Title : Rainbow
Behind The Clouds
-Part 1
Author: Ifa Raneza
Cast :
~ Cho Kyu Hyun
~ Kim Shin Jung
~ Kim Jong Woon
(Yesung)
“Yang aku tahu,
Pelangi selalu muncul di langit
Tapi kini aku baru menyadari
Bahwa pelangi ada di dekatku…”
~***~***~***~
Seorang pria paruh baya menundukkan
kepalanya, menatap lantai berlapis ubin sambil sesekali memijat keningnya
sendiri. Raut wajahnya tampak lelah. Bukan lelah karena bekerja terlalu keras
seperti yang ia lakukan selama bertahun-tahun ini, tapi lelah karena suatu
desakan yang sudah ia tolak berkali-kali. Kemudian ia mengangkat wajahnya,
menatap seorang namja yang sedang
berlutut di depannya dengan raut wajah memohon. Sesekali namja itu bergumam dengan nada memelas.
“Appa…”
gumamnya lagi sambil semakin mendekat ke arah pria yang ia panggil ‘appa’ itu.
Pria itu menghembuskan napasnya pelan
dan berat. “Cho Kyu Hyun…” katanya. “Sudah berapa kali kau bepergian dengan
menggunakan mobil, dan sudah berapa kali kau merusaknya?”
“Tapi, Appa… Bukankah aku sudah lama tidak menggunakan mobil? Aku sudah
tidak tahan diantar terus, Appa. Aku
merasa seperti anak TK saja,” rengek namja
bernama Cho Kyu Hyun itu.
“Kau lupa dengan mobil sport Ahra yang
kau rusak itu? Itu kejadian dua minggu yang lalu, Kyuhyun. Dan sekarang kau mau
meminjam mobilnya lagi? Bisa-bisa dia mengamuk!”
Kyuhyun hanya mendengus kesal dan
mengerucutkan bibirnya. Namun sepertinya ia belum menyerah sama sekali. Ia
kembali menangkupkan kedua tangannya dan kembali memasang tampang memelas.
“Appa-ya…
Kumohon… Aku berjanji tidak akan merusaknya lagi,” katanya dengan nada memelas
semenyedihkan mungkin agar appa-nya
itu menuruti kemauannya.
“Mobil itu bukan mobil Appa, Cho Kyu Hyun. Itu mobil noona-mu, jadi kalau kau mau
meminjamnya, minta izin padanya, jangan pada Appa,” ujar appa-nya
sabar.
Kyuhyun berdiri dan meninggalkan appa-nya yang masih duduk di ruang
tengah. Sepeninggalan Kyuhyun, appa-nya
itu mengelus dada dan bernapas lega. Akhirnya anak bungsunya itu sudah menyerah
untuk mendesaknya.
Tapi bukan Cho Kyu Hyun namanya kalau sudah
menyerah begitu saja. Tanpa diketahui ayahnya, Kyuhyun masuk ke dalam kamar noona-nya dan mengambil kunci mobil yang
tergeletak di atas meja rias. Kesempatan emas sedang berpihak pada Kyuhyun,
saat ini kakak dan ibunya sedang keluar rumah. Itulah salah satu kebiasaan
buruk Ahra, ia selalu lupa mengunci kamarnya saat tidak berada di rumah.
Tuan Cho yang sedang membaca surat
kabar dikejutkan oleh suara mobil yang sangat ia kenali. Mobil Ahra! Dengan cepat
ia melempar surat kabar yang sedang dibacanya ke atas meja dan segera berlari
keluar rumah. Dilihatnya Kyuhyun sudah mengeluarkan mobil sport putih dari
dalam garasi dan hendak menancap gas.
“Kyuhyun! Berhenti!” seru tuan Cho saat
Kyuhyun sudah mulai menginjak gas dan hendak keluar dari gerbang rumah.
“Annyeong,
Appa! Aku akan sangat berterima kasih
kalau Appa bisa meredam emosi Ahra-noona nanti,” ujar Kyuhyun setengah
berteriak sambil melambaikan sebelah tangannya yang tidak memegang setir mobil.
“YA! Cho Kyu Hyun!”
Terlambat. Kyuhyun sudah keluar dari
gerbang rumah bersama dengan mobil sport kakaknya dengan cukup kencang. Tuan
Cho hanya bisa melongo, menghela napas, dan bergumam, “Bagaimana aku bisa
menghadapi Ahra?”
Tak lama kemudian, saat ia hendak masuk
kembali ke dalam rumah, tuan Cho kembali dikejutkan dengan suara mobil istrinya
yang sudah memasuki halaman rumah. Ia berbalik dan melihat Ahra yang baru saja
keluar dari mobil dengan wajah merengut.
“Appa
! Mau dibawa ke mana mobilku oleh ‘Si Setan’ itu?” tanyanya dengan nada
tinggi.
Tuan Cho hanya bisa menghela napas. Ia
sudah memperkirakan hal ini pasti akan terjadi. Emosi anak sulungnya itu pasti
akan meluap-luap lagi.
“Mollayo,”
jawab tuan Cho pelan. Ia sudah kehabisan akal untuk meredam emosi Ahra, karena
pada kenyataannya, emosi yeoja ini
sulit sekali untuk diredam.
“Appaaaaa
!!!” seru Ahra lagi, kali ini sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya di
lantai. “Aku tidak mau tahu! Kalau mobil itu rusak lagi, anak itu akan kubunuh!
KUBUNUH!” ujarnya dengan penekanan pada kata terakhir.
“Ahra-ya––”
“Aku tidak peduli!” potong Ahra cepat
karena sudah mengetahui ucapan Appa-nya
itu. Kalimatnya akan sama persis seperti kemarin-kemarin. ‘Ahra-ya, tolong jangan begitu. Dia itu dongsaeng-mu satu-satunya. Apa
kau tidak menyayanginya sama sekali?’ Cih, Ahra sudah bosan mendengarnya.
“Aku tidak peduli jika dia dongsaeng-ku satu-satunya! Aku tidak
peduli! Biar saja aku menjadi anak tunggal dalam keluarga ini! Dengan begitu
akan menjadi pewaris tunggal!!!” ujarnya lagi dengan suara yang lebih
melengking sehingga membuat suaranya sedikit menggema.
Nyonya Cho yang baru saja keluar dari
mobil setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi, mendekati suaminya saat Ahra
sudah masuk ke dalam rumah.
“Yeobo…
Kau tahu ini akan terjadi, kenapa kau masih membiarkan anak itu membawa mobil
Ahra?” tanyanya pelan.
Tuan Cho hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya pelan sambil menatap istrinya itu. Percuma saja. Toh tidak akan ada
yang bisa menghentikan anak itu.
~***~***~***~
“Gwaenchana,
Oppa. Jangan khawatirkan aku. Aku tidak akan pergi jauh-jauh……… Aniya, Oppa. Jangan menyusulku. Aku akan
pulang sendiri. Annyeong.”
KLIK!
Shin Jung menekan tombol merah pada
ponselnya dengan cepat sebelum oppa-nya
kembali menasehatinya. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu, jangan pergi ke
sana, jangan pergi ke situ. Semua yang Shin Jung lakukan pasti akan dilarang
dengan alasan berbahaya bagi kesehatannya.
Gadis berambut hitam itu mengeluarkan kameranya
dan kembali memotret pemandangan di taman. Memotret adalah hobinya sejak kecil.
Tapi bakatnya itu baru ia kembangkan sejak dua tahun yang lalu, ketika kakaknya
menghadiahinya sebuah kamera.
Dan ternyata Shin Jung tidak
menyia-nyiakan bakatnya sama sekali. Ia bergabung dengan club fotografi di
kampusnya. Dan sampai sekarang, Shin Jung selalu bepergian ke tempat-tempat
yang ia anggap bagus untuk mengembangkan hobinya itu.
Shin Jung segera menghentikan aktifitas
memotretnya saat ia merasakan ada sesuatu yang bergetar di saku jaketnya. Ia
merogoh saku jaket dan mengeluarkan ponselnya. Belum sempat menekan tombol
hijau pada ponsel, ia merasa tubuhnya kehilangan keseimbangan karena tertabrak
oleh sesuatu.
“Mianhae,
Agassi. Aku tidak sengaja.
Gwaenchanayo ?”
~***~***~***~
“YA, Hyung ! Film macam apa ini? Aku tidak mau menontonnya! Kau pikir
otakku sama dengan otakmu, heh?!” seru Kyuhyun saat melihat Eunhyuk dengan
santainya menyodorkan DVD bersampul Shinchan.
“Kau ini kenapa? Ini kan hanya film
Shinchan,” ujar Sungmin heran sambil menepuk sebelah pundak Kyuhyun. Kemudian
ia mengambil DVD yang Eunhyuk sodorkan dan langsung memasukkannya ke dalam DVD
player. Aneh memang, tapi Sungmin memang menyukai tokoh kartun Shinchan.
Kyuhyun hanya menggeleng melihat hyung-nya yang sangat polos itu,
sementara Eunhyuk hanya tertawa geli melihat kepolosan Sungmin. Tidak aneh jika
Kyuhyun menolak untuk menonton film yang Eunhyuk tawarkan, karena ia sendiri
sudah tahu film macam apa yang ada di dalam DVD itu. Sampulnya memang Shinchan,
tapi isinya sangat berbeda jauh.
“YAK! Film apa ini?!” seru Sungmin saat
layar TV memunculkan adegan yang akan membuatnya menelan ludahnya sendiri. “YA!
Lee Hyuk Jae! Jadi ini film yang kau bilang bagus itu, hah?! Aiiisshh… Ini
tidak ada bagusnya sama sekali!” omel Sungmin seraya mematikan TV.
“Bukankah sudah kubilang kalau film ini
tidak ada bagusnya sama sekali. Kau ini terlalu polos, Sungmin-hyung,” ujar Kyuhyun sambil melemparkan
tatapan sinis pada Eunhyuk yang sekarang hanya menyengir kuda.
“AH! Pokoknya aku tidak mau menonton
film ini!” seru Kyuhyun dan Sungmin bersamaan.
“Wae?”
tanya Eunhyuk dengan wajah sepolos mungkin.
“Aiissh… Kami masih waras, pabo !” ujar Sungmin seraya menjitak
kepala Eunhyuk. “Aku mau pergi saja!” katanya lagi sebelum keluar dari
apartemen Eunhyuk.
“YA! Hyung ! Tunggu aku!” seru Kyuhyun seraya menyambar kunci
mobilnya––lebih tepatnya kunci mobil noona-nya––yang
tergeletak di atas meja dan segera berlari keluar dari apartemen Eunhyuk.
“Kalian payah sekali,” desis Eunhyuk
sambil mengusap-usap kepalanya yang mendapat timpukan penuh cinta dari Sungmin.
Kyuhyun berlari kecil ke arah parkiran
ketika ia sudah keluar dari gedung apartemen Eunhyuk. Ia masuk ke dalam mobil
sport putih dan bersiap-siap untuk menginjak gas.
Tapi, tunggu dulu! Ke mana dia akan
pergi sekarang? Pulang? Tidak, tidak… Dia akan mati di tangan kakaknya sendiri
jika pulang secepat ini. Setidaknya saat ia pulang, amarah kakaknya sudah bisa
diredam, sehingga ia tidak perlu mendapat serangan dari kakaknya.
Entah apa yang membawanya ke tempat
itu, tapi pada akhirnya Kyuhyun menghentikan mobilnya di dekat taman. Ia segera
keluar dari mobil dan berjalan ke tengah taman, menuju bangku putih yang ada di
sana.
Namja itu sibuk memainkan PSP-nya sementara
kedua kakinya masih terus melangkah, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa di
depannya ada seorang yeoja yang
sedang sibuk memotret pemandangan di depannya.
BRUK!!!
Tanpa sengaja tubuhnya menabrak tubuh
kecil yeoja itu dari belakang,
membuat yeoja itu kehilangan
keseimbangan. Reflek, kedua tangan Kyuhyun menahan kedua sisi pinggang yeoja itu agar ia tidak terjatuh.
“Mianhae,
Agassi. Aku tidak sengaja. Gwaenchanayo?”
tanyanya.
Yeoja itu tidak menjawab. Ia sedikit
melonjak kaget ketika sadar kedua tangan Kyuhyun sudah melingkar dengan
sempurna di pinggangnya. Ia mendorong dada bidang Kyuhyun agar namja itu segera melepaskan tangannya.
“Eh… Mian,” kata Kyuhyun lagi seraya melepaskan tangannya dari pinggang yeoja itu dengan canggung. “Gwaenchanayo, Agassi ?”
Yeoja itu tidak bersuara sedikit pun. Ia
hanya memungut kamera yang tergeletak di tanah. Kemudian ia mengutak-atik
kamera itu. Sepertinya benda itu sudah rusak, terlihat dari raut wajah yeoja itu yang perlahan berubah menjadi
muram.
“Agassi,
aku benar-benar tidak sengaja. Mianhae,”
ujar Kyuhyun saat menyadari apa yang sudah ia perbuat. “Aku berjanji akan
mengganti kameramu,” ujarnya lagi, membuat yeoja
itu menoleh padanya.
“Tidak usah,” sahut yeoja itu singkat.
Kemudian yeoja itu berlalu sambil menenteng kameranya yang sudah rusak,
meninggalkan Kyuhyun di taman itu.
“Agassi,
jebal… Izinkan aku menebus
kesalahanku,” ujar Kyuhyun seraya menyamakan langkah mereka.
“Tidak perlu. Kau tidak sengaja
menabrakku.”
Kyuhyun kehabisan ide. Ia bukan orang
yang bisa tenang setelah melakukan sebuah kesalahan, apalagi pada yeoja yang baru ia temui. Ia tidak mau
rasa bersalah terus menghantuinya.
“Agassi,
jebal. Katakan apa saja yang kauinginkan,” ujarnya dengan nada sedikit
memaksa sambil menahan sebelah lengan yeoja
itu.
Sepertinya Kyuhyun terlalu kuat menahan
lengan yeoja itu, sehingga bukannya
menahan, tapi ia malah menariknya sehingga wajah yeoja itu menubruk dada bidangnya.
“Aw!” ringis yeoja itu seraya mengeluarkan tissue dari sakunya dan segera
menyeka cairan merah yang sudah menuruni hidungnya.
“Agassi
?”
Kyuhyun menarik dagu yeoja itu dan memerhatikan hidungnya
yang sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Dan pada saat itu ia berpikir, ‘Apa dadaku begitu keras sampai-sampai
membuat hidungnya berdarah?’
“Kau tidak apa-apa?” tanya Kyuhyun
khawatir.
“Aku tidak apa-apa,” jawab yeoja itu sedikit ketus sambil menarik
dagunya kembali dari tangan Kyuhyun dan memalingkan wajahnya.
Drrt… Drrttt…
Yeoja itu merogoh saku jaketnya dan menekan
tombol hijau pada ponselnya.
“Yo…
Yoboseyo?” ucapnya pada si penelepon. “Ne,
ne… Ne, Oppa. Aku akan pulang sekarang… Annyeong.”
Yeoja itu tampak menutup flap ponselnya dan
memasukkannya ke dalam saku jaket. Lalu ia berjalan dengan langkah yang
terburu-buru, lagi-lagi meninggalkan Kyuhyun.
“Agassi.”
Kyuhyun menahan lengan yeoja itu
sehingga tubuhnya berbalik menghadap Kyuhyun.
Kyuhyun tertegun melihat wajah gadis
itu sudah memucat, sangat berbeda dengan wajahnya tadi.
“Lepaskan. Aku mau pulang,” kata gadis
itu seraya menarik tangannya yang dipegang oleh Kyuhyun.
“Biarkan aku mengantarmu,” ujar Kyuhyun
mantap.
“Mwo
?” Mata gadis itu tampak membulat kaget. Mereka bahkan baru bertemu
beberapa menit yang lalu, dan sekarang
namja ini berinisiatif untuk mengantarnya pulang. “Ani. Tidak perlu,” tolaknya.
“Mobilku ada di sana,” ujar Kyuhyun
seraya menunjuk ke arah mobil putih yang berada di tepi jalan. “Kajja !”
Tanpa ragu dan canggung, Kyuhyun
menarik tangan gadis itu agar mengikuti langkahnya ke arah mobil sport yang
terparkir tak jauh dari taman. Ia tidak memerdulikan penolakan yang yeoja itu berikan padanya. Bagaimana pun
juga ia harus mengantar gadis ini pulang. Ia tampak lelah dan sakit, dan semua
itu Kyuhyun anggap karena kesalahannya.
~***~***~***~
“Sudah kubilang kau tidak perlu
mengantarku,” ujar Shin Jung, sedikit jengah dengan namja yang sudah menabraknya beberapa menit yang lalu.
“Tidak apa-apa. Aku tidak akan berbuat
hal aneh padamu. Aku hanya ingin membantumu,” sahut namja itu sambil terus menjalankan mobil sportnya. “Di mana
rumahmu?” tanyanya seraya menoleh pada Shin Jung.
“Turunkan aku di sana. Aku naik taksi
saja,” ujar Shin Jung tanpa menjawab pertanyaan Kyuhyun.
“Aku bertanya di mana rumahmu?”
Shin Jung mendecak kesal. Akhirnya ia
menyerah dan memberitahukan alamat rumahnya pada Kyuhyun.
“Oh iya, Kyuhyun imnida,” kata Kyuhyun memperkenalkan dirinya seraya menoleh pada
Shin Jung sambil terus menyetir. “Namamu?”
Shin Jung menoleh pada Kyuhyun dan
melemparkan pandangan aneh. Ia bukan yeoja
yang dengan mudahnya memberitahukan namanya pada orang asing. Terlebih lagi dia
memberitahu alamat rumahnya pada namja
ini.
Ahh… tidak, tidak… Batin Shin Jung menentang, membela
keputusannya. Jika kakaknya tidak menyuruhnya untuk segera pulang, dia tidak
akan membiarkan namja asing ini tahu
alamat rumahnya. Ya, benar. Ia tidak salah sudah memberitahu Kyuhyun di mana alamat
rumahnya, karena Shin Jung sendiri pun harus segera pulang.
“Agassi
?” Suara Kyuhyun membuat Shin Jung tersentak dan menoleh cepat ke arahnya.
“Maaf, aku tidak suka memberitahu
namaku pada orang asing,” kata Shin Jung datar. Kyuhyun dapat menangkap sesuatu
yang dingin dari nada bicara gadis ini.
Kyuhyun hanya mengangguk-anggukan
kepalanya pelan, mengiyakan ucapan Shin Jung. Tidak ada yang salah dengan sikap
gadis itu. Benar apa yang ia katakan, mereka baru bertemu beberapa menit yang
lalu secara tidak sengaja, dan Kyuhyun adalah orang asing bagi Shin Jung.
“Maaf,” ucap Kyuhyun pelan, memecah
keheningan yang selama beberapa detik menyelimuti mereka.
Shin Jung menoleh pada namja yang sedang sibuk menyetir di
sebelahnya.
“Mwo
?”
“Maaf … untuk kameramu yang rusak, dan…
karena aku menabrakmu,” ucap Kyuhyun dengan suara yang tidak lebih keras dari
sebelumnya.
“Kau tidak sengaja melakukannya,” sahut
Shin Jung sambil membuang muka ke arah kanannya.
Kyuhyun menoleh cepat pada gadis yang
ada di sebelahnya, menatapnya takjub. Entah pesona apa yang memancar dari gadis
itu, hingga membuat Kyuhyun betah untuk menatapnya berlama-lama. Bahkan jika
bisa, Kyuhyun akan selalu menatapnya tanpa berkedip.
“Rumahku di sana,” ujar Shin Jung
sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah sebuah rumah bercat putih, membuat
Kyuhyun tersadar dari lamunannya.
“Di sini?” kata Kyuhyun setelah
menghentikan mobilnya tepat di depan rumah yang Shin Jung tunjuk.
Shin Jung hanya mengangguk menanggapi
ucapan Kyuhyun. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung keluar dari mobil sport
putih itu dan masuk ke dalam halaman rumahnya yang tidak terlalu luas.
Sebelum Shin Jung sempat menggapai
gagang pintu, pintu rumahnya sudah terbuka lebar dengan seorang namja yang berdiri di belakang pintu, menatapnya
tajam. Shin Jung hanya bisa menundukkan pandangannya, tidak berani menatap
kedua bola mata kakaknya yang sedang menatapnya marah.
“Ke mana saja kau, Kim Shin Jung?”
tanya kakaknya datar.
“Taman,” jawab Shin Jung singkat.
Mata namja bermata sipit itu bergeser, berpindah pada seorang namja yang berdiri tidak jauh dari
posisi adiknya.
“Pulang bersama siapa kau?” tanyanya,
lagi-lagi dengan nada datar sambil melemparkan tatapan sinis pada namja itu.
“Mwo
?” Shin Jung memutar kepalanya ke belakang. Ia mendapati namja yang menabraknya tadi masih berdiri di belakangnya. Shin Jung
sempat terkejut melihat namja yang
lebih tinggi darinya itu belum pergi.
“Aah, Kyuhyun imnida,” kata Kyuhyun seraya membungkukkan badannya.
“Aku tidak bertanya siapa namamu.”
“Jong Woon-oppa…” ucap Shin Jung pelan, mengisyaratkan agar kakaknya itu tidak
lagi bersikap dingin pada Kyuhyun.
Jong Woon kembali menatap adiknya.
“Shin Jung, masuk,” titahnya sambil sedikit menggerakkan kepalanya ke arah
dalam rumah.
“Lebih baik kau pulang saja,” kata Shin
Jung pada Kyuhyun yang masih berdiri di belakangnya.
“Ngg… Agassi…”
“Lebih baik kau pulang sekarang,” kata
Shin Jung lagi dan kali ini terdengar seperti perintah.
Kyuhyun hanya mengangguk pelan, lalu
membungkuk hormat pada Jong Woon sebelum ia pergi dengan mobil sport putih.
Seperti mantra, Kyuhyun tidak dapat menentang perkataan Shin Jung seperti yang
ia lakukan sebelumnya.
Shin Jung masuk ke dalam rumah,
melewati kakaknya yang masih berdiri di ambang pintu, menatap kepergian
Kyuhyun.
“Shin Jung, siapa namja itu?” tanya Jong Woon setelah menutup pintu dan berjalan
mengikuti langkah adiknya ke ruang tengah.
“Bukan siapa-siapa,” jawab Shin Jung
datar sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Jadi kau pulang dengan orang asing?”
tanya Jong Woon dengan nada yang sedikit membentak.
Shin Jung hanya terdiam. Ia tidak bisa
menyanggah ucapan kakaknya itu, karena namja
yang mengantarnya tadi memang orang asing.
“Sudah berapa kali kubilang jangan dekati
orang asing.”
“Kyuhyun,” kata Shin Jung cepat.
“Namanya Kyuhyun. Bukankah dia sudah memperkenalkan namanya tadi?”
“Aku tidak menanyakan namanya. Aku
bertanya siapa dia. Siapa dia sampai-sampai bisa mengantarmu pulang?”
Shin Jung menghela napas. Ia tahu betul
sifat kakaknya yang protektif akan dirinya. Bahkan teman namja-nya saja tidak pernah disambut hangat oleh Jong Woon. Karena
itu Shin Jung tidak pernah membawa temannya ke rumah, apalagi mengantarnya
pulang.
“Dia temanku,” jawab Shin Jung berbohong.
“Teman?”
“Ne,
dia temanku. Dia…” Shin Jung memutuskan ucapannya, memikirkan untuk kebohongan
selanjutnya. “Dia baru masuk ke klub fotografi,” ucapnya melanjutkan kalimatnya
yang sempat terputus.
“Jinjja
?” tanya Jong Woon, menunjukkan sedikit kecurigaan dalam suaranya.
“Ne,
Oppa.”
Jong Woon duduk di sofa yang berada
tepat di hadapan Shin Jung. Ia masih menatap adiknya itu dengan tatapan penuh
selidik, seakan belum puas untuk menginterogasinya.
“Kenapa dia bisa mengantarmu pulang?”
tanyanya.
“Ngg… Dia…” Shin Jung menghentikan
ucapannya saat merasa ada sesuatu yang hangat keluar dari hidungnya.
Ia menyentuh hidungnya dan mendapati
ada noda merah di sana. Jong Woon yang menatap adiknya dengan tatapan terkejut,
langsung mengambil tissue dan segera menyeka cairan yang terus keluar dari
hidung mancung Shin Jung.
“Kau harus istirahat,” kata Jong Woon
dengan nada bicara yang melunak dan penuh dengan kekhawatiran. Ia mengambil
tissue lagi dan membersihkan noda darah yang masih tersisa di sekitar hidung
Shin Jung. Jong Woon menghela napas. “Jadi karena ini dia mengantarmu pulang?”
tanya Jong Woon pelan.
“Mwo
?”
“Penyakitmu kambuh lagi?”
Shin Jung hanya diam, tidak merespon
ucapan kakaknya itu.
Namun tiba-tiba Shin Jung merasa
tubuhnya sedikit lebih ringan. Ia melonjak kaget saat tahu tubuhnya sudah
berada dalam gendongan kakaknya.
“Mwo
? Oppa, apa yang kaulakukan?” tanya
Shin Jung kaget.
“Kau harus istirahat, Shin Jung,” kata
Jong Woon tanpa menatap Shin Jung. Ia terus melangkahkan kakinya menuju lantai
atas, menuju ke kamar Shin Jung.
“Aku bisa jalan sendiri,” kata Shin
Jung, mencoba untuk turun dari gendongan Jong Woon.
“Jangan membantahku,” ujar Jong Woon
singkat namun tegas. Ia makin mengeratkan pegangannya pada tubuh Shin Jung agar
gadis itu tidak bisa turun dari gendongannya.
“Oppa…”
ucap Shin Jung lagi, merengek agar diturunkan dari gendongan bridal style kakaknya.
“Diam, Dongsaeng !” kata Jong Woon singkat yang tidak direspon apa-apa
lagi oleh Shin Jung.
~***~***~***~
Kyuhyun melongokkan kepalanya ke dalam
rumah sementara tubuhnya masih berada di luar. Aman, pikirnya. Ia masuk ke dalam rumah dengan tenang dan menutup
pintu dengan senyum kemenangan yang tersungging di bibirnya. Tapi senyumnya
memudar ketika ia merasa ada yang menjewer sebelah telinganya. Ia menoleh pelan
dan langsung menelan ludah saat mengetahui siapa yang sedang menjewer
telinganya.
“Dari mana saja, Tuan Cho?” tanya orang
itu dengan suara yang dibuat seseram mungkin.
Kyuhyun menunjukkan cengir kudanya
sambil mengacungkan dua jari tangannya. “Noo…
Noona… Annyeong !” ujarnya, berusaha bersikap sesantai mungkin, tapi gagal.
“Kau ke manakan mobilku, CHO KYU
HYUN?!!” teriak Ahra tepat di depan wajah Kyuhyun. “Kau mau merusaknya lagi,
hah?!!”
Ahra menguatkan jewerannya pada telinga
Kyuhyun sehingga membuat Kyuhyun meringis kesakitan.
“Ya-ya-ya!! Ampun, Noona ! Appeu !” jerit
Kyuhyun kesakitan sambil memegangi tangan kakaknya yang menjewer telinganya
agar segera melepaskan cengkeramannya.
“Kau akan kubunuh, Cho Kyu Hyun!
KUBUNUH!”
“Noona
! Ampuni aku! Mobilmu selamat! Mobilmu tidak kurusak kali ini!”
Ahra melepaskan cengkeramannya dari
telinga Kyuhyun dan memandangi adiknya itu dengan tatapan menyelidik.
“Jeongmal
?” tanyanya dengan nada bicara yang sudah sedikit melunak.
“Ne,
mobilmu tidak apa-apa,” jawab Kyuhyun sambil memegangi telinganya yang sudah
memerah dan sesekali meringis.
“Sekali lagi kau menyentuh mobilku, kau
tidak akan selamat, Tuan Cho!” ujar Ahra seraya berbalik dan hendak
meninggalkan Kyuhyun. Baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya terhenti.
Ia berbalik dan menghampiri adiknya yang masih berdiri di tempatnya tadi.
“Kenapa bajumu?” tanyanya yang merujuk
pada noda merah yang ada di baju Kyuhyun bagian dada.
“Heh?” Kyuhyun mengikuti arah pandang
kakaknya. Ia menyentuh dadanya yang terdapat noda merah.
“Kyuhyun, kau tidak menabrak orang atau
membunuh orang dengan mobilku, kan?” tanya Ahra penuh selidik. “Atau semacam…”
“Noona,
aku tidak melakukan apa-apa dengan mobilmu,” potong Kyuhyun cepat sebelum Ahra
berpikir lebih jauh lagi.
“Lalu, ada apa dengan bajumu?” tanya
Ahra. Sebelah tangannya menyentuh dada Kyuhyun. “Ini darah, kan?”
Kyuhyun mengangguk.
“Darah apa?”
“Temanku tadi mimisan,” jawab Kyuhyun.
“Teman? Siapa?”
“Eh? Ngg… namanya…” Kyuhyun
menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia berpikir
sebentar, mencoba mengingat-ingat nama gadis yang tadi diantar pulang olehnya.
Kemudian terlintas sebuah nama di dalam otaknya. “Shin Jung! Namanya Kim Shin
Jung,” kata Kyuhyun cepat.
“Shin … Siapa?”
“Kim Shin Jung, Noona.”
“Kim Shin Jung?”
“Ne,
dia temanku,” kata Kyuhyun seraya berjalan melewati punggung kakaknya.
“Aku tidak ingat kau punya teman
bernama Kim Shin Jung,” komentar Ahra sambil mengikuti langkah Kyuhyun ke
dapur.
Kyuhyun membuka kulkas dan mengambil
sebotol minuman, lalu meneguknya. “Apa aku harus melapor padamu tentang semua
temanku? Tidak kan?” katanya santai. “Noona,
apa dadaku sangat keras?” tanyanya pelan.
Ahra tersentak mendengar pertanyaan
adiknya. “Yaak! Pertanyaan macam apa itu? Dasar mesum!” ujar Ahra sambil
melemparkan tatapan ‘yang-benar-saja?’.
“Aku serius, Noona. Apa dadaku sangat keras sampai-sampai bisa membuat orang
terluka?” katanya sambil memukul-mukul pelan dadanya sendiri.
“Apa maksudmu?”
“Temanku mimisan karena wajahnya
menabrak dadaku.”
“Astaga, Kyuhyun!” seru Ahra kaget.
“Pasti hidungnya sudah patah!”
“M-mwo
? Patah?”
“Bagaimana bisa dia menabrak dadamu,
heh?” tanya Ahra panik, sama paniknya dengan Kyuhyun.
“Aku tidak sengaja menarik tangannya,
dan wajahnya menubruk dadaku,” jelas Kyuhyun dengan sedikit takut-takut.
“Aisshh…” desis Ahra geram. “Kau tidak
bisa lembut sedikit pada wanita, ya? Sampai-sampai ada yang terluka karenamu.”
“Aku tidak sengaja, Noona.”
“Mau sengaja atau tidak sengaja, dia
tetap terluka karenamu,” kata Ahra seraya meninggalkan Kyuhyun yang masih duduk
di meja dapur.
“Lalu aku harus bagaimana? Apa yang
harus kulakukan?” tanya Kyuhyun, meminta jalan keluar.
Ahra berbalik. “Apa lagi? Kau harus
minta maaf padanya, Kyuhyun!” jawab Ahra dengan nada bicara yang sedikit meninggi.
Lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Kyuhyun.
“M-mwo
? Tapi bagaimana caranya?”
“Aiissshh!” Ahra kembali membalikkan
tubuhnya dan menatap Kyuhyun dengan geram. “Apa hanya meminta maaf sangat susah
bagimu? Apalagi dia itu wanita, Kyuhyun-ah!” ujarnya seraya berjalan keluar dan
menutup pintu dapur dengan keras, sehingga membuat Kyuhyun sedikit melonjak
kaget.
“Minta maaf? Benar, Noona… Hanya untuk bicara pada yeoja itu saja susahnya setengah mati…”
bisik Kyuhyun pada dirinya sendiri.
Lalu ia bangkit dan mengacak-acak
rambut cokelatnya dengan kasar. “AARRGGHHH! CHO KYUHYUN, KAU BODOH SEKALI!!!”
teriaknya pada dirinya sendiri.
~***~***~***~
“Hyung,
apa kau tahu Kim Shin Jung?” tanya Kyuhyun pada Sungmin yang sedari tadi sibuk
dengan ramyeonnya.
“Kim Shindong?” tanya Sungmin sambil
menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya.
“Shin Jung, pabo ! KIM SHIN JUNG!” ujar Kyuhyun marah dengan penekanan pada nama
lengkap Shin Jung sambil memukul kepala Sungmin.
“Mwo
? Uhuk!!” Sungmin terbatuk-batuk karena tersedak makanan. “Kau mau aku mati,
hah?!” tanyanya ketus setelah meminum air putih.
“Aah, jawab saja, Hyung. Kau kenal Kim Shin Jung?” tanya Kyuhyun.
“Siapa Kim Shin Jung? Dia kuliah di
jurusan mana?” tanya Sungmin, ia kembali menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya.
“Molla.”
Sungmin tersentak dan segera
menghentikan aktifitasnya. “Dia kuliah di jurusan apa saja kau tidak tahu,
bagaimana kau bisa mencarinya?” kata Sungmin tak habis pikir pada pernyataan
Kyuhyun.
“Karena itu aku menanyakannya padamu.”
“Aku tidak tahu,” sahut Sungmin
singkat.
“Apa tidak ada petunjuk lain? Kalau kau
hanya tahu namanya, akan sangat sulit mencari yeoja bernama Kim Shin Jung itu,” kata Sungmin lagi.
Kyuhyun berpikir sebentar, mencoba
mengingat-ingat apapun yang ia ketahui tentang yeoja itu.
“Dia suka memotret,” kata Kyuhyun,
mengingat raut wajah sedih yang terlihat dari wajah Shin Jung saat kameranya
rusak. Pasti yeoja itu sangat
menyukai fotografi, makanya ia sangat sedih saat kameranya tidak bisa dipakai
lagi. Sama seperti Kyuhyun saat PSPnya rusak.
“Coba cari di klub fotografi,” kata
Sungmin datar.
“Memangnya di kampus ini ada klub yang
semacam itu?” tanya Kyuhyun dengan polosnya.
“Tentu saja ada, pabo ! Sudah berapa lama kau kuliah di sini, heh?!” ujar Sungmin geram.
“Fotografi…” bisik Kyuhyun pada dirinya
sendiri, tidak menghiraukan perkataan Sungmin. “Hyung, kau kenal salah satu anggota klub itu?”
~***~***~***~
“Kim Shin Jung?”
Kyuhyun mengangguk semangat, mengiyakan
ucapan namja yang sedang berdiri di
hadapannya.
“Ada apa kau mencari Shin Jung?”
tanyanya menyelidik.
“Ada yang ingin kubicarakan dengannya,”
jawab Kyuhyun tanpa menghapus senyum simpul dari bibirnya.
“Tidak bisa,” ujar namja itu singkat.
Senyum Kyuhyun langsung menghilang dari
bibirnya. “Mwo ? Wae, Kibum-ssi?” tanyanya.
“Dia tidak masuk hari ini. Katanya dia
sakit,” jawab namja bernama Kibum itu
tanpa mengalihkan pandangannya dari kamera yang ada ditangannya.
“Sakit?”
“Ne,
dia sakit. Dan aku tidak akan memberitahumu alamat rumahnya.”
“Tidak masalah. Karena aku sudah tahu
di mana rumahnya.”
Dengan cepat Kibum menolehkan kepalanya
pada Kyuhyun.
“M-mwo
? Hei! Tunggu! Kau tidak bisa seenaknya pergi ke rumahnya!” Kibum berteriak
pada Kyuhyun yang sudah berlari menjauh. Tapi Kyuhyun tidak mendengarkan
teriakan Kibum. Kibum hanya menghela napas. “Anak itu…”
~***~***~***~
“Oppa,
aku bosan di rumah,” rengek Shin Jung pada kakaknya yang sudah mengenakan jas
dan bersiap-siap untuk kembali ke kantor setelah makan siang.
“Kau belum pulih, Shin Jung-ah,” ujar
Jong Woon, menolak keinginan adiknya untuk keluar rumah secara halus.
“Aku sudah tidak apa-apa.”
Jong Woon menoleh pada Shin Jung yang
sudah duduk di ranjangnya. Lalu ia menghampiri adiknya itu dan duduk di sisi
tempat tidurnya, membelai pelan puncak kepala Shin Jung.
“Jangan hari ini.” Jong Woon memeluk
Shin Jung dan membenamkan kepala yeoja
itu di antara lehernya. “Aku janji, besok kau boleh keluar rumah. Tapi jangan
hari ini,” katanya pelan, lalu mengecup puncak kepala adiknya itu sebelum ia
beranjak dan keluar dari kamar Shin Jung.
“Aku akan pulang jam delapan, jadi
jangan menungguku untuk makan malam,” ujar Jong Woon sebelum ia benar-benar
keluar dari kamar bernuansa putih itu.
“Ne,
Oppa. Jangan khawatirkan aku!” sahut
Shin Jung riang saat pintu kamarnya sudah tertutup.
Shin Jung kembali menyandarkan
punggungnya pada sandaran tempat tidur. Ia memegangi kepalanya yang sudah tidak
pusing lagi. Ia teringat alasan akan sikap protektif Jong Woon terhadap dirinya.
Menjauhkan Shin Jung dari semua namja
yang dianggapnya tidak baik––kecuali Kibum, karena Kibum adalah teman Shin Jung
sejak kecil––, melarangnya untuk beraktifitas yang bisa membuatnya lelah,
semuanya.
Semuanya karena satu hal, yaitu sesuatu
yang telah tumbuh di dalam diri Shin Jung. Sesuatu yang membuat Shin Jung
terlihat tak berdaya. Sesuatu… sesuatu yang membuat Shin Jung merasa tidak
tahan untuk hidup lebih lama lagi.
Shin Jung tersentak dan langsung
menghapus bulir-bulir air mata yang sudah jatuh di pipinya saat mendengar suara
ketukan pintu.
“Bibi Oh?” tanyanya memastikan.
“Ne,
ini saya, Nona,” sahut orang yang mengetuk pintu kamarnya. “Ada teman Nona
yang ingin bertemu,” katanya lagi tanpa membuka pintu kamar.
“Nugu
?”
“Seorang namja.”
Namja? Aah, mungkin Kibum, pikir Shin
Jung.
“Suruh dia tunggu sebentar,” ujar Shin
Jung seraya bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk
mencuci wajahnya yang sudah setengah basah karena air mata.
“Baik, Nona.”
~***~***~***~
“Silakan tunggu sebentar, Tuan,” kata
bibi Oh––pembantu di rumah Shin Jung–– seraya menundukkan kepalanya sebentar
lalu pergi meninggalkan Kyuhyun yang masih berdiri di depan kamar Shin Jung.
“Ah, ne, Ahjumma. Kamsahamnida,” sahutnya seraya membungkuk pada bibi
Oh.
Sepeninggalan bibi Oh, Kyuhyun terdiam
di depan pintu kamar Shin Jung. Ia bingung apa yang harus ia lakukan selama
menunggu gadis itu. Kemudian tangan kanannya meraih gagang pintu, mencoba
membuka kamar Shin Jung. Jika gadis itu ingin ganti baju, mungkin dia sudah
selesai, kan? Ini sudah hampir lima menit! Kyuhyun mengangguk-angguk akan
pikirannya sendiri.
CKLEK…
“Ternyata tidak dikunci,” ucap Kyuhyun,
berbisik pada dirinya sendiri.
Pandangannya menyapu ke segala penjuru
ruangan. Hampir seluruh penjuru ruangan ini berbalut warna putih. Aneh memang,
karena Kyuhyun merasa nuansa serba putih seperti ini mengingatkannya pada
ruangan di rumah sakit. Tapi kali ini berbeda. Suasana di ruangan ini begitu
menyejukkan dan menenangkan dengan warna putihnya yang lembut.
“Astaga, punggungku sakit sekali,”
gumamnya sambil memukul-mukul pelan punggungnya yang terasa pegal. Mungkin
karena pukulan maut kakaknya yang sempat mendarat di punggungnya sebelum ia
pergi kuliah tadi pagi.
Tanpa sadar Kyuhyun sudah merebahkan
tubuhnya di atas tempat tidur Shin Jung. Dia kelelahan. Lelah karena mencari
Kibum di seluruh penjuru kampus karena kesibukan namja itu. Kibum memang sangat sulit ditemui, mengingat dia
menjabat sebagai ketua klub fotografi.
Posisi Kyuhyun berubah menjadi duduk
saat ia mendengar suara dari pintu yang ada di sudut kamar ini. Mungkin itu
kamar mandi. Lalu terdengar suara air yang mengalir dengan deras, tapi tidak
ada suara yang menandakan seseorang sedang beraktifitas di dalam sana.
Perasaan Kyuhyun makin tidak nyaman.
Dengan cepat namja itu membuka pintu
kamar mandi dengan keras. Matanya membulat lebar saat mendapati siapa yang ada
di dalam kamar mandi itu. Shin Jung, tentu saja. Tapi yeoja itu sedang dalam keadaan yang buruk.
“YA! Shin Jung-ah? Shin Jung! Kim Shin
Jung!” Kyuhyun mengguncang-guncangkan tubuh Shin Jung yang tergeletak di
lantai.
Lantai kamar mandi sudah basah dan
sedikit banjir karena air keran yang meluap.
“Shin Jung-ssi, kau kenapa? Hei, ireona
!” ujar Kyuhyun panik dengan masih mengguncang tubuh lemah Shin Jung.
Ia menutup keran air dan segera
mengangkat tubuh yeoja itu keluar
dari kamar mandi.
“Shin Jung-ssi…” panggil Kyuhyun pelan sambil menepuk pelan pipi pucat Shin
Jung setelah membaringkan tubuh yeoja
itu di atas tempat tidur.
Kyuhyun duduk di sisi ranjang dan
matanya mulai meneliti lekuk wajah yeoja
yang masih tidak sadarkan diri di depannya. Kyuhyun menghela napas. Dan pada
saat itu juga sudut-sudut bibirnya perlahan tertarik hingga senyumnya
mengembang. Lagi-lagi ia merasa dirinya jatuh ke dalam pesona gadis ini.
Pesonanya tidak bisa ditepis sedikitpun. Seperti mantra, hingga membuat Kyuhyun
tidak bisa mengedipkan matanya ketika menatap yeoja ini.
Kyuhyun tersentak ketika menyadari kelopak
mata Shin Jung terangkat hingga kedua matanya terbuka.
“Kau sudah bangun? Masih… pusing?”
tanya Kyuhyun sedikit ragu. Tapi kebanyakan orang pingsan kepalanya pasti
pusing, iya kan?
Shin Jung mengerang sedikit, lalu
menggosok sebelah matanya dengan jemarinya. Ia menatap Kyuhyun lama, mencoba
memfokuskan penglihatannya.
“Masih ingat aku?” tanya Kyuhyun riang.
Mata Shin Jung membesar saat menyadari
siapa yang ada di depannya. Tidak seperti pemikirannya tadi, namja di depannya ini bukan Kibum. Melainkan…
“YA! Siapa kau?! Kenapa kau bisa ada di
kamarku!?” tanyanya dengan setengah berteriak.
Kyuhyun mengerutkan alisnya. Ia tampak
berpikir sebentar, sampai akhirnya namja
ini dengan polosnya bertanya, “Shin Jung-ssi,
apa benturannya sangat keras? Apa kau … terkena amnesia?”
-To be continued-
Aaaaa! Akhirnya selesai juga FF yang ini.
Ini ceritanya FF berdasarkan request temen saya di FB, jadi saya juga ngepost FF ini di FB saya :D
Maaf ya kalo banyak typo yang bertebaran =___=v
Abisnya lagi sibuk buat daftar SMA *ehem* jadi nggak sempet buat editing hehe
Leave comment please ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar