Evil
Man and Angel
Author : Ifa Raneza
Cast : Jung Narin, Jung Nara, Kim
Jongwoon
Genre : Angst, Family
** ** **
Aku tidak bisa
berpikir jernih saat melihat sosok itu telah tergeletak lemah tak berdaya di
lantai dengan darah yang terus mengalir keluar dari pergelangan tangannya. Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Yang aku tahu, malaikatku telah
pergi. Malaikat yang biasa membangunkanku saat pagi datang. Malaikat yang dulu
sering membacakanku dongeng. Malaikat yang selalu mengajariku cara tersenyum
dalam kepedihan. Dia sudah pergi. Malaikatku pergi meninggalkanku sendirian di
dunia ini. Tuhan, kenapa…?
** ** **
Aku tidak mengerti kenapa eonnie selalu membangga-banggakan statusnya sebagai kekasih namja yang jelas-jelas tidak bisa setia
itu, Kim Jongwoon. Eonnie selalu saja
menyebut namanya ketika tidur, membuatku selalu terbangun saat ia menggumamkan
nama paling tabu dalam kehidupanku itu. Jelas di mataku Kim Jongwoon bukan namja yang baik. Reputasinya sebagai namja penebar pesona yang memiliki
banyak kekasih sangat baik di sekolah. Tapi kenapa eonnie tidak pernah mau mendengarkanku tentang Jongwoon-oppa?
Dia sudah dibutakan cinta. Itu yang kusimpulkan.
Kini aku tidak bisa menghancurkan kebahagiaan kakakku. Aku hanya bisa tersenyum
saat ia tak bosan-bosannya menunjukkan lengkungan indah di bibirnya sambil
menceritakan cerita lucu tentang dia dan kekasihnya itu. Aku berusaha bahagia
melihatnya bahagia, walaupun pada faktanya aku sulit untuk menutup kemungkinan
yang akan terjadi pada kakakku, aku takut ia disakiti oleh namja jahat itu.
Tapi saat melihat senyum bahagia Nara-eonnie, apa yang bisa kuperbuat? Aku
hanya bisa bahagia saat melihatnya juga bahagia. Karena dia adalah… malaikatku.
---
Malam ini Nara-eonnie
pulang dengan sikap aneh. Sesampainya di rumah ia tidak langsung menyapaku
seperti biasanya, ia langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Aku
yang kebingungan menghampiri kamarnya dan mengetuk pintunya dengan keras. Yang
terdengar hanyalah sebuah tangisan, keras sekali. ia meneriakkan nama Jongwoon
berkali-kali. Bisa kudengar kepedihan yang tersirat dari suaranya. Lalu
jantungku berdegup kencang saat ia berkata, “Dia sudah mencampakkanku, Narin…
Dia sudah membuangku… Selama ini dia tak pernah menganggapku sebagai wanitanya.
Dia hanya menganggapku sebagai mainannya… Kini aku sudah kehilangan pegangan
hidupku, Narin... Aku rasa aku sudah tidak memiliki alasan untuk hidup..”
Setelah itu hening. Tidak ada jawaban sedikitpun
darinya saat aku mengetuk pintu kamarnya dengan membabi buta. Aku tidak bisa
menyingkirkan dugaan-dugaan buruk tentang apa yang terjadi di dalam sana saat
ini. Dengan cepat aku berlari ke ruang tengah, mengacak-acak laci lemari di
mana eonnie biasa menyimpan kunci
cadangan. Setelah mendapatkan apa yang kucari, aku segera berlari ke kamarnya
dan membuka pintunya dengan kunci cadangan yang kutemukan.
Dan yang kudapatkan adalah sebuah mimpi buruk. Ya…
sebuah mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir.
Aku tidak bisa berpikir jernih saat melihat sosok
itu telah tergeletak lemah tak berdaya di lantai dengan darah yang terus
mengalir keluar dari pergelangan tangannya. Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan saat ini. Yang aku tahu, malaikatku telah pergi. Malaikat yang biasa
membangunkanku saat pagi datang. Malaikat yang dulu sering membacakanku
dongeng. Malaikat yang selalu mengajariku cara tersenyum dalam kepedihan. Dia
sudah pergi. Malaikatku pergi meninggalkanku sendirian di dunia ini.
Tuhan, kenapa…? Kenapa kakakku menjadi seperti ini?
Dengan tubuh yang bergetar hebat, aku segera
menghampiri sosok tak berdaya itu dan memangku kepalanya di atas pahaku.
Wajahnya pucat dan dipenuhi dengan jejak-jejak air mata. Air mata yang ia
tumpahkan untuk namja jahat itu, Kim
Jongwoon.
Eonnie, apa aku bukan alasan yang tepat untukmu tetap
hidup? Kenapa namja jahat itu yang
kau jadikan sebagai alasan hidupmu, eonnie?
Apa dia begitu berarti sampai kau berpikir untuk meninggalkanku sendirian di
dunia ini?
Aku tidak bisa lagi menahan tangisku dan mengguncang
tubuhnya dengan kuat, seolah kenyataan yang telah dihadapkan padaku saat ini
tidak dapat kulihat dengan jelas. Sosok malaikat ini telah tiada, tidak ada
lagi nyawa yang bersarang dalam tubuhnya. Dia sudah pergi…
---
Aku bingung.. siapa yang harus kusalahkan? Tuhan
yang telah mengambil kakakku, atau eonnie
yang telah meninggalkanku sendirian? Tapi di tengah kebingungan yang sedang
berputar-putar di pikiranku, sosok itu muncul di hadapanku. Ia menatap makam
dengan nama ‘Jung Nara’ itu dengan tatapan kosongnya, entah apa arti tatapan
itu. Wajahnya dingin, sedingin hatinya. Tanpa sadar kedua tanganku sudah
terkepal kuat di samping tubuhku. Aku rasa benci telah merasuki hatiku saat
melihat sosok itu. Lalu tatapannya beralih padaku yang sejak tadi menatapnya
dengan penuh dendam. Tanpa sepatah kata maupun perubahan ekspresinya, ia
berbalik dan pergi bersama dengan orang-orang berpakaian hitam yang lain,
meninggalkan makam seseorang yang paling berarti dalam hidupku.
Kim Jongwoon.. Aku rasa akan terasa sulit untuk bisa
memaafkanmu, atau… Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Kau telah membuat
malaikatku pergi meninggalkanku. Jadi untuk apa aku memaafkanmu?
“Narin-ah.. Ayo, pulang.”
Aku menoleh ke arah kananku dan segera menghampiri
wanita tua yang memanggilku itu.
“Ne, Halmeoni.”
Aku harap kau tidak akan pernah melupakan ini,
Kim Jongwoon.
Aku tidak akan pernah memaafkanmu.
-END-
Yap! This is a side story of LOVE OR OBSESSION :D :D
Di tengah kebingungan dan frustasi ngelanjutin FF
chaptered yang ceritanya makin ribet -,- saya berpikir untuk bikin side story
dari sudut pandang Narin. Nah, dari sini ketahuan kan konflik antara Narin dan
Jongwoon, meskipun di Love or Obsession-nya belum diterangin apa konfliknya :D
And… I need your comment, guys ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar