Mr.
Fishy
Author : Ifa Raneza
Cast : Super Junior’s Donghae, Park Rara
(OC)
Genre : Romance
For my friend,
Witri Restya.. hope you like it ^^
Happy reading~
** ** **
I love you like a fish loves water.
So I need you and I can’t stay away from you.
“Lee Donghae, sampai kapan kau akan berkutat
dengan ikan-ikanmu itu, hah?” ujarku setengah berteriak sambil melirik pria
yang sejak dua bulan lalu menjadi suami sahku itu.
Tanpa menunggunya menjawab pertanyaanku, aku
segera menghampirinya yang sedang bermain bersama ikan-ikan hiasnya di ruang
TV. Aku meletakkan sepiring cake di
dekatnya, tapi apa yang kudapatkan? Ia tidak melirikku sama sekali.
Well, aku harus akui ini. Seorang Lee Donghae telah
menduakanku dengan ikan. Dan ternyata bukan hanya aku yang diduakan, tapi juga
Badda, anjing kesayangannya yang seingatku dulu tak pernah lepas dari
pelukannya sebelum kami menikah dua bulan yang lalu.
“Great, Mr
Lee. Kau bahkan tidak memedulikanku sama sekali,” ujarku secara terang-terangan
menyindirnya dengan tatapan yang tetap lurus mengamati berita yang tersiar di
TV.
Kudengar dengan jelas ia mendengus dengan cukup
keras, lalu ia beranjak dengan membawa akuarium kecil itu kembali ke tempatnya.
Good, aku bisa mendapatkan quality time-ku sekarang.
“Kau cemburu, Nyonya? Pada ikan? Oh, yang benar
saja, istriku ini cemburu pada seekor ikan,” ujarnya seraya memasukkan sepotong
cake yang kubawakan ke dalam
mulutnya.
“Bukan hanya aku, tapi juga Badda. Kau hampir
melupakan soulmate-mu yang satu ini,”
sahutku sembari mengelus bulu lembut Badda yang tiba-tiba bermain di bawah
kakiku. “Kau sudah melupakan kami,” gumamku sambil menatapnya sinis.
Ia tertawa keras. “Apa ini hanya perasaanku saja?
Aku merasa kalian seperti ibu dan anak yang ditinggal kepala keluarganya,”
ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Tertawalah sepuasmu, Lee Donghae. Tertawalah bahkan
sampai urat lehermu itu putus!
“Terserah apa katamu, tapi yang jelas aku sudah
merasa kau melupakan Badda.”
Kali ini ia tidak membalas, hanya terus tertawa
sambil menghabiskan kudapan sore harinya.
“Kalau kau merasa seperti itu, mungkin memang
benar. Aku dan Badda layaknya ibu dan anak yang kehilangan kepala keluarganya
yang terang-terangan berpindah hati pada kesenangan baru,” ujarku datar yang
membuatnya langsung terbatuk keras.
Aku segera menyodorkan air putih padanya.
“Apa?!” jeritnya tak terima dengan pernyataanku
sedetik setelah meneguk air yang kuberikan.
“Bukankah itu yang kau pikirkan?”
“Yaak, Park Rara! Aku hanya bercanda,” ujarnya
membela diri.
“Lihat? Kau memanggilku dengan marga Park. Hey,
kau sadar tidak? Sejak dua bulan lalu margaku sudah berubah menjadi Lee. Call me Lee Rara, Mr Lee. I’m your wife,”
sungutku.
Dia bahkan tidak memanggilku dengan marganya,
membuatku merasa dia sudah melupakanku yang sudah menyandang status sebagai
istrinya. Seperti dia yang ingin segera menendangku keluar dari kehidupannya.
Atau… Apa aku yang sudah berpikir terlalu jauh?
“Hey… Ini tidak mungkin, kan? Kau benar-benar
cemburu?” tanyanya sambil menyentuh kedua sisi wajahku agar aku menatapnya.
“Menurutmu? Kau sudah beralih dengan kesenangan
barumu. Bahkan kau melupakan quality time
yang sangat jarang kita miliki,” jawabku.
Ia menghela nafas panjangnya, lalu memegang kedua
pundakku dan menatapku lurus-lurus.
“Dengarkan aku baik-baik, karena aku tidak akan
mengulanginya lagi.”
Ia menarik nafas, lalu memulai pidato singkatnya.
“Aku menikahimu karena aku mencintaimu,” ucapnya
yang membuat bibirku terkatup rapat.
“Aku merasa kau adalah bagian terpenting dalam
hidupku yang begitu sulit untuk kudapatkan, karena itu.. aku akan selalu
mempertahankanmu. Aku mencintaimu, Rara-ya. Sangat. Bahkan jika kau
menginginkan aku untuk mengatakannya setiap saat pun aku sanggup.”
“Aku tidak akan pernah menduakanmu dengan yang
lain. Kau akan selalu menjadi prioritas utamaku.”
Kini aku bisa merasakan sudut-sudut bibirku yang
tertarik ke atas secara otomatis membuat lengkungan itu muncul di bibirku.
“And… Yaaah,
I love you like a fish loves water. So I
need you and I can’t stay away from you. Kau mengerti?”
Aku mengangguk menjawab ucapannya. Dan detik itu
ia langsung membawaku ke dalam dekapan hangatnya.
“Aku mencintaimu, Rara. Kenapa kau jadi aneh
begini? Dan––Ya Tuhan!––kau baru saja membanding-bandingkan dirimu dengan
ikan!” jeritnya yang terdengar sangat dibuat-buat.
Aku terkekeh mendengarnya. Lalu ia menarik tubuhku
membuat pelukannya terlepas dan mengecup bibirku sekilas.
“Eh… Tunggu sebentar…” ujarku menggantung yang
membuat senyumannya mendadak memudar. “Kau bilang apa tadi? ‘I love you like a fish loves water’?”
tanyaku yang dijawabnya dengan anggukan.
“Kenapa?” tanyanya polos.
Astaga, sekarang rasanya aku ingin sekali menjepit
hidung mancungnya itu dengan jepitan jemuran!
“Yaak! Kau menyamakanku dengan ikan, hah?!! Sebut
saja ‘istri’ keduamu itu, Lee Donghae! Semua tentangmu selalu berhubungan
dengan ikan!!!” teriakku murka sambil melempar kotak tissue yang berada tak jauh dariku.
“Yak, hentikan! Aku hanya membuat perumpamaan,
Rara-ya!” jeritnya membela diri sambil menghindari lemparanku.
“Ya ya ya! Semuanya berhubungan dengan ikan!”
Aku bangkit dari dudukku dan hendak beranjak dari
sana saat kedua tangan hangat itu kembali mengunci tubuhku.
“Yaak… Lepaskan, Lee Donghae!” teriakku sambil
memukul-mukul dada bidangnya, berusaha melepaskan diri dari pelukannya yang
hampir membuat nafasku sesak ini.
“Tidak akan! Jangan berharap kau bisa lepas
dariku, Nyonya Lee!” ujarnya yang membuatku ingin sekali menggigit lengannya
yang besar ini.
Dan…
“AAAARRGGGHHH!!! Kenapa kau menggigitku, hah?!!”
tanyanya dengan tatapan tak habis pikir sedetik setelah aku menggigit lengannya
yang membuatnya langsung melepaskanku.
“Anggap saja aku ini kanibal yang mencium aroma
amis dari tubuhmu, Mr Fishy,” jawabku enteng seraya berjalan meninggalkannya ke
dalam kamar.
“Yaak…!”
** ** **
“Morning,
Honey.”
“Morning.
Kau sudah lapar, Donghae-ah?” tanyaku sembari menutup surat kabar yang kubaca
dan mulai melayani suamiku itu di meja makan.
Ia mengangguk sambil mengelus perutnya. “Menu apa
yang kau masak hari ini?” tanyanya bersemangat.
“Kau bisa lihat sendiri, Sayang,” jawabku sambil
tersenyum penuh arti.
Setelahnya aku menyodorkan piring berisikan menu
yang kumasak hari ini. Tepat seperti dugaanku, kedua matanya membelalak kaget,
bahkan hampir keluar dari kelopaknya. Astaga… Aku harus menahan tawaku sekuat
tenaga melihat wajahnya yang shock
itu.
“Tenanglah. Aku membeli ikan itu di supermarket. Your sweet fishes are safe in their place,
Honey..” ucapku menenangkannya yang mulai mengeluarkan air mata. Dia
terlihat seperti anak kecil sekarang.
“Jinjja?”
tanyanya yang hanya kujawab dengan sebuah anggukan.
Dan setelahnya, ia langsung bergegas menuju ruang
tengah di mana ia meletakkan akuarium kesayangannya. Aku sendiri hanya terkikik
geli di tempatku melihat kelakuannya yang tidak menandakan kedewasaannya.
Sepertinya panggilan ‘Mr. Fishy’ sangat tepat
untuknya. Tidak ada yang salah dengan panggilan itu.
And I love
you, my Mr. Fishy…
-END-
Woaaahh~…
Nggak tahu kenapa akhir-akhir ini aku sering
ficlet :D
Tapi yang pastinya, ternyata bikin ficlet di saat
ide lagi surut-surutnya itu menyenangkan, karena nggak perlu pusing-pusing
mikirin konflik yang belibet kayak pas bikin FF chapter-an. Hehe :D
Okay, I’m waiting to see your comment on my
comment box ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar