Rabu, 07 November 2012

Love or Obsession? [Part 5]



Title  : Love or Obsession? ––– Part 5
Author: Ifa Raneza
Genre : Romance, Friendship

** ** **

“Protect my sister and I’ll give her for you.”


(Park Hyemi POV)

Sekali lagi, namja bermarga sama dan sedarah denganku itu kembali mengaturku dengan memaksaku mengenakan gaun biru laut pilihannya dan mengharuskanku untuk segera berdandan dan bersiap untuk pergi dengannya ke suatu acara yang ia rahasiakan. Aku merasa hari ini sikap kakakku itu sangat aneh.
Oppa, sebenarnya kita mau ke mana?” tanyaku seraya memasang seat belt pada tubuhku.
Secret. Kau akan tahu saat kita sampai di sana,” jawabnya yang membuatku harus memendam kesal. Aku tidak pernah menyukai kejutan, apalagi ini berkaitan dengan sikap aneh Jungsoo-oppa akhir-akhir ini.
Ia menyalakan mesin mobil dan menginjak gas, menjalankan mobil sport putih kesayangannya ini membelah jalan raya kota Seoul yang tidak pernah sepi. Hening. Hanya ada bunyi kendaraan-kendaraan yang berlalu di jalan raya. Bahkan ia lupa menyalakan mp3 yang biasa terdengar setiap kali aku berpergian dengannya.
“Hyemi-ah..” panggilnya.
Ne, Oppa?” sahutku sambil menoleh ke arahnya.
Ia tetap memfokuskan pandangannya ke jalanan di depannya, tidak menatapku. “Aku lihat kau semakin dekat dengan Jong Woon,” ujarnya dengan nada bicara yang terdengar diusahakan untuk tetap ringan, namun tetap saja suaranya terdengar begitu serius di telingaku.
Ne? Bukankah itu harapanmu?” kataku balik bertanya.
“Maksudmu?”
“Membiarkan Jong Woon membawaku pergi, itu yang Oppa lakukan akhir-akhir ini. Kau lupa?” kataku mengingatkannya dengan sikapnya beberapa waktu lalu yang membuatku jengkel setengah mati.
“Ah… Itu..” Ia terkekeh kaku. “Tapi mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi akan hal itu.”
Tiba-tiba alisku bertaut. “Maksudmu?”
“Aku tidak akan memaksamu untuk ikut pergi dengannya jika kau tidak mau.”
Mwo?”
Waeyo? Bukankah kau tidak suka dengan namja itu?” tanyanya bingung.
“Ah.. ne..
Entahlah.. rasanya sulit menyadari ini. Tapi aku merasa tidak rela saat mendengar pernyataan Jungsoo-oppa tadi. Mungkin karena terlalu sering berpergian bersama Jong Woon, aku jadi mulai terbiasa dengannya. Dan sekarang.. ketika Jungsoo-oppa bilang aku tidak perlu takut akan dipaksa untuk menerima ajakan Jong Woon, tiba-tiba aku jadi ingin menolak keputusannya. Kim Jong Woon… mantra apa yang kau bacakan untukku? Kenapa sekarang aku jadi begitu bergantung padamu?
“Hey…”
Suara Jungsoo-oppa menyadarkanku dari lamunan. Kulihat sudut bibirnya tertarik ke satu arah, membentuk senyum manis yang selalu ia tunjukkan padaku hingga lesung pipinya terlihat. Kakakku memang manis.
Do you like surprise, Hyemi-ah?” tanyanya tanpa menghapus senyumnya.
Aku menggeleng kuat. Tanpa ditanya pun, ia sudah tahu aku tidak pernah suka sebuah kejutan. Apapun itu, aku tidak suka.
I hate that,” ucapku sambil melemparkan tatapan kesal padanya. Dia mau memberiku kejutan apa kali ini?
“Sudah kuduga,” gumamnya. “Sebentar lagi kita sampai..”

** ** **

(Author POV)

Lee Family’s house

“Sebenarnya ada acara apa sampai aku juga diundang?” tanya Jong Woon setelah menyenggol lengan Sungmin yang sudah rapi dengan jas dan tuxedo hitamnya.
“Kau akan segera tahu, Hyung,” jawab Sungmin sambil tersenyum penuh arti. Dan tanpa Jong Woon tahu, Sungmin menyembunyikan seringai di balik senyumnya. Tinggal menunggu beberapa menit lagi, maka Jong Woon akan ternganga melihat kenyataan yang akan dihadapkan padanya.
I think Jungsoo-hyung’s offer is a special offer for me.. pikir Sungmin seraya menegak minumannya.
Tak lama kemudian dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat mobil sport putih yang baru saja tiba di depan rumahnya. Senyum Sungmin langsung mengembang melihat siapa yang baru saja tiba dan bergabung di acara istimewanya ini.
“Kau juga mengundang Park Hyemi?” tanya Jong Woon yang sekali lagi menyenggol lengan Sungmin.
Sungmin hanya menanggapi pertanyaan Jong Woon dengan senyuman.
Hyung, welcome to the party,” sambut Sungmin pada Jungsoo yang berjalan memasuki ruangan itu dengan Hyemi di belakangnya dengan wajah bingung.
Hyemi dan Jong Woon mencium sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini. Tapi sayangnya mereka tidak bisa mengendus rencana yang sudah Jungsoo siapkan untuk adiknya itu. Yeah, this is Jungsoo’s plan, and no one know what’s it except Lee Sungmin and himself.
“Kita bisa memulai acaranya,” ujar Jungsoo yang langsung mendapat tatapan ‘apa katamu?’ dari adik tercintanya.
Di ruangan itu hanya ada keluarga Lee, Kim, Jungsoo dan Hyemi. Tidak terlalu banyak untuk disebut sebagai pesta.
“Acara apa?” tanya Hyemi dengan suara rendah dan nada menuntut jawaban dari kakaknya. Tatapan mematikan sudah ia lemparkan pada pria yang berusia tiga tahun di atasnya itu.
“Pertunanganmu,” jawab Jungsoo dengan nada serius yang selalu membuat Hyemi tunduk padanya. Tapi kali ini respon yang Hyemi berikan adalah terkejut sekaligus menolak yang ia tunjukkan lewat tatapannya. “Sungmin will be your fiance, Dongsaeng..” lanjutnya yang membuat kedua mata Hyemi dan Jong Woon terbuka lebar.
Mwoya?” seru Hyemi tak percaya. Bisa-bisanya kakaknya melakukan hal ini padanya. Seenaknya menentukan siapa yang akan bertunangan dengannya, yang dengan kata lain akan menjadi calon suaminya. “Oppa, kau––”
“Tidak ada penolakan. Kau tahu, I hate it,” potong Jungsoo sebelum adiknya itu sempat menolak. Ia mendorong pelan punggung Hyemi hingga berdiri bersebelahan dengan Sungmin.
Sungmin meraih tangan Hyemi dan hendak memasangkan benda berkilau pada jari manisnya. Tapi saat itu juga, Hyemi menarik tangannya kembali. Ia menyentak tangan Sungmin yang hendak menyentuhnya. Ia tidak bisa menerima ini. Ia tidak mau kehidupannya ditentukan oleh orang lain, sekalipun itu kakaknya sendiri.
Andwae!!” seru Hyemi yang membuat keluarga Lee dan Kim, beserta Jungsoo membelalakkan mata mereka. Kecuali Jong Woon, ia menatap Sungmin dan Hyemi dengan tatapan nanar. Ia tidak percaya hal ini akan terjadi di depan matanya.
“Park Hyemi!!”
**
(Park Hyemi POV)

“Park Hyemi!!”
Suara tegas Jungsoo-oppa yang selalu berhasil membuatku tunduk terdengar menggema di ruangan ini. Aku tahu, saat ia menyebut nama lengkapku dengan nada bicara seperti itu, itu menandakan bahwa aku harus menuruti keinginannya jika aku tidak mau ia bersikap kasar padaku. Tapi kali ini aku tidak mau menyerah padanya. Dia memang kakakku, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya mengatur kehidupanku seperti ini.
Aku melemparkan tatapan mematikanku padanya. Aku tidak habis pikir mengapa ia bisa melakukan ini padaku.
Andwae, Oppa! Andwae! Aku tidak mau melakukan ini! Ini bukan keinginanku!” seruku membalas seruannya.
“Kita sedang tidak membicarakan keinginanmu, Sayang,” katanya yang membuatku muak saat ia menyebutku dengan panggilan ‘sayang’.
“Tapi ini kehidupanku, aku yang menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupku!”
“Tapi aku kakakmu!” Jungsoo-oppa baru saja membentakku dengan suara tegasnya dan tatapannya yang menusuk langsung pada retina mataku.
Sosoknya terlihat menakutkan sekarang. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku, menahan rasa takut yang perlahan semakin menjadi di dalam diriku.
“Aku tahu apa yang terbaik untukmu! Dan aku menginginkan kebahagiaan untukmu!”
I know what the best for me!!” jeritku sekuat tenaga, membuat Jungsoo-oppa membisu.
Aku ingin dia mengerti. Aku ingin dia mendengar jeritanku, jeritan bahwa aku tidak menginginkan semua ini. Aku tidak mau kakakku yang kusayangi berubah menjadi sosok yang memuakkan yang sedang berdiri di depanku saat ini.
“Park Hyemi, do this,” desisnya dengan rahang yang mengeras. Aku tahu, emosinya sudah memuncak sekarang. “Do this now!!” Lagi-lagi suaranya menggema, membuatku tersentak untuk kesekian kalinya. Mataku memanas dan dadaku sesak sekali. Aku tidak percaya kakakku akan memperlakukanku seperti ini. Dia jahat…
“Hyemi-ah…” Sungmin berusaha meraih tanganku dan hendak memasangkan kembali cincin bertahta berlian itu pada jari manisku. Tapi sekali lagi hatiku memberontak. Ini tidak boleh terjadi, dan tidak akan terjadi dalam hidupku! Hidupku bukan untuk diatur oleh orang lain.
Kulihat Sungmin membeku ditempatnya saat sekali lagi aku menyentak tangannya, menolak untuk dipasangkan cincin indah itu. Kini tinggal aku yang harus menghadapi Jungsoo-oppa yang rahangnya sudah mengeras dan tangannya yang terkepal kuat.
“Hyemi… Kau––”
“Tidak, Oppa..” Aku menggelengkan kepalaku pelan. Rasanya air mataku akan segera keluar. “Aku tidak bisa melakukannya..” Aku benar. Suaraku terdengar parau dan… air mataku keluar dengan derasnya. Sakit… sakit sekali.
“Hyemi…” desis namja yang terlahir dari ibu yang sama denganku itu. Kedua tanganku terkepal kuat saat melihatnya berjalan menghampiriku dengan emosinya yang meluap. Dan di detik berikutnya yang kulihat adalah sebelah tangannya yang ia layangkan ke arahku dan akan mendarat di pipi kiriku.
Tapi.. apa ini? Kenapa rasanya sama sekali tidak sakit? Kenapa rasanya jadi hangat begini?
Akhirnya karena penasaran, aku memberanikan diriku untuk membuka mataku. Dan apa yang terjadi? Jungsoo-oppa semakin terlihat marah dan Jong Woon… dia memelukku, melindungiku dari tangan Jungsoo-oppa yang hampir menampar pipiku. Wajahnya.. kenapa wajahnya begitu? Kenapa ia terlihat seperti sangat menderita? Dia kenapa?
“Jong Woon-ah…” ucapku memanggilnya dengan tanganku yang perlahan menyentuh wajahnya. Tanganku bekerja di luar kendali! Hey.. aku ini kenapa?
**
(Kim Jong Woon POV)

“Jong Woon-ah…” ucapnya bersamaan dengan sesuatu yang halus dan hangat menyentuh permukaan pipiku. Apa aku sedang bermimpi atau ini memang benar-benar kenyataan? Dia menyentuh wajahku? Dan tatapannya…
“Sudah cukup dramanya,” ujar seorang pria dengan tatapan menusuknya yang ia lemparkan padaku dan Hyemi.
Dengan cepat ia menarik tangan Hyemi hingga gadis itu terlepas dari pelukanku. Ia menarik tangan halus yeoja itu dengan kasar dan membawanya pergi––atau lebih tepatnya menyeretnya––ke arah mobil sport putih yang sudah terparkir.
“Kau sudah membuatku malu hari ini,” desis Jungsoo-hyung yang sempat terdengar olehku.
Kulihat eomma, appa, Sungmin beserta keluarganya membisu melihat kejadian yang baru saja terjadi di hadapan mereka. Ini pertama kalinya aku melihat Jungsoo-hyung sekasar itu, apalagi pada adiknya sendiri yang selama ini selalu ia manjakan.
Oppa, lepaskan.. sakit…” ringis Hyemi sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkeram oleh kakaknya itu tanpa menghentikan langkahnya yang mengikuti langkah lebar Jungsoo-hyung.
Namun Jungsoo-hyung tidak menghiraukan ringisan adiknya itu. Ia tetap melangkahkan kakinya lebar dan menyeret adiknya itu tanpa ada kilatan kasih sayang yang terlihat dari kedua matanya. Apa aku hanya bisa diam seperti ini? Apa aku hanya diam saat melihat yeoja-ku diperlakukan seperti itu oleh orang lain? Tidak.. aku tidak bisa. Hati sakit melihatnya tersiksa seperti itu.
“Jong Woon..”
Aku mengalihkan pandanganku pada eomma yang dengan lembut menahan langkahku yang hendak menyusul Hyemi. Eomma menggelengkan kepalanya pelan sembari menahan lenganku dengan tangan lembutnya.
Mwo? Eomma, ini…” ucapku tak percaya dengan apa yang terbesit di pikiran ibuku itu. “Aku tidak bisa membiarkannya, Eomma…” ucapku.
Eomma kembali menggelengkan kepalanya pelan. Ia menahanku hingga aku hanya bisa berdiam di tempatku sambil memandangi Hyemi yang terus diseret oleh kakaknya hingga ia menghilang di balik pintu mobil yang dibanting Jungsoo-hyung. Dan pada akhirnya aku kembali membisu saat mobil sport itu menghilang dari pandanganku.
Eomma…” ucapku geram.
Aku tidak pernah suka ada orang yang berani mencegahku dan ini menyangkut dengan perasaanku. Aku tidak rela hal ini terjadi. Kenapa Jungsoo-hyung bisa berubah menjadi begitu kasar? Dan lagi… Hari ini Sungmin hampir saja menjadikan Hyemi sebagai miliknya.
Apapun itu, tapi sepertinya apa yang sudah terencana di sini tidak akan baik.

** ** **

(Author POV)

“Sudah cukup kau membuatku marah hari ini,” geram Jungsoo setelah ia menghempas keras tubuh adiknya ke tempat tidur yang semula rapi itu. Ia menatap tajam ke arah Hyemi yang sedang meringkuk ketakutan di atas tempat tidur mewahnya. Sedangkan yang ditatap sama sekali tidak berani untuk membalas tatapan Jungsoo. Ia terlalu takut untuk itu.
“Aku melakukannya untuk kebaikanmu, Hyemi-ah. Untuk kebaikanmu!” bentak Jungsoo sambil menggebrak meja di sebelahnya, membuat Hyemi sedikit terlonjak. Ia kembali terisak pelan, walaupun tangisnya tidak pecah.
Oppa…” ucap Hyemi pelan dengan suaranya yang terdengar serak dan bergetar.
Jungsoo menghela nafasnya pelan, lalu ia melangkah menghampiri Hyemi dan duduk di sisi tempat tidur. Sebelah tangannya tergerak untuk membelai rambut hitam adiknya yang terurai itu.
“Aku menyayangimu, Hyemi-ah.. Sangat,” bisiknya lembut, sangat berbeda dengan nada bicara yang terlontar dari mulutnya tadi.
Kedua bola mata Hyemi bergerak menatap Jungsoo. Kini ia mulai memberanikan dirinya untuk menatap kakak yang sosoknya sejak beberapa waktu lalu berubah menjadi begitu menakutkan. Sebulir air mata kembali keluar dari pelupuk matanya yang langsung dihapus dengan ibu jari Jungsoo saat ia mendapati pipi putih adiknya basah karena air mata.
“Tapi kenapa kau lakukan ini padaku, Oppa…?” bisik Hyemi.
“Karena aku memikirkan perasaanmu.”
Hyemi tersentak. Perasaannya? Apa ini yang Jungsoo sebut sebagai menjaga perasaan Hyemi?
Mwo? Tapi kau…”
“Kau akan mengerti betapa sayangnya aku padamu saat kau tersakiti, Sayang…” potong Jungsoo sembari mengecup lembut kening adiknya.
Kemudian ia beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar adiknya itu.
BLAM.
Hyemi kembali meringkuk dan membenamkan wajahnya pada bantal berbentuk hati di samping tubuhnya.

“Kau akan mengerti betapa sayangnya aku padamu saat kau tersakiti, Sayang…”

But, OppaYou’ve hurt me now…” bisik Hyemi dari balik bantal yang menutupi sebagian wajahnya saat buliran air mata itu lagi-lagi keluar dan membasahi kedua pipinya.

** ** **

Lovely Village, Jung’s house

“Narin! Ada yang ingin bertemu denganmu!” seru seorang wanita paruh baya di depan pintu kamar Narin.
“Siapa, Halmeoni?”
“Seorang pria tampan.. Namanya… eungg… siapa ya..?” Wanita itu tampak berpikir keras, mengingat-ingat nama pria yang datang untuk menemui cucunya itu.
“Ini aku.”
Narin menoleh ke arah pria yang muncul di belakang halmeoni-nya. Dan saat itu ia hampir tidak memercayai bahwa pria itu akan datang ke desa ini untuk mencarinya.
“Jungsoo-oppa…”
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu,” ujar Jungsoo sambil menunjukkan senyum hangatnya.
** ** **
Mwo?!” seru Narin setengah terkejut ketika Jungsoo mengakhiri cerita panjang lebarnya.
Nafasnya sedikit tersengal, sementara kedua matanya membulat lebar. Ia tidak menyangka semuanya akan berakibat seperti ini. Jungsoo baru saja mengatakan rencananya untuk menendang Jong Woon keluar dari kehidupan Hyemi meskipun itu harus dengan cara terlicik sekalipun, mengingat sulitnya memisahkan Jong Woon dan Hyemi yang mulai dekat.
“Tapi, Oppa.. Apa kau yakin dengan…” ucap Narin menggantung.
Jungsoo kembali menarik sudut bibirnya ke atas, tersenyum ramah.
“Sangat yakin.” Ia menghela nafasnya panjang, lalu pandangannya beralih pada burung-burung yang beterbangan di langit. “Kau tahu.. aku tidak menyangka semuanya akan sesulit ini,” gumamnya.
Narin tidak mengalihkan tatapannya dari Jungsoo, ia masih menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.
“Sepertinya yang aku takutkan selama ini terjadi,” ucap Jungsoo seraya mengalihkan tatapannya pada Narin.
Mwo?” tanya Narin tak mengerti. Detak jantungnya kembali berpacu cepat. Ia harus bersiap mendengar hal buruk apa yang Jungsoo takutkan itu.
“Jong Woon… sepertinya dia mulai jatuh cinta pada Hyemi.”
DEG!
Sekali lagi kedua mata Narin membulat lebar dan nafasnya kembali memburu.

** ** **

Hyemi tengah mengunyah biskuit cokelat yang biasa dijadikan kudapan sore harinya di ruang tengah saat seorang namja berwajah aegyeo itu tiba di kediaman keluarga Park. Ia masuk ke dalam ruang tengah dan menghampiri yeoja yang ‘hampir’ menjadi tunangannya itu.
Annyeong…” sapa pria itu, membuat Hyemi hampir tersedak jika ia tidak segera mengatur nafasnya.
“Eum.. annyeong…” balas Hyemi datar. Ia masih kesal dengan acara pertunangannya yang gagal itu. Bagaimana mungkin ia bisa bertunangan dengan namja tanpa sepengetahuannya terlebih dahulu?
“Apa aku mengganggumu?” tanya pria itu ramah sembari duduk di sebelah Hyemi.
Hyemi hanya menggeleng cepat, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada TV yang sudah setia menemani waktu sore harinya sejak tiga puluh menit yang lalu. Dengan mudah ia bisa menyembunyikan wajah kesalnya dengan terus mengunyah biskuit cokelat yang hampir habis setengahnya itu, tapi sayangnya pria itu bisa membaca suasana hati Hyemi.
“Kau masih marah?” tanya pria itu tanpa menghapus senyumnya.
Hyemi menoleh. “Menurutmu?”
“Kau tahu, Jungsoo-hyung melakukannya untuk kebaikanmu.”
‘Untuk kebaikanku.. untuk kebahagiaanku..’ Hyemi berkata dalam hati.
Kini semua orang berkata bahwa semua itu dilakukan untuk dirinya. Tapi buktinya? Orang itu tidak memikirkan perasaan Hyemi yang bisa terluka sewaktu-waktu.
“Dia sangat menyayangimu.”
“Sungmin-ah..” Hyemi hampir memotong ucapan Sungmin. “Sekarang aku ingin bertanya padamu.”
“Tanya apa?” tanya Sungmin sambil memposisikan dirinya menghadap langsung pada Hyemi, bersiap mendengarkan pertanyaan dari yeoja itu dan berusaha menjawabnya.
“Kau dan Oppa-ku sudah merencana ini semua, kan?” tanya Hyemi yang sontak membuat senyum Sungmin yang sudah merekah itu lenyap.
Mwo?”
“Jawab saja.” Hyemi menatap Sungmin dengan tajam, memastikan tidak ada kebohongan dalam matanya. “Kalian sudah merencanakan ini kan? Dan itu semua tanpa persetujuanku. Iya, kan?”
Sungmin mengalihkan tatapannya ke samping, menghindari tatapan menginterupsi Hyemi.
“Aku…”
“Sungmin-ah, jawab sejujurnya.”
Sungmin menatap Hyemi dalam, lalu ia berkata. “Aku melakukannya karena aku mencintaimu.”
Hanya lima detik waktu Sungmin untuk menyelesaikan kalimatnya barusan. Tapi dalam lima detik itu, Hyemi merasa waktu seperti terhenti. Sungmin mencintainya. Itulah kenyataan baru yang harus ia terima.

** ** **

“Kim Jong Woon jatuh cinta pada Hyemi?” tanya Narin tak percaya. Ia menutup mulutnya yang setengah terbuka.
Jungsoo mengangguk.
“Tapi bukankah itu tidak akan berpengaruh apa-apa kalau Hyemi tidak––”
“Siapa yang bisa menjamin Hyemi tidak akan jatuh cinta pada Jong Woon?” potong Jungsoo.
Itulah hal yang ia takutkan belakangan ini. Ia takut Hyemi dan Jong Woon akan saling jatuh cinta.
“Tapi…”
“Narin-ah..” Jungsoo memegang kedua pundak Narin dan menatap kedua manik mata gadis itu lekat-lekat. “Aku sangat mengenal adikku, dan aku akan tahu kapan ia jatuh cinta dan kapan ia membenci seseorang…” Jungsoo menghembuskan nafasnya yang sempat ditahannya saat mengucapkan kalimat barusan. Lalu ia kembali melanjutkan, “Dan aku melihatnya saat ia menatap Kim Jong Woon..”
Narin kembali menahan nafasnya. Tidak mungkin. Fakta pasti akan berbeda jauh dengan apa yang terbesit dalam pikirannya saat ini.
“Sepertinya Hyemi menyukai Jong Woon.”

** ** **

I’m like a broken battery that can’t be used
You pull me left and right like a magnet
Right, now is the moment I’ve waited for so I can catch up
(Super Junior – Be My Girl)



“Apa yang harus kuperbuat?” gumam Hyemi dengan kedua tangannya yang meremas rambutnya sendiri dengan kuat.
Sesekali ia meringis. Namun bukan karena rasa sakit yang ia rasakan pada kepalanya karena menarik rambutnya dengan begitu keras, tapi karena rasa sakit yang ia rasakan pada hatinya. Pada nuraninya, saat sekali lagi ia melihat sosok kakak yang sangat ia sayangi kembali berubah menjadi begitu menakutkan.
Makan malam kali ini menjadi tidak begitu menyenangkan, bahkan Hyemi berharap ia tidak akan pernah menemukan makan malam seperti malam ini. Sekali lagi, Jungsoo membicarakan tentang pertunangannya dengan Sungmin yang batal. Dan sekali lagi Hyemi harus menahan air matanya tumpah saat Jungsoo lagi-lagi memaksanya untuk menuruti kemauannya.
Sungmin… Kenapa harus namja itu?
Hyemi kembali merasakan bulir-bulir air mata menuruni kedua pipinya. Besok adalah hari di mana Hyemi berharap ia akan dibawa pergi oleh siapapun itu. Dan kini Hyemi mulai berharap tidak aka nada kata ‘hari esok’. Karena besoklah hari di mana ia harus kembali memerangi batinnya.

“Aku tidak mencintainya, Oppa…”
Itulah yang Hyemi ungkapkan pada Jungsoo. Tapi percuma, Jungsoo hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Kenapa? Kenapa Jungsoo tak pernah mengerti? Kenapa Jungsoo tidak pernah mau mendengarkan apa yang Hyemi inginkan? Sejak dulu.. sejak mereka masih kecil, eomma dan appa selalu mengatakan bahwa Jungsoo-lah sosok ‘pemimpin’ di keluarga Park selain appa. Hal itulah yang menyebabkan Jungsoo selalu berbuat seenaknya dan melakukan sesuatu yang baik di matanya, tapi tidak bagi Hyemi.
Jungsoo egois. Hyemi tahu itu. Tapi kenapa? Kenapa Jungsoo tidak pernah mau mengerti perasaan Hyemi? Kenapa Jungsoo tidak pernah memandang perasaan Hyemi adalah hal terpenting dari segalanya?

Wae, Oppa…? Kenapa kau selalu begini padaku…?”

Kali ini jalan buntu yang Hyemi temui. Ia tidak mungkin bisa membantah ucapan Jungsoo. Ya, putra sulung keluarga Park itu begitu berkuasa di sini, termasuk bagi kehidupan Hyemi. Tidak peduli meskipun hal ini akan melukai perasaan adik kesayangannya, Jungsoo akan terus melakukan apapun yang menurutnya ‘baik’ untuk Hyemi.

Tiba-tiba Hyemi tersentak saat ponselnya bergetar. Ia sedikit mengukir senyum di bibirnya saat melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya. Ia menekan tombol hijau dan menempelkan benda elektronik itu pada sebelah telinganya.
Yeoboseyo?” ucapnya dengan berusaha setenang mungkin, meskipun suaranya terdengar sedikit serak. Meskipun begitu, senyum tetap terlihat di bibirnya. Ia sedikit merasa terhibur di saat seperti ini, namja ini meneleponnya.
“Suaramu kenapa? Kau sakit?” tanya namja di seberang sambungan.
Ani.”
Mwo… Tapi suaramu tadi…”
“Sudahlah, jangan mengurusi suaraku. Ada apa kau meneleponku, Mr. Kim?”
“Hanya ingin mendengar suaramu.”
Kali ini Hyemi tidak mendengar adanya nada yang bersifat ‘main-main’ dalam suara namja di seberang sambungan itu. Yang ia dengar adalah ketulusan dalam setiap kata-katanya. Ia mendengar sebuah kejujuran, bahwa yang Jong Woon katakan itu adalah benar adanya.
“Kau sudah mendengar suaraku, kan?” tanya Hyemi jahil. Ia ingin lihat sejauh apa Jong Woon bisa menghiburnya dan mengembalikan semangat yang sempat terkikis.
“Yaak… Hyemi-ah.. Apa tidak bisa aku bicara padamu sebentar lagi?”
Hyemi terkekeh. Ternyata tidak salah putra tunggal keluarga Kim itu meneleponnya di saat seperti ini. Ia sangat terbantu sekarang.
Ne, baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan, Jong Woon-ah?” kata Hyemi pada akhirnya.
“Aku merindukanmu.”
“Sekarang kau bilang kau merindukanku? Ke mana yeoja yang dulu bersamamu, huh?”
Sekarang Hyemi malah ingin menguji Jong Woon.
“Bukankah kau sudah tahu kalau aku… Ah, sudahlah.”
Ne, maaf… aku hanya mengujimu tadi.”
“Lalu.. Apa aku boleh bertanya lagi?” tanya Jong Woon.
“Apa?”
“Kenapa kau menangis?”
Hyemi mengernyitkan dahinya. Ia memang menangis, tapi bagaimana namja ini bisa tahu akan hal itu?
“Aku tidak menangis,” ujar Hyemi bersikeras.
“Aku melihatmu..” ucap Jong Woon dengan suara rendah. “Aku selalu melihatmu…”
Dan seketika itu juga Hyemi menoleh ke pintu kaca yang menjadi pembatas antara kamarnya dan balkon yang kordennya sengaja ia buka. Kedua matanya terbuka lebar dengan tangannya yang tak lagi menopang ponsel agar tetap menempel pada telinganya. Ia melihatnya sedang berdiri tegak sambil menatapnya di sana. Ia melihat Jong Woon. Perlahan-lahan, bibir namja itu membentuk sebuah senyuman.

“Jangan menangis lagi, arraseo?”



To Be Continued…



Okeeee, saya tahu ini emang kependekan. Tapi mau gimana lagi, saya lagi sibuk buat tugas sekolah dan hutang FF lain hehe… mianhae  :D
But I still waiting to see your comment on my comment box ^^

 

1 komentar:

  1. ttuhkan....
    jung so.a yg jadi jahat *gag terima*
    *peluk yesung, gag mau lepas*

    BalasHapus