melakukan semua ini padanya. Tapi itu tidak mungkin, karena itu hanya akan membuatnya sakit.
Dia tidak pernah tahu bagaimana aku mengkhawatirkan dirinya. Bagaimana aku mengharapkan yang terbaik untuknya. Semuanya… semua yang kulakukan semata-mata hanya untuk dirinya, untuk kebahagiaannya. Terserah dengan cara apa aku melakukannya, yang penting untukku adalah dia terhindar dari sesuatu yang akan membuatnya menderita nantinya.

Dengan pikiran yang sudah melayang entah ke mana, aku mengamati foto-foto yang terpajang di meja dekat perapian. Foto berisi sosok-sosok kecil yang manis yang kini telah menjadi sosok dewasa.
Perlahan tanganku terulur meraih satu buah foto aku dan Hyemi lima belas tahun lalu saat kami berlibur ke sebuah pulau yang aku tidak tahu namanya. Aku mengelus pelan permukaan foto itu dengan tanpa sadar bibirku yang sudah mengukir senyum.
“Aku merindukanmu, Saeng.. Kau di mana sekarang…?” bisikku yang tidak mungkin akan terjawab.

Tak berapa lama kemudian aku mendengar suara pintu dibuka. Tanpa repot-repot menoleh, aku mendengar seorang pria dengan suara berat mengatakan sesuatu yang langsung membuat senyumanku melebar, sangat lebar..
“Tuan, kami telah menemukan keberadaan Nona Hyemi. Dia sedang berada di pulau Jeju. Penerbangan telah kami atur untuk menjemputnya, Tuan.”
Park Hyemi.. Sejauh apapun kau melangkah, kakakmu ini akan terus mengawasimu.

Well, I catch you.


-To be continued-


The story become strange in this part, I think (   .___.)?
But I’m always wait for your comment on my comment box :D
Thanks, All ^^

 

3 komentar:

  1. ckck.. hidup itu memang butuh perjuangan jong woon-ah *so bijak*
    kyaaa... hyemi sm jong woon.a jadian juga XD
    tapi.. kenapa gag kawin lari aja..
    trus bikin anak..
    selesai kan *toyor kepala*

    ck, pasti part 7.a luama lagi..
    yyah, gag tau deh ending.a gimana *sigh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk... ne, bener.. hidup itu butuh perjuangan dan resiko ;)
      thanks udh baca+comment.. ^^
      aku usahain part 7 nya cepet kok...
      once again, gomawo ^^

      Hapus
  2. Kyaaaaa , keren2 !!!! Emang kenapa sih alasannya ?

    BalasHapus