Love or Obsession––– Part
6
Author : Ifa Raneza
Main
Cast : Yesung (Kim Jong Woon), Park
Hyemi (OC)
**
** **
Jongwoon menekan tombol merah pada
ponselnya dan mengembalikan benda itu ke dalam saku bajunya.
“Jangan menangis lagi, arraseo?” ucapnya seraya berjalan
mendekati tempat di mana Hyemi sedang berdiri.
Gadis itu hanya terdiam di tempatnya
dengan kedua bola matanya yang masih terbuka lebar, efek dari keterkejutannya
yang masih belum pulih. Jongwoon tiba di depan yeoja itu dan menepuk kepalanya pelan.
“Kau belum menjawab pertanyaanku,
kenapa kau menangis?” tanyanya lagi dengan senyum hangat yang akan selalu Hyemi
rindukan di setiap detiknya.
Hyemi mengerjapkan matanya berulang
kali, lalu bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. “Kenapa kau bisa di
sini?”
Jongwoon terkekeh. “Karena aku adalah
Kim Jong Woon. Apapun bisa kulakukan,” jawabnya bangga.
Hyemi memukul pundaknya pelan, membuat
Jongwoon sekali lagi tertawa pelan melihat sikap yeoja yang selalu membuatnya hampir gila itu.
“Kenapa kau menangis? Apa kau tidak
bosan mengeluarkan air mata?” tanya Jongwoon.
Ia menggerakkan ibu jarinya untuk
menghapus jejak-jejak air mata di sudut mata Hyemi.
“Ada apa?” tanyanya lagi.
Hyemi menghembuskan nafasnya perlahan,
lalu ia membuang mukanya ke arah lain, menghindari tatapan Jongwoon. Entah
sejak kapan, ia mulai merasa risih ditatap seperti itu oleh sepasang mata yang
terkesan tajam namun menenangkan itu.
Ia duduk di sisi ranjang dan menekuk
kedua kakinya, membuat sosoknya menjadi begitu menyedihkan ditambah dengan
kedua matanya yang sembap.
“Aku menunggumu untuk memulai cerita,
Nona Park,” ujar Jongwoon seraya duduk di hadapan Hyemi.
“Percayakah kau bahwa Jungsoo-oppa sudah berubah menjadi iblis yang
menyebalkan?” Jelas sekali itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Hyemi
mengerlingkan matanya kesal. “Aku tidak habis pikir kenapa dia begitu terobsesi
untuk menjodohkanku dengan Sungmin,” ujarnya lagi.
Jongwoon hanya tersenyum miris dengan
kalimat Hyemi. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya
Jongwoon.
Hyemi hanya menatapnya bingung.
“Apa yang kau inginkan untuk masa
depanmu? Bukankah kau yang bilang bahwa kaulah yang paling tahu untuk
menentukan masa depanmu?” Jongwoon mengulangi pertanyaannya.
Hyemi terdiam untuk beberapa saat. Ia
memikirkan apa yang ia inginkan untuk kehidupannya. Ia bingung. Selama ini ia
tidak pernah memikirkan apa yang selalu ia inginkan untuk hidupnya, apa yang
dia suka, dan apa yang ingin ia lakukan. Tapi untuk saat ini, di saat otaknya
sedang buntu, Hyemi memilih untuk menghindari pertanyaan Jongwoon yang
membuatnya kebingungan itu.
“Kau sendiri? Apa yang kau inginkan
untuk kehidupanmu?” tanya Hyemi, kalimat yang tidak Jongwoon harapkan darinya.
Jongwoon tersenyum, lalu ia menggenggam
kedua tangan Hyemi dengan erat. Sekali lagi yeoja
itu menatap kedua bola mata Jongwoon dengan tatapan bingung.
“Jika aku bilang bahwa aku
menginginkanmu bagaimana? Apa kau akan percaya?” ucap Jongwoon dengan seulas senyuman
tulus di garis bibirnya.
Hyemi terperangah mendengar ucapan namja di depannya ini. Apa dia tidak
salah dengar?
“Mwo?”
ucap Hyemi pelan, hampir tak terdengar oleh kedua telinga Jongwoon.
“Aku menginginkanmu, Park Hyemi,” ucap
Jongwoon lagi. Kali ini ia mengecup kedua punggung tangan Hyemi dengan lembut.
“Berbeda dengan dulu, sekarang aku rasa.. aku benar-benar mencintaimu,” ucapnya
lagi yang membuat detak jantung Hyemi menjadi tak beraturan.
Sekali lagi ia mengerjap-ngerjapkan
matanya. Sekarang ia malah berpikir bahwa yang sedang berbicara di depannya ini
bukanlah Kim Jong Woon yang asli, melainkan hanya khayalannya saja karena
terlalu stress memikirkan perubahan Jungsoo yang begitu bertolak belakang. Tapi
setelah beberapa detik, ia tersadar bahwa yang ia alami sekarang bukanlah
sekedar khayalan, tapi sebuah kenyataan. Sebuah kenyataan baru bahwa ada
seorang lagi yang mencintainya dengan sepenuh hati. Kenyataan bahwa ia juga
menginginkan hal yang sama dengan Jongwoon, sebuah cinta.
Mungkin sekaranglah saatnya Hyemi harus
mengakui perasaan yang ia rasakan pada Jongwoon. Tapi sayangnya ia tidak
mempunyai keyakinan yang kuat untuk itu.
“Terserah kau mau percaya atau tidak
padaku. Yang jelas aku sudah mengatakan yang sejujurnya.
Aku-sangat-mencintaimu,” eja Jongwoon tanpa menghapus senyuman hangatnya
sesenti pun. Sosok yang begitu berbeda dengan Kim Jong Woon yang pertama kali
Hyemi temui.
“Jika kau memiliki perasaan yang sama
denganku, aku bersedia membawamu keluar dari semua fakta yang memuakkan ini. Fakta
bahwa kau harus bersama dengan orang yang tidak kau cintai,” bisik Jongwoon
sebelum ia mengecup kedua mata Hyemi secara bergantian.
Ia bangkit dari duduknya dan berjalan
menuju balkon.
“Lewat mana kau akan pulang?” tanya
Hyemi dengan nada yang sedikit meninggi saat melihat Jongwoon bersiap untuk
melompat dari balkon kamarnya.
Jongwoon menoleh pada Hyemi dan kembali
mengulas senyumnya. “Aku selalu mempunyai cara yang tidak biasa untuk
menemuimu. Good night!” ujarnya
sebelum sosoknya menghilang dari pandangan Hyemi.
Begitu cepat, hingga Hyemi tidak bisa
mereka ulang cara Jongwoon untuk pergi dari rumahnya. Ia bergegas berjalan ke
balkon, lalu mencari-cari sesuatu yang mungkin saja dipakai Jongwoon untuk
pergi secara misterius. Dan setelah mendapatkannya, ia tersenyum lega. Sebuah
tangga tersembunyi di balik semak-semak di bawah balkon kamarnya. Di detik
berikutnya, Hyemi tertawa pelan mengingat apa yang baru saja ia alami malam
ini.
“Gomawo,
Jongwoon…” gumamnya sebelum ia berbalik dan masuk ke dalam kamar.
“Jaljayo,
Nona Park.”
**
** **
(Park
Hyemi POV)
Sekarang aku sedang duduk di depan
sebuah meja rias dengan beberapa pelayan yang merias dan mendandaniku dengan
segala kosmetik yang aku tidak tahu apa namanya. Pandanganku kosong menatap
ponselku yang tergeletak di atas meja rias di depanku. Aku berharap ada
seseorang yang menghubungiku saat ini dan membawaku pergi hingga aku tidak
perlu melakukan sesuatu yang harus namun tidak ingin kulakukan hari ini.
Rasanya sekarang aku ingin menangis
sekencang-kencangnya. Meneriakkan ketidakinginanku untuk melakukan hal ini, hal
yang paling kubenci, keterpaksaan.
Tapi apa arti setetes air mataku bagi
seorang Park Jung Soo, seorang kakak yang amat kusayangi yang tampak tak lebih
dari seseorang yang gila akan kekuasaannya? Ia menganggap aku hanyalah adik
yang dengan manisnya akan menuruti semua perintahnya.
Dia sudah berubah. Dia bukan kakak yang
kukenal. Dia bukan kakak yang tumbuh bersamaku sejak dua puluh tahun yang lalu.
Bukan.. dia sudah bukan Park Jung Soo yang dulu. Dia sudah berubah.. sangat
berubah.
“Sudah selesai, Nona,” ucap seorang
pelayan, membuyarkan lamunanku.
Aku tersadar di ruangan ini hanya ada
aku dan seorang pelayan. Seingatku tadi ada sedikitnya tiga orang pelayan yang
meriasku.
“Aku masih ingin di sini, kau keluarlah
duluan,” ucapku tanpa mengalihkan tatapan pada cermin di depanku, memerhatikan
sosokku yang kini tak lebih dari seorang gadis yang begitu menyedihkan.
“Tapi Tuan muda bilang..”
“Sudah kubilang aku masih ingin di
sini,” ujarku dengan nada yang sedikit meninggi. Membuat pelayan itu sedikit
terlonjak dan akhirnya menuruti perintahku.
BLAM…
Sepi. Hanya ada aku di ruangan ini. Aku
kembali terhanyut dalam ratapan yang menyedihkan. Meratapi posisiku yang begitu
tidak nyaman dalam keluarga ini. Kenapa aku dilahirkan sebagai putri bungsu?
Dan kenapa oppa bisa melakukan hal yang
dia inginkan dengan menggunakan statusnya sebagai ‘pengganti’ appa di sini? Aku benci semua ini! Aku
benci segala sesuatu yang memaksaku untuk melakukan hal-hal tidak ingin
kulakukan.
Aku hanya ingin oppa merasakan bahwa pemegang kuasa atas hidupku hanya aku, bukan
orang lain.
Lalu… Apa aku bisa memperbaiki garis
takdirku saat ini?
Apa aku bisa mengubah apa yang harusnya
terjadi padaku sekarang?
Mungkin… hal yang harus kulakukan
sekarang adalah membuat apa yang kuinginkan menjadi kenyataan, dan meninggalkan
apa yang tidak kuinginkan saat ini.
Benar. Aku tidak menginginkan
pertunangan ini. Jadi akulah yang harus pergi meninggalkan keinginan oppa yang begitu menekan batinku.
Harus. Apapun yang terjadi dalam
hidupku adalah pilihanku semata.
Dengan cepat aku meraih ponselku yang
tergeletak di atas meja dan menekan tombolnya dengan cepat.
“Kim Jong Woon… Aku mohon, tolong aku…”
**
** **
(Author
POV)
Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan
besar di kediaman keluarga Park yang dijadikan tempat untuk melangsungkan acara
yang sudah Jungsoo rencanakan dengan baik untuk kehidupan adik tersayangnya.
Rencana yang ia persiapkan untuk menjaga Hyemi dari kemungkinan-kemungkinan
yang akan menyakitinya. Dan Jungsoo tidak mau Hyemi mengalami hal itu. Ia tidak
akan pernah rela jika ada seorang pun yang menyakiti adiknya.
Tapi apa yang Jungsoo dapat hari ini?
Tinggal selangkah lagi, maka rencananya akan berjalan dengan baik dan ia dapat
melindungi adiknya. Namun kini takdir berkata lain.
“Ada apa? Di mana Hyemi?” tanya Jungsoo
saat mendapati wajah pelayan itu terlihat begitu panik.
“No… nona… Nona… Dia…” ucapnya
terputus-putus, membuat Jungsoo semakin tidak sabar untuk segera mendengar apa
yang terjadi pada adiknya.
“Ada apa?! Katakan dengan jelas!”
bentaknya.
“Nona… Nona menghilang. Kami tidak
dapat menemukannya di mana pun,” ucap pelayan itu yang sontak langsung membuat
seluruh darah Jungsoo memanas.
Sungmin menghampiri Jungsoo yang tampak
berapi-api. Ia menepuk pelan pundak Jungsoo, dan saat itulah ia baru menyadari
bahwa tubuh namja itu tengah
menegang.
Jungsoo mencengkeram gelas sloki yang
sedang berada di dalam genggamannya dengan kuat serta dengan rahang yang ikut
mengeras. Dengan sekali sentakan, gelas kaca itu terhempas ke lantai sehingga
pecahan-pecahannya berhamburan di lantai.
“Cari dia di mana pun! Aku tidak mau
tahu kalian harus mencarinya sampai di seluruh Korea ini, yang terpenting
temukan dia!” serunya yang langsung membuat anak buahnya bergerak dengan cepat.
**
** **
“Sampai kapan kau akan bersembunyi di
sini?”
Suara Jongwoon membuat gadis yang
sedang melamun sambil memandangi pemandangan kota Seoul lewat jendela apartemen
itu membuyarkan lamunannya. Ia menoleh ke arah Jongwoon dan tersenyum kecut. Ia
mengendikkan bahunya, lalu kembali memandangi langit Seoul yang sedang cerah.
“Kau tidak takut akan tertangkap? Kau
tahu kuasa apa yang Jungsoo-hyung
punya,” ujar Jongwoon seraya berdiri di belakang gadis itu.
“Seharusnya aku tahu hal itu akan
terjadi,” gumamnya. “Di mana pun aku bersembunyi, bahkan di tempat paling
terpencil sekalipun, Oppa akan
menemukanku. Kemudian membawaku dan kembali memaksaku untuk bersanding dengan
Sungmin,” ucapnya dengan diakhiri kekehan kecil.
Jongwoon menatap punggung Hyemi dengan
tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang datar namun tampak begitu dalam.
“Aku juga tidak bisa bersembunyi di
sini selamanya, kan? Cepat atau lambat, Oppa
pasti akan mencurigaimu,” ucap Hyemi sambil menolehkan kepalanya ke arah
Jongwoon, menatap mata namja itu yang
jelas-jelas sedang memerhatikan setiap inci sosoknya. “Aku bingung kenapa oppa bisa membencimu. Memangnya dosa apa
yang sudah kau perbuat, heh?” tanya Hyemi yang langsung membuat tubuh Jongwoon
membeku.
Dosa… Bagaimana pun ia pernah melakukan
sebuah dosa yang menjadikannya sebagai orang tidak akan pernah pantas untuk
dimaafkan. Dosa yang telah ia perbuat begitu besar, sehingga mampu menyakiti
banyak orang di sekitarnya.
“Entahlah,” jawab Jongwoon pada
akhirnya. “Yang pastinya apapun itu, aku tidak ingin kau tersakiti karenanya.”
Hyemi kembali menatap kedua bola mata
Jongwoon. Kemudian secara perlahan ia menarik sudut bibirnya ke satu arah,
membentuk sebuah lengkungan di bibirnya.
“Hey, kau masih ingat perkataanmu di
kamarku malam itu?” tanya Hyemi.
“Mwo?”
“Aku tidak yakin kau sudah
melupakannya, Jongwoon. Jelas-jelas kau yang mengatakannya padaku.”
Jongwoon memutar otaknya, mencoba
mengingat-ingat perkataan apa yang sudah ia lontarkan pada gadis di depannya
ini.
‘Aku
menginginkanmu, Park Hyemi.. Berbeda dengan dulu, sekarang aku rasa.. aku
benar-benar mencintaimu.’
Jongwoon merasa nafasnya sedikit
tercekat saat ia menyadari apa yang sudah ia katakan pada Hyemi.
“Aku.. menginginkanmu…?” ucapnya pelan,
bahkan terdengar seperti bisikan.
Hyemi semakin melebarkan senyumannya,
merasa geli sendiri melihat wajah Jongwoon yang sudah memerah seperti tomat.
“Lalu apa hubungannya dengan sekarang?”
tanya Jongwoon dengan cepat. Sebisa mungkin ia menutupi rasa malunya, tapi
percuma saja. Karena Hyemi sudah bisa melihat ekspresi Jongwoon yang tidak
biasa.
“Bagaimana kalau aku juga menginginkanmu?”
ucap Hyemi.
Jongwoon mengerjapkan matanya
berkali-kali. Ia rasa dirinya sudah gila sekarang.
“Aku rasa aku juga menginginkanmu, Kim
Jong Woon..”
Kini giliran nafas Jongwoon yang terasa
terhenti berhembus. Bagaimana tidak? Pengakuan Hyemi barusan adalah kalimat
yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
“Bagaimana menurutmu?”
Jongwoon menatap Hyemi tak percaya. “Apanya?”
tanyanya polos.
“Apa kita bisa bersama?” Hyemi berbalik
bertanya.
Satu detik.. dua detik.. tiga detik…
Akhirnya keyakinan Jongwoon semakin
kuat sekarang. Ia yakin bahwa gadis di hadapannya kini juga merasakan apa yang
ia rasakan.
Perlahan senyuman Jongwoon mengembang
dan ia mengulurkan tangannya pada gadis itu.
“Jika kau bersedia, aku akan berusaha
agar kita bisa selalu bersama,” ujarnya mantap dan menunggu Hyemi menyambut
uluran tangannya.
Senyuman Hyemi semakin melebar dan
akhirnya sebelah tangannya terulur untuk menyambut uluran tangan Jongwoon.
“Aku bersedia.”
**
** **
“Welcome
home, Narin!” sambut Jungsoo sambil merentangkan kedua tangannya, menyambut
kedatangan gadis berambut panjang itu dengan senyuman hangatnya.
Narin mengerutkan alisnya. Sehangat
apapun senyuman yang Jungsoo tunjukkan, ia tetap bisa melihat kedinginan yang
tersimpan di balik senyuman malaikatnya.
“Home?”
ucap Narin bingung.
“Anggap saja seperti rumahmu sendiri.
Kami selalu menerimamu di sini. Terlebih Hyemi, ia pasti akan senang kalau ia
tahu kau mau tinggal bersama kami,” jawab Jungsoo sambil menarik sudut bibirnya
ke satu arah, membentuk sebuah lengkungan yang menggambarkan sinis di bibirnya.
“Kau bilang Hyemi menghilang?” tanya
Narin lagi.
Jungsoo kembali tersenyum, dan ia
menyuruh pelayan-pelayannya untuk menyiapkan kamar tamu untuk Narin dan
membawakan barang-barang gadis itu ke dalam.
“Kita bicarakan di dalam,” ujarnya.
**
** **
“When you're
weary
Feeling small
When tears are in your eyes
I will dry them all…”
Feeling small
When tears are in your eyes
I will dry them all…”
Hyemi menggeliat di dalam pelukan Jongwoon. Ia
membenarkan posisinya dengan kedua bola matanya yang masih mengarah pada setiap
inci wajah namja yang baru saja resmi
menjalin hubungan dengannya. Ia memerhatikan lekukan wajah namja itu sementara bibirnya terus menyanyikan lagu yang selalu
Hyemi dengarkan sebelum tidur.
Sementara menyanyikan lagu untuk yeoja-nya itu, Jongwoon membelai dan
merapikan rambut panjang Hyemi, menyelipkan helaian-helaian rambut hitam itu di
belakang telinganya sambil terus membalas tatapan yeoja itu dengan senyumannya yang tak pernah terhapus.
“I'm on your
side
When times get rough
And friends just can't be found
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…”
When times get rough
And friends just can't be found
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…”
Perlahan jari telunjuk Jongwoon menyusuri wajah
Hyemi bersamaan dengan kedua mata gadis itu yang perlahan menutup. Ia bisa
merasakan sudut-sudut bibirnya tertarik dengan sendirinya saat wajahnya
menerima sentuhan lembut jari telunjuk Jongwoon. Entah sejak kapan ia mulai
menyukai sentuhan hangat namja yang
dulu ia cap sebagai ‘pria penebar pesona’ ini, tapi nyatanya kini ia tidak bisa
lepas dari genggaman Jongwoon.
“When you're
down and out
When you're on the street
When evening falls so hard
I will comfort you…”
When you're on the street
When evening falls so hard
I will comfort you…”
Sungmin merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya
secara perlahan bersamaan dengan kedua matanya yang menutup. Ingatan tentang
hal-hal absurd yang terjadi akhir-akhir ini di kehidupannya. Ia masih ingat
bagaimana sosok Jungsoo yang tiba-tiba berubah dan membuat Hyemi semakin
membenci mereka.
Pria itu membuka matanya yang kini tampak sedikit
berair. Ia tidak mungkin bisa membuat Hyemi memiliki perasaan yang sama
dengannya, tapi setidaknya gadis itu bisa mengetahui betapa besar rasa yang
Sungmin berikan untuknya, dan ia berharap Hyemi bisa mengerti tujuan rencana
yang sudah Sungmin dan Jungsoo susun.
Ia tidak akan bisa melihat Hyemi jatuh ke dalam pelukan
Jongwoon yang bisa menyakiti yeoja
manapun kapanpun ia mau. Ia tidak mau hal itu sampai terjadi. Apapun yang
terjadi, Hyemi bersedia ataupun tidak.. ia tetap harus mengikat gadis itu
dengannya, untuk melindungi gadis yang paling ia cintai.
Sungmin kembali menutup matanya yang terasa panas
hingga membuat sebulir air mata keluar dari sudut matanya menuruni pipinya.
“I'll take
your part
When darkness comes
And pain is all around
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…”
When darkness comes
And pain is all around
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down…”
Jungsoo menghembuskan nafas beratnya sementara
tatapannya terus mengarah pada gelas kaca berisi wine di tangan kanannya. Tatapannya tidak beralih sedikitpun dari
gelas kaca berisi minuman berwarna sedikit kemerahan itu, tapi tidak dengan
pikirannya yang sudah melayang memikirkan Hyemi yang menjadi pokok masalahnya
saat ini.
Ia tidak pernah bisa membiarkan seorang pun
menyakiti adiknya, tapi kini ia malah menyakiti gadis yang seharusnya ia jaga
itu. Semua orang tidak akan berpikir begitu jauh tentang perasaan Jungsoo yang
juga sakit melihat adiknya menangis karena perbuatannya. Bohong jika ia
mengatakan bahwa hatinya tidak menangis melihat Hyemi yang selalu terlihat
takut ketika menatapnya. Bohong jika ia mengatakan bahwa dirinya tidak rapuh ketika
melihat adiknya itu rapuh.
Serapuh apapun Hyemi, maka Jungsoo-lah yang akan
lebih hancur.
Sekali lagi ia menghembuskan nafas beratnya dengan
tatapan yang belum beralih sesenti pun dari gelas kaca yang dipegangnya,
sementara raut wajahnya semakin terlihat dingin, membuat siapapun yang
melihatnya ingin segera pergi dari sana.
“Sail on
Silver Girl,
Sail on by
Your time has come to shine
All your dreams are on their way…”
Sail on by
Your time has come to shine
All your dreams are on their way…”
Narin masuk ke dalam ruangan di mana Jungsoo
tengah memandangi gelas kaca berisi wine
di tangannya dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun yang
bisa membuyarkan lamunan pria berwajah dingin itu.
Narin berdiri di sisi pintu sambil melipat kedua
tangannya di depan dada, memerhatikan sosok kakak yang sedang berpikir keras
tentang adiknya yang kini entah berada di mana.
Masa depan Hyemi ataukah perasaan Hyemi, Narin
tidak tahu pasti apa yang ada di pikiran Jungsoo saat ini. Tapi yang pastinya,
ia juga hancur ketika melihat Jungsoo maupun Hyemi hancur di depan matanya.
“Jungsoo-oppa…”
Suaranya keluar begitu saja, membuat pria dingin itu memutar kepalanya secara
perlahan dan menatapnya dengan tatapan yang cukup menusuk.
“See how
they shine
If you need a friend
I'm sailing right behind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind…”
If you need a friend
I'm sailing right behind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind
Like a bridge over troubled water
I will ease your mind…”
Hyemi bertepuk tangan pelan saat Jongwoon
mengakhiri lagu yang Hyemi pinta untuk ia nyanyikan sebagai lagu pengantar
tidurnya malam ini, Bridge Over Troubled
Water. Jongwoon mengacak pelan rambut Hyemi ketika kekehan kecil keluar
dari bibir mungil gadis yang masih berada di dalam pelukannya itu.
“Sudah puas?” tanya Jongwoon, melihat Hyemi yang
tampak begitu tertarik dengan nyanyiannya yang sudah berakhir itu.
“Suaramu bagus,” pujinya yang kembali mendapatkan
belaian dari Jongwoon pada wajahnya. “Kenapa tidak jadi penyanyi saja sejak
dulu?” tanyanya.
Jongwoon terkekeh, lalu ia mencubit pipi Hyemi. “Seharusnya
kau bersyukur akan menjadi satu-satunya orang yang mendengarkanku bernyanyi,”
ujarnya.
“Jadi mantan-mantan pacarmu tidak pernah
mendengarmu bernyanyi?” tanya Hyemi setengah terkejut mendengar pernyataan
Jongwoon sambil bangkit dari posisi tidurnya pada sebelah lengan Jongwoon.
“Hey… Kau membuatnya sedikit aneh dengan kata ‘mantan-mantan’,” gumam Jongwoon seraya
menjauhkan dirinya dari Hyemi.
Hyemi menarik lengan baju Jongwoon dan mengguncang
lengan namja itu dengan pelan. “Jawab
aku. Jadi aku orang pertama yang mendengarmu bernyanyi?” tanyanya lagi.
Jongwoon mengangguk pelan. “Bagaimana? Kau senang?”
Senyum Hyemi mengembang, dan dengan bersemangat ia
mengangguk.
“Kalau begitu tidurlah. Sudah malam. Jangan
meminta yang aneh-aneh lagi,” ujar Jongwoon seraya mendaratkan kecupan singkat
pada puncak kepala gadis itu.
“Good night,”
bisik Jongwoon sebelum ia mematikan lampu dan keluar dari kamar itu. Membiarkan
‘putri tidur’nya mengembangkan layar untuk segera berlabuh dalam mimpi.
** ** **
(Kim Jong Woon
POV)
Aku tidak bisa menahan sudut-sudut bibirku
tertarik ke atas saat melihat gadis yang sejak beberapa hari lalu menghilang di
hari pertunangannya sendiri melahap makanan yang tersaji di depannya dengan
semangat. Dia bahkan tidak menyadari sedikitpun bahwa aku tengah menatapnya
sambil mengulum senyum. Dia benar-benar menarik.
“Kenapa melihatku seperti itu?” tanyanya dengan
mulut yang hampir penuh dengan makanan.
Kali ini aku tidak bisa menahan tawaku melihat
wajahnya yang persis seperti anak kecil. Dengan gerakan cepat kubersihkan
makanan yang menempel di sudut bibirnya dan mengelusnya lembut.
“Makan yang banyak,” ujarku seraya melahap
makananku yang belum kusentuh sama sekali.
“Seharusnya aku yang berkata begitu padamu. Cepat
habiskan sarapanmu, pesawat menuju pulau Jeju akan berangkat dua jam lagi,”
ujarnya setelah meneguk air putih dan mengakhiri sarapannya.
“Arraseo,
Sajangnim!” seruku sambil memberi hormat padanya.
Ia memukul pelan bahuku dan bangkit dari duduknya,
berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengemasi barang-barang yang baru kubeli
untuknya beberapa hari yang lalu, mengingat tidak ada satu pun barang miliknya
di dalam apartemenku ini.
Dan untuk alasan mengapa sampai hari ini putri
keluarga Park yang dicari-cari itu belum juga ‘tertangkap’, itu karena tidak
ada orang lain selain kami yang tahu keberadaan apartemenku ini. Bukankah itu
bagus?
“Kau sudah selesai sarapan?” tanyanya saat pintu
kamar itu terbuka dan menampakkan sosoknya yang terbalut pakaian santai yang
membuatnya tampak begitu manis.
“Eo.. Kajja
kita berangkat sekarang. Jangan sampai pesawat itu meninggalkan kita.”
Aku menghampirinya dan menggamit tangan kanannya,
membawanya pergi ke suatu tempat yang kuharap hanya ada aku dan dia tanpa ada
orang yang bisa memisahkan kami, selamanya.
** ** **
(Park Jung Soo
POV)
Dua hari ini aku merasa setengah jiwaku
menghilang. Seseorang yang mampu membuat pikiranku penuh akan dirinya. Ia
sangat mengenal diriku, tapi tak sebaik aku mengenal dirinya. Hyemi… Andai dia
tahu kenapa aku melakukan semua ini padanya. Tapi itu tidak mungkin, karena itu
hanya akan membuatnya sakit.
Dia tidak pernah tahu bagaimana aku
mengkhawatirkan dirinya. Bagaimana aku mengharapkan yang terbaik untuknya.
Semuanya… semua yang kulakukan semata-mata hanya untuk dirinya, untuk kebahagiaannya.
Terserah dengan cara apa aku melakukannya, yang penting untukku adalah dia
terhindar dari sesuatu yang akan membuatnya menderita nantinya.
Dengan pikiran yang sudah melayang entah ke mana,
aku mengamati foto-foto yang terpajang di meja dekat perapian. Foto berisi
sosok-sosok kecil yang manis yang kini telah menjadi sosok dewasa.
Perlahan tanganku terulur meraih satu buah foto
aku dan Hyemi lima belas tahun lalu saat kami berlibur ke sebuah pulau yang aku
tidak tahu namanya. Aku mengelus pelan permukaan foto itu dengan tanpa sadar
bibirku yang sudah mengukir senyum.
“Aku merindukanmu, Saeng.. Kau di mana sekarang…?” bisikku yang tidak mungkin akan
terjawab.
Tak berapa lama kemudian aku mendengar suara pintu
dibuka. Tanpa repot-repot menoleh, aku mendengar seorang pria dengan suara
berat mengatakan sesuatu yang langsung membuat senyumanku melebar, sangat
lebar..
“Tuan, kami telah menemukan keberadaan Nona Hyemi.
Dia sedang berada di pulau Jeju. Penerbangan telah kami atur untuk
menjemputnya, Tuan.”
Park Hyemi.. Sejauh apapun kau melangkah, kakakmu
ini akan terus mengawasimu.
Well, I catch
you.
-To be continued-
The story become strange in this part, I think
( .___.)?
But I’m always wait for your comment on my comment
box :D
Thanks, All ^^
ckck.. hidup itu memang butuh perjuangan jong woon-ah *so bijak*
BalasHapuskyaaa... hyemi sm jong woon.a jadian juga XD
tapi.. kenapa gag kawin lari aja..
trus bikin anak..
selesai kan *toyor kepala*
ck, pasti part 7.a luama lagi..
yyah, gag tau deh ending.a gimana *sigh*
wkwkwk... ne, bener.. hidup itu butuh perjuangan dan resiko ;)
Hapusthanks udh baca+comment.. ^^
aku usahain part 7 nya cepet kok...
once again, gomawo ^^
Kyaaaaa , keren2 !!!! Emang kenapa sih alasannya ?
BalasHapus