Senin, 02 Juli 2012

Rainbow Behind The Clouds [Part 1]






Title   : Rainbow Behind The Clouds
    -Part 1

Author: Ifa Raneza

Cast :
~  Cho Kyu Hyun
~  Kim Shin Jung
~  Kim Jong Woon (Yesung)






“Yang aku tahu,
Pelangi selalu muncul di langit
Tapi kini aku baru menyadari
Bahwa pelangi ada di dekatku…”




~***~***~***~


Seorang pria paruh baya menundukkan kepalanya, menatap lantai berlapis ubin sambil sesekali memijat keningnya sendiri. Raut wajahnya tampak lelah. Bukan lelah karena bekerja terlalu keras seperti yang ia lakukan selama bertahun-tahun ini, tapi lelah karena suatu desakan yang sudah ia tolak berkali-kali. Kemudian ia mengangkat wajahnya, menatap seorang namja yang sedang berlutut di depannya dengan raut wajah memohon. Sesekali namja itu bergumam dengan nada memelas.

Appa…” gumamnya lagi sambil semakin mendekat ke arah pria yang ia panggil ‘appa’ itu.

Pria itu menghembuskan napasnya pelan dan berat. “Cho Kyu Hyun…” katanya. “Sudah berapa kali kau bepergian dengan menggunakan mobil, dan sudah berapa kali kau merusaknya?”

“Tapi, Appa… Bukankah aku sudah lama tidak menggunakan mobil? Aku sudah tidak tahan diantar terus, Appa. Aku merasa seperti anak TK saja,” rengek namja bernama Cho Kyu Hyun itu.

“Kau lupa dengan mobil sport Ahra yang kau rusak itu? Itu kejadian dua minggu yang lalu, Kyuhyun. Dan sekarang kau mau meminjam mobilnya lagi? Bisa-bisa dia mengamuk!”

Kyuhyun hanya mendengus kesal dan mengerucutkan bibirnya. Namun sepertinya ia belum menyerah sama sekali. Ia kembali menangkupkan kedua tangannya dan kembali memasang tampang memelas.

Appa-ya… Kumohon… Aku berjanji tidak akan merusaknya lagi,” katanya dengan nada memelas semenyedihkan mungkin agar appa-nya itu menuruti kemauannya.

“Mobil itu bukan mobil Appa, Cho Kyu Hyun. Itu mobil noona-mu, jadi kalau kau mau meminjamnya, minta izin padanya, jangan pada Appa,” ujar appa-nya sabar.

Kyuhyun berdiri dan meninggalkan appa-nya yang masih duduk di ruang tengah. Sepeninggalan Kyuhyun, appa-nya itu mengelus dada dan bernapas lega. Akhirnya anak bungsunya itu sudah menyerah untuk mendesaknya.
Tapi bukan Cho Kyu Hyun namanya kalau sudah menyerah begitu saja. Tanpa diketahui ayahnya, Kyuhyun masuk ke dalam kamar noona-nya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja rias. Kesempatan emas sedang berpihak pada Kyuhyun, saat ini kakak dan ibunya sedang keluar rumah. Itulah salah satu kebiasaan buruk Ahra, ia selalu lupa mengunci kamarnya saat tidak berada di rumah.

Tuan Cho yang sedang membaca surat kabar dikejutkan oleh suara mobil yang sangat ia kenali. Mobil Ahra! Dengan cepat ia melempar surat kabar yang sedang dibacanya ke atas meja dan segera berlari keluar rumah. Dilihatnya Kyuhyun sudah mengeluarkan mobil sport putih dari dalam garasi dan hendak menancap gas.

“Kyuhyun! Berhenti!” seru tuan Cho saat Kyuhyun sudah mulai menginjak gas dan hendak keluar dari gerbang rumah.

Annyeong, Appa! Aku akan sangat berterima kasih kalau Appa bisa meredam emosi Ahra-noona nanti,” ujar Kyuhyun setengah berteriak sambil melambaikan sebelah tangannya yang tidak memegang setir mobil.

“YA! Cho Kyu Hyun!”

Terlambat. Kyuhyun sudah keluar dari gerbang rumah bersama dengan mobil sport kakaknya dengan cukup kencang. Tuan Cho hanya bisa melongo, menghela napas, dan bergumam, “Bagaimana aku bisa menghadapi Ahra?”

Tak lama kemudian, saat ia hendak masuk kembali ke dalam rumah, tuan Cho kembali dikejutkan dengan suara mobil istrinya yang sudah memasuki halaman rumah. Ia berbalik dan melihat Ahra yang baru saja keluar dari mobil dengan wajah merengut.

Appa ! Mau dibawa ke mana mobilku oleh ‘Si Setan’ itu?” tanyanya dengan nada tinggi.

Tuan Cho hanya bisa menghela napas. Ia sudah memperkirakan hal ini pasti akan terjadi. Emosi anak sulungnya itu pasti akan meluap-luap lagi.

Mollayo,” jawab tuan Cho pelan. Ia sudah kehabisan akal untuk meredam emosi Ahra, karena pada kenyataannya, emosi yeoja ini sulit sekali untuk diredam.

Appaaaaa !!!” seru Ahra lagi, kali ini sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya di lantai. “Aku tidak mau tahu! Kalau mobil itu rusak lagi, anak itu akan kubunuh! KUBUNUH!” ujarnya dengan penekanan pada kata terakhir.

“Ahra-ya––”

“Aku tidak peduli!” potong Ahra cepat karena sudah mengetahui ucapan Appa-nya itu. Kalimatnya akan sama persis seperti kemarin-kemarin. ‘Ahra-ya, tolong jangan begitu. Dia itu dongsaeng-mu satu-satunya. Apa kau tidak menyayanginya sama sekali?’ Cih, Ahra sudah bosan mendengarnya.

“Aku tidak peduli jika dia dongsaeng-ku satu-satunya! Aku tidak peduli! Biar saja aku menjadi anak tunggal dalam keluarga ini! Dengan begitu akan menjadi pewaris tunggal!!!” ujarnya lagi dengan suara yang lebih melengking sehingga membuat suaranya sedikit menggema.

Nyonya Cho yang baru saja keluar dari mobil setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi, mendekati suaminya saat Ahra sudah masuk ke dalam rumah.

Yeobo… Kau tahu ini akan terjadi, kenapa kau masih membiarkan anak itu membawa mobil Ahra?” tanyanya pelan.

Tuan Cho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan sambil menatap istrinya itu. Percuma saja. Toh tidak akan ada yang bisa menghentikan anak itu.


~***~***~***~


Gwaenchana, Oppa. Jangan khawatirkan aku. Aku tidak akan pergi jauh-jauh……… Aniya, Oppa. Jangan menyusulku. Aku akan pulang sendiri. Annyeong.”

KLIK!
Shin Jung menekan tombol merah pada ponselnya dengan cepat sebelum oppa-nya kembali menasehatinya. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu, jangan pergi ke sana, jangan pergi ke situ. Semua yang Shin Jung lakukan pasti akan dilarang dengan alasan berbahaya bagi kesehatannya.

Gadis berambut hitam itu mengeluarkan kameranya dan kembali memotret pemandangan di taman. Memotret adalah hobinya sejak kecil. Tapi bakatnya itu baru ia kembangkan sejak dua tahun yang lalu, ketika kakaknya menghadiahinya sebuah kamera.

Dan ternyata Shin Jung tidak menyia-nyiakan bakatnya sama sekali. Ia bergabung dengan club fotografi di kampusnya. Dan sampai sekarang, Shin Jung selalu bepergian ke tempat-tempat yang ia anggap bagus untuk mengembangkan hobinya itu.

Shin Jung segera menghentikan aktifitas memotretnya saat ia merasakan ada sesuatu yang bergetar di saku jaketnya. Ia merogoh saku jaket dan mengeluarkan ponselnya. Belum sempat menekan tombol hijau pada ponsel, ia merasa tubuhnya kehilangan keseimbangan karena tertabrak oleh sesuatu.

Mianhae, Agassi. Aku tidak sengaja. Gwaenchanayo ?”


~***~***~***~


“YA, Hyung ! Film macam apa ini? Aku tidak mau menontonnya! Kau pikir otakku sama dengan otakmu, heh?!” seru Kyuhyun saat melihat Eunhyuk dengan santainya menyodorkan DVD bersampul Shinchan.

“Kau ini kenapa? Ini kan hanya film Shinchan,” ujar Sungmin heran sambil menepuk sebelah pundak Kyuhyun. Kemudian ia mengambil DVD yang Eunhyuk sodorkan dan langsung memasukkannya ke dalam DVD player. Aneh memang, tapi Sungmin memang menyukai tokoh kartun Shinchan.

Kyuhyun hanya menggeleng melihat hyung-nya yang sangat polos itu, sementara Eunhyuk hanya tertawa geli melihat kepolosan Sungmin. Tidak aneh jika Kyuhyun menolak untuk menonton film yang Eunhyuk tawarkan, karena ia sendiri sudah tahu film macam apa yang ada di dalam DVD itu. Sampulnya memang Shinchan, tapi isinya sangat berbeda jauh.

“YAK! Film apa ini?!” seru Sungmin saat layar TV memunculkan adegan yang akan membuatnya menelan ludahnya sendiri. “YA! Lee Hyuk Jae! Jadi ini film yang kau bilang bagus itu, hah?! Aiiisshh… Ini tidak ada bagusnya sama sekali!” omel Sungmin seraya mematikan TV.

“Bukankah sudah kubilang kalau film ini tidak ada bagusnya sama sekali. Kau ini terlalu polos, Sungmin-hyung,” ujar Kyuhyun sambil melemparkan tatapan sinis pada Eunhyuk yang sekarang hanya menyengir kuda.

“AH! Pokoknya aku tidak mau menonton film ini!” seru Kyuhyun dan Sungmin bersamaan.

Wae?” tanya Eunhyuk dengan wajah sepolos mungkin.

“Aiissh… Kami masih waras, pabo !” ujar Sungmin seraya menjitak kepala Eunhyuk. “Aku mau pergi saja!” katanya lagi sebelum keluar dari apartemen Eunhyuk.

“YA! Hyung ! Tunggu aku!” seru Kyuhyun seraya menyambar kunci mobilnya––lebih tepatnya kunci mobil noona-nya––yang tergeletak di atas meja dan segera berlari keluar dari apartemen Eunhyuk.

“Kalian payah sekali,” desis Eunhyuk sambil mengusap-usap kepalanya yang mendapat timpukan penuh cinta dari Sungmin.

Kyuhyun berlari kecil ke arah parkiran ketika ia sudah keluar dari gedung apartemen Eunhyuk. Ia masuk ke dalam mobil sport putih dan bersiap-siap untuk menginjak gas.

Tapi, tunggu dulu! Ke mana dia akan pergi sekarang? Pulang? Tidak, tidak… Dia akan mati di tangan kakaknya sendiri jika pulang secepat ini. Setidaknya saat ia pulang, amarah kakaknya sudah bisa diredam, sehingga ia tidak perlu mendapat serangan dari kakaknya.

Entah apa yang membawanya ke tempat itu, tapi pada akhirnya Kyuhyun menghentikan mobilnya di dekat taman. Ia segera keluar dari mobil dan berjalan ke tengah taman, menuju bangku putih yang ada di sana.

Namja itu sibuk memainkan PSP-nya sementara kedua kakinya masih terus melangkah, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa di depannya ada seorang yeoja yang sedang sibuk memotret pemandangan di depannya.

BRUK!!!

Tanpa sengaja tubuhnya menabrak tubuh kecil yeoja itu dari belakang, membuat yeoja itu kehilangan keseimbangan. Reflek, kedua tangan Kyuhyun menahan kedua sisi pinggang yeoja itu agar ia tidak terjatuh.

Mianhae, Agassi. Aku tidak sengaja. Gwaenchanayo?” tanyanya.

Yeoja itu tidak menjawab. Ia sedikit melonjak kaget ketika sadar kedua tangan Kyuhyun sudah melingkar dengan sempurna di pinggangnya. Ia mendorong dada bidang Kyuhyun agar namja itu segera melepaskan tangannya.

“Eh… Mian,” kata Kyuhyun lagi seraya melepaskan tangannya dari pinggang yeoja itu dengan canggung. “Gwaenchanayo, Agassi ?”

Yeoja itu tidak bersuara sedikit pun. Ia hanya memungut kamera yang tergeletak di tanah. Kemudian ia mengutak-atik kamera itu. Sepertinya benda itu sudah rusak, terlihat dari raut wajah yeoja itu yang perlahan berubah menjadi muram.

Agassi, aku benar-benar tidak sengaja. Mianhae,” ujar Kyuhyun saat menyadari apa yang sudah ia perbuat. “Aku berjanji akan mengganti kameramu,” ujarnya lagi, membuat yeoja itu menoleh padanya.

“Tidak usah,” sahut yeoja itu singkat.

Kemudian yeoja itu berlalu sambil menenteng kameranya yang sudah rusak, meninggalkan Kyuhyun di taman itu.

Agassi, jebal… Izinkan aku menebus kesalahanku,” ujar Kyuhyun seraya menyamakan langkah mereka.

“Tidak perlu. Kau tidak sengaja menabrakku.”

Kyuhyun kehabisan ide. Ia bukan orang yang bisa tenang setelah melakukan sebuah kesalahan, apalagi pada yeoja yang baru ia temui. Ia tidak mau rasa bersalah terus menghantuinya.

Agassi, jebal. Katakan apa saja yang kauinginkan,” ujarnya dengan nada sedikit memaksa sambil menahan sebelah lengan yeoja itu.

Sepertinya Kyuhyun terlalu kuat menahan lengan yeoja itu, sehingga bukannya menahan, tapi ia malah menariknya sehingga wajah yeoja itu menubruk dada bidangnya.

“Aw!” ringis yeoja itu seraya mengeluarkan tissue dari sakunya dan segera menyeka cairan merah yang sudah menuruni hidungnya.

Agassi ?”

Kyuhyun menarik dagu yeoja itu dan memerhatikan hidungnya yang sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Dan pada saat itu ia berpikir, ‘Apa dadaku begitu keras sampai-sampai membuat hidungnya berdarah?’

“Kau tidak apa-apa?” tanya Kyuhyun khawatir.

“Aku tidak apa-apa,” jawab yeoja itu sedikit ketus sambil menarik dagunya kembali dari tangan Kyuhyun dan memalingkan wajahnya.

Drrt… Drrttt…

Yeoja itu merogoh saku jaketnya dan menekan tombol hijau pada ponselnya.

Yo… Yoboseyo?” ucapnya pada si penelepon. “Ne, ne… Ne, Oppa. Aku akan pulang sekarang… Annyeong.”

Yeoja itu tampak menutup flap ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku jaket. Lalu ia berjalan dengan langkah yang terburu-buru, lagi-lagi meninggalkan Kyuhyun.

Agassi.” Kyuhyun menahan lengan yeoja itu sehingga tubuhnya berbalik menghadap Kyuhyun.

Kyuhyun tertegun melihat wajah gadis itu sudah memucat, sangat berbeda dengan wajahnya tadi.

“Lepaskan. Aku mau pulang,” kata gadis itu seraya menarik tangannya yang dipegang oleh Kyuhyun.

“Biarkan aku mengantarmu,” ujar Kyuhyun mantap.

Mwo ?” Mata gadis itu tampak membulat kaget. Mereka bahkan baru bertemu beberapa menit yang lalu, dan sekarang namja ini berinisiatif untuk mengantarnya pulang. “Ani. Tidak perlu,” tolaknya.

“Mobilku ada di sana,” ujar Kyuhyun seraya menunjuk ke arah mobil putih yang berada di tepi jalan. “Kajja !”

Tanpa ragu dan canggung, Kyuhyun menarik tangan gadis itu agar mengikuti langkahnya ke arah mobil sport yang terparkir tak jauh dari taman. Ia tidak memerdulikan penolakan yang yeoja itu berikan padanya. Bagaimana pun juga ia harus mengantar gadis ini pulang. Ia tampak lelah dan sakit, dan semua itu Kyuhyun anggap karena kesalahannya.


~***~***~***~



“Sudah kubilang kau tidak perlu mengantarku,” ujar Shin Jung, sedikit jengah dengan namja yang sudah menabraknya beberapa menit yang lalu.

“Tidak apa-apa. Aku tidak akan berbuat hal aneh padamu. Aku hanya ingin membantumu,” sahut namja itu sambil terus menjalankan mobil sportnya. “Di mana rumahmu?” tanyanya seraya menoleh pada Shin Jung.

“Turunkan aku di sana. Aku naik taksi saja,” ujar Shin Jung tanpa menjawab pertanyaan Kyuhyun.

“Aku bertanya di mana rumahmu?”

Shin Jung mendecak kesal. Akhirnya ia menyerah dan memberitahukan alamat rumahnya pada Kyuhyun.

“Oh iya, Kyuhyun imnida,” kata Kyuhyun memperkenalkan dirinya seraya menoleh pada Shin Jung sambil terus menyetir. “Namamu?”

Shin Jung menoleh pada Kyuhyun dan melemparkan pandangan aneh. Ia bukan yeoja yang dengan mudahnya memberitahukan namanya pada orang asing. Terlebih lagi dia memberitahu alamat rumahnya pada namja ini.

Ahh… tidak, tidak… Batin Shin Jung menentang, membela keputusannya. Jika kakaknya tidak menyuruhnya untuk segera pulang, dia tidak akan membiarkan namja asing ini tahu alamat rumahnya. Ya, benar. Ia tidak salah sudah memberitahu Kyuhyun di mana alamat rumahnya, karena Shin Jung sendiri pun harus segera pulang.

Agassi ?” Suara Kyuhyun membuat Shin Jung tersentak dan menoleh cepat ke arahnya.

“Maaf, aku tidak suka memberitahu namaku pada orang asing,” kata Shin Jung datar. Kyuhyun dapat menangkap sesuatu yang dingin dari nada bicara gadis ini.

Kyuhyun hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan, mengiyakan ucapan Shin Jung. Tidak ada yang salah dengan sikap gadis itu. Benar apa yang ia katakan, mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu secara tidak sengaja, dan Kyuhyun adalah orang asing bagi Shin Jung.

“Maaf,” ucap Kyuhyun pelan, memecah keheningan yang selama beberapa detik menyelimuti mereka.

Shin Jung menoleh pada namja yang sedang sibuk menyetir di sebelahnya.

Mwo ?”

“Maaf … untuk kameramu yang rusak, dan… karena aku menabrakmu,” ucap Kyuhyun dengan suara yang tidak lebih keras dari sebelumnya.

“Kau tidak sengaja melakukannya,” sahut Shin Jung sambil membuang muka ke arah kanannya.

Kyuhyun menoleh cepat pada gadis yang ada di sebelahnya, menatapnya takjub. Entah pesona apa yang memancar dari gadis itu, hingga membuat Kyuhyun betah untuk menatapnya berlama-lama. Bahkan jika bisa, Kyuhyun akan selalu menatapnya tanpa berkedip.

“Rumahku di sana,” ujar Shin Jung sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah sebuah rumah bercat putih, membuat Kyuhyun tersadar dari lamunannya.

“Di sini?” kata Kyuhyun setelah menghentikan mobilnya tepat di depan rumah yang Shin Jung tunjuk.

Shin Jung hanya mengangguk menanggapi ucapan Kyuhyun. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung keluar dari mobil sport putih itu dan masuk ke dalam halaman rumahnya yang tidak terlalu luas.

Sebelum Shin Jung sempat menggapai gagang pintu, pintu rumahnya sudah terbuka lebar dengan seorang namja yang berdiri di belakang pintu, menatapnya tajam. Shin Jung hanya bisa menundukkan pandangannya, tidak berani menatap kedua bola mata kakaknya yang sedang menatapnya marah.

“Ke mana saja kau, Kim Shin Jung?” tanya kakaknya datar.

“Taman,” jawab Shin Jung singkat.

Mata namja bermata sipit itu bergeser, berpindah pada seorang namja yang berdiri tidak jauh dari posisi adiknya.

“Pulang bersama siapa kau?” tanyanya, lagi-lagi dengan nada datar sambil melemparkan tatapan sinis pada namja itu.

Mwo ?” Shin Jung memutar kepalanya ke belakang. Ia mendapati namja yang menabraknya tadi masih berdiri di belakangnya. Shin Jung sempat terkejut melihat namja yang lebih tinggi darinya itu belum pergi.

“Aah, Kyuhyun imnida,” kata Kyuhyun seraya membungkukkan badannya.

“Aku tidak bertanya siapa namamu.”

“Jong Woon-oppa…” ucap Shin Jung pelan, mengisyaratkan agar kakaknya itu tidak lagi bersikap dingin pada Kyuhyun.

Jong Woon kembali menatap adiknya. “Shin Jung, masuk,” titahnya sambil sedikit menggerakkan kepalanya ke arah dalam rumah.

“Lebih baik kau pulang saja,” kata Shin Jung pada Kyuhyun yang masih berdiri di belakangnya.

“Ngg… Agassi…”

“Lebih baik kau pulang sekarang,” kata Shin Jung lagi dan kali ini terdengar seperti perintah.

Kyuhyun hanya mengangguk pelan, lalu membungkuk hormat pada Jong Woon sebelum ia pergi dengan mobil sport putih. Seperti mantra, Kyuhyun tidak dapat menentang perkataan Shin Jung seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Shin Jung masuk ke dalam rumah, melewati kakaknya yang masih berdiri di ambang pintu, menatap kepergian Kyuhyun.

“Shin Jung, siapa namja itu?” tanya Jong Woon setelah menutup pintu dan berjalan mengikuti langkah adiknya ke ruang tengah.

“Bukan siapa-siapa,” jawab Shin Jung datar sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa.

“Jadi kau pulang dengan orang asing?” tanya Jong Woon dengan nada yang sedikit membentak.

Shin Jung hanya terdiam. Ia tidak bisa menyanggah ucapan kakaknya itu, karena namja yang mengantarnya tadi memang orang asing.

“Sudah berapa kali kubilang jangan dekati orang asing.”

“Kyuhyun,” kata Shin Jung cepat. “Namanya Kyuhyun. Bukankah dia sudah memperkenalkan namanya tadi?”

“Aku tidak menanyakan namanya. Aku bertanya siapa dia. Siapa dia sampai-sampai bisa mengantarmu pulang?”

Shin Jung menghela napas. Ia tahu betul sifat kakaknya yang protektif akan dirinya. Bahkan teman namja-nya saja tidak pernah disambut hangat oleh Jong Woon. Karena itu Shin Jung tidak pernah membawa temannya ke rumah, apalagi mengantarnya pulang.

“Dia temanku,” jawab Shin Jung berbohong.

“Teman?”

Ne, dia temanku. Dia…” Shin Jung memutuskan ucapannya, memikirkan untuk kebohongan selanjutnya. “Dia baru masuk ke klub fotografi,” ucapnya melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus.

Jinjja ?” tanya Jong Woon, menunjukkan sedikit kecurigaan dalam suaranya.

Ne, Oppa.”

Jong Woon duduk di sofa yang berada tepat di hadapan Shin Jung. Ia masih menatap adiknya itu dengan tatapan penuh selidik, seakan belum puas untuk menginterogasinya.

“Kenapa dia bisa mengantarmu pulang?” tanyanya.

“Ngg… Dia…” Shin Jung menghentikan ucapannya saat merasa ada sesuatu yang hangat keluar dari hidungnya.

Ia menyentuh hidungnya dan mendapati ada noda merah di sana. Jong Woon yang menatap adiknya dengan tatapan terkejut, langsung mengambil tissue dan segera menyeka cairan yang terus keluar dari hidung mancung Shin Jung.

“Kau harus istirahat,” kata Jong Woon dengan nada bicara yang melunak dan penuh dengan kekhawatiran. Ia mengambil tissue lagi dan membersihkan noda darah yang masih tersisa di sekitar hidung Shin Jung. Jong Woon menghela napas. “Jadi karena ini dia mengantarmu pulang?” tanya Jong Woon pelan.

Mwo ?”

“Penyakitmu kambuh lagi?”

Shin Jung hanya diam, tidak merespon ucapan kakaknya itu.

Namun tiba-tiba Shin Jung merasa tubuhnya sedikit lebih ringan. Ia melonjak kaget saat tahu tubuhnya sudah berada dalam gendongan kakaknya.

Mwo ? Oppa, apa yang kaulakukan?” tanya Shin Jung kaget.

“Kau harus istirahat, Shin Jung,” kata Jong Woon tanpa menatap Shin Jung. Ia terus melangkahkan kakinya menuju lantai atas, menuju ke kamar Shin Jung.

“Aku bisa jalan sendiri,” kata Shin Jung, mencoba untuk turun dari gendongan Jong Woon.

“Jangan membantahku,” ujar Jong Woon singkat namun tegas. Ia makin mengeratkan pegangannya pada tubuh Shin Jung agar gadis itu tidak bisa turun dari gendongannya.

Oppa…” ucap Shin Jung lagi, merengek agar diturunkan dari gendongan bridal style kakaknya.

“Diam, Dongsaeng !” kata Jong Woon singkat yang tidak direspon apa-apa lagi oleh Shin Jung.


~***~***~***~


Kyuhyun melongokkan kepalanya ke dalam rumah sementara tubuhnya masih berada di luar. Aman, pikirnya. Ia masuk ke dalam rumah dengan tenang dan menutup pintu dengan senyum kemenangan yang tersungging di bibirnya. Tapi senyumnya memudar ketika ia merasa ada yang menjewer sebelah telinganya. Ia menoleh pelan dan langsung menelan ludah saat mengetahui siapa yang sedang menjewer telinganya.

“Dari mana saja, Tuan Cho?” tanya orang itu dengan suara yang dibuat seseram mungkin.

Kyuhyun menunjukkan cengir kudanya sambil mengacungkan dua jari tangannya. “Noo… Noona… Annyeong !” ujarnya, berusaha bersikap sesantai mungkin, tapi gagal.

“Kau ke manakan mobilku, CHO KYU HYUN?!!” teriak Ahra tepat di depan wajah Kyuhyun. “Kau mau merusaknya lagi, hah?!!”

Ahra menguatkan jewerannya pada telinga Kyuhyun sehingga membuat Kyuhyun meringis kesakitan.

“Ya-ya-ya!! Ampun, Noona ! Appeu !” jerit Kyuhyun kesakitan sambil memegangi tangan kakaknya yang menjewer telinganya agar segera melepaskan cengkeramannya.

“Kau akan kubunuh, Cho Kyu Hyun! KUBUNUH!”

Noona ! Ampuni aku! Mobilmu selamat! Mobilmu tidak kurusak kali ini!”

Ahra melepaskan cengkeramannya dari telinga Kyuhyun dan memandangi adiknya itu dengan tatapan menyelidik.

Jeongmal ?” tanyanya dengan nada bicara yang sudah sedikit melunak.

Ne, mobilmu tidak apa-apa,” jawab Kyuhyun sambil memegangi telinganya yang sudah memerah dan sesekali meringis.

“Sekali lagi kau menyentuh mobilku, kau tidak akan selamat, Tuan Cho!” ujar Ahra seraya berbalik dan hendak meninggalkan Kyuhyun. Baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya terhenti. Ia berbalik dan menghampiri adiknya yang masih berdiri di tempatnya tadi.

“Kenapa bajumu?” tanyanya yang merujuk pada noda merah yang ada di baju Kyuhyun bagian dada.

“Heh?” Kyuhyun mengikuti arah pandang kakaknya. Ia menyentuh dadanya yang terdapat noda merah.

“Kyuhyun, kau tidak menabrak orang atau membunuh orang dengan mobilku, kan?” tanya Ahra penuh selidik. “Atau semacam…”

Noona, aku tidak melakukan apa-apa dengan mobilmu,” potong Kyuhyun cepat sebelum Ahra berpikir lebih jauh lagi.

“Lalu, ada apa dengan bajumu?” tanya Ahra. Sebelah tangannya menyentuh dada Kyuhyun. “Ini darah, kan?”

Kyuhyun mengangguk.

“Darah apa?”

“Temanku tadi mimisan,” jawab Kyuhyun.

“Teman? Siapa?”

“Eh? Ngg… namanya…” Kyuhyun menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat nama gadis yang tadi diantar pulang olehnya. Kemudian terlintas sebuah nama di dalam otaknya. “Shin Jung! Namanya Kim Shin Jung,” kata Kyuhyun cepat.

“Shin … Siapa?”

“Kim Shin Jung, Noona.”

“Kim Shin Jung?”

Ne, dia temanku,” kata Kyuhyun seraya berjalan melewati punggung kakaknya.

“Aku tidak ingat kau punya teman bernama Kim Shin Jung,” komentar Ahra sambil mengikuti langkah Kyuhyun ke dapur.

Kyuhyun membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman, lalu meneguknya. “Apa aku harus melapor padamu tentang semua temanku? Tidak kan?” katanya santai. “Noona, apa dadaku sangat keras?” tanyanya pelan.

Ahra tersentak mendengar pertanyaan adiknya. “Yaak! Pertanyaan macam apa itu? Dasar mesum!” ujar Ahra sambil melemparkan tatapan ‘yang-benar-saja?’.

“Aku serius, Noona. Apa dadaku sangat keras sampai-sampai bisa membuat orang terluka?” katanya sambil memukul-mukul pelan dadanya sendiri.

“Apa maksudmu?”

“Temanku mimisan karena wajahnya menabrak dadaku.”

“Astaga, Kyuhyun!” seru Ahra kaget. “Pasti hidungnya sudah patah!”

M-mwo ? Patah?”

“Bagaimana bisa dia menabrak dadamu, heh?” tanya Ahra panik, sama paniknya dengan Kyuhyun.

“Aku tidak sengaja menarik tangannya, dan wajahnya menubruk dadaku,” jelas Kyuhyun dengan sedikit takut-takut.

“Aisshh…” desis Ahra geram. “Kau tidak bisa lembut sedikit pada wanita, ya? Sampai-sampai ada yang terluka karenamu.”

“Aku tidak sengaja, Noona.”

“Mau sengaja atau tidak sengaja, dia tetap terluka karenamu,” kata Ahra seraya meninggalkan Kyuhyun yang masih duduk di meja dapur.

“Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan?” tanya Kyuhyun, meminta jalan keluar.

Ahra berbalik. “Apa lagi? Kau harus minta maaf padanya, Kyuhyun!” jawab Ahra dengan nada bicara yang sedikit meninggi. Lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Kyuhyun.

M-mwo ? Tapi bagaimana caranya?”

“Aiissshh!” Ahra kembali membalikkan tubuhnya dan menatap Kyuhyun dengan geram. “Apa hanya meminta maaf sangat susah bagimu? Apalagi dia itu wanita, Kyuhyun-ah!” ujarnya seraya berjalan keluar dan menutup pintu dapur dengan keras, sehingga membuat Kyuhyun sedikit melonjak kaget.

“Minta maaf? Benar, Noona… Hanya untuk bicara pada yeoja itu saja susahnya setengah mati…” bisik Kyuhyun pada dirinya sendiri.

Lalu ia bangkit dan mengacak-acak rambut cokelatnya dengan kasar. “AARRGGHHH! CHO KYUHYUN, KAU BODOH SEKALI!!!” teriaknya pada dirinya sendiri.


~***~***~***~


Hyung, apa kau tahu Kim Shin Jung?” tanya Kyuhyun pada Sungmin yang sedari tadi sibuk dengan ramyeonnya.

“Kim Shindong?” tanya Sungmin sambil menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya.

“Shin Jung, pabo ! KIM SHIN JUNG!” ujar Kyuhyun marah dengan penekanan pada nama lengkap Shin Jung sambil memukul kepala Sungmin.

Mwo ? Uhuk!!” Sungmin terbatuk-batuk karena tersedak makanan. “Kau mau aku mati, hah?!” tanyanya ketus setelah meminum air putih.

“Aah, jawab saja, Hyung. Kau kenal Kim Shin Jung?” tanya Kyuhyun.

“Siapa Kim Shin Jung? Dia kuliah di jurusan mana?” tanya Sungmin, ia kembali menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya.

Molla.”

Sungmin tersentak dan segera menghentikan aktifitasnya. “Dia kuliah di jurusan apa saja kau tidak tahu, bagaimana kau bisa mencarinya?” kata Sungmin tak habis pikir pada pernyataan Kyuhyun.

“Karena itu aku menanyakannya padamu.”

“Aku tidak tahu,” sahut Sungmin singkat.

“Apa tidak ada petunjuk lain? Kalau kau hanya tahu namanya, akan sangat sulit mencari yeoja bernama Kim Shin Jung itu,” kata Sungmin lagi.

Kyuhyun berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat apapun yang ia ketahui tentang yeoja itu.

“Dia suka memotret,” kata Kyuhyun, mengingat raut wajah sedih yang terlihat dari wajah Shin Jung saat kameranya rusak. Pasti yeoja itu sangat menyukai fotografi, makanya ia sangat sedih saat kameranya tidak bisa dipakai lagi. Sama seperti Kyuhyun saat PSPnya rusak.

“Coba cari di klub fotografi,” kata Sungmin datar.

“Memangnya di kampus ini ada klub yang semacam itu?” tanya Kyuhyun dengan polosnya.

“Tentu saja ada, pabo ! Sudah berapa lama kau kuliah di sini, heh?!” ujar Sungmin geram.

“Fotografi…” bisik Kyuhyun pada dirinya sendiri, tidak menghiraukan perkataan Sungmin. “Hyung, kau kenal salah satu anggota klub itu?”


~***~***~***~


“Kim Shin Jung?”

Kyuhyun mengangguk semangat, mengiyakan ucapan namja yang sedang berdiri di hadapannya.

“Ada apa kau mencari Shin Jung?” tanyanya menyelidik.

“Ada yang ingin kubicarakan dengannya,” jawab Kyuhyun tanpa menghapus senyum simpul dari bibirnya.

“Tidak bisa,” ujar namja itu singkat.

Senyum Kyuhyun langsung menghilang dari bibirnya. “Mwo ? Wae, Kibum-ssi?” tanyanya.

“Dia tidak masuk hari ini. Katanya dia sakit,” jawab namja bernama Kibum itu tanpa mengalihkan pandangannya dari kamera yang ada ditangannya.

“Sakit?”

Ne, dia sakit. Dan aku tidak akan memberitahumu alamat rumahnya.”

“Tidak masalah. Karena aku sudah tahu di mana rumahnya.”

Dengan cepat Kibum menolehkan kepalanya pada Kyuhyun.

M-mwo ? Hei! Tunggu! Kau tidak bisa seenaknya pergi ke rumahnya!” Kibum berteriak pada Kyuhyun yang sudah berlari menjauh. Tapi Kyuhyun tidak mendengarkan teriakan Kibum. Kibum hanya menghela napas. “Anak itu…”


~***~***~***~


Oppa, aku bosan di rumah,” rengek Shin Jung pada kakaknya yang sudah mengenakan jas dan bersiap-siap untuk kembali ke kantor setelah makan siang.

“Kau belum pulih, Shin Jung-ah,” ujar Jong Woon, menolak keinginan adiknya untuk keluar rumah secara halus.

“Aku sudah tidak apa-apa.”

Jong Woon menoleh pada Shin Jung yang sudah duduk di ranjangnya. Lalu ia menghampiri adiknya itu dan duduk di sisi tempat tidurnya, membelai pelan puncak kepala Shin Jung.

“Jangan hari ini.” Jong Woon memeluk Shin Jung dan membenamkan kepala yeoja itu di antara lehernya. “Aku janji, besok kau boleh keluar rumah. Tapi jangan hari ini,” katanya pelan, lalu mengecup puncak kepala adiknya itu sebelum ia beranjak dan keluar dari kamar Shin Jung.

“Aku akan pulang jam delapan, jadi jangan menungguku untuk makan malam,” ujar Jong Woon sebelum ia benar-benar keluar dari kamar bernuansa putih itu.

Ne, Oppa. Jangan khawatirkan aku!” sahut Shin Jung riang saat pintu kamarnya sudah tertutup.

Shin Jung kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Ia memegangi kepalanya yang sudah tidak pusing lagi. Ia teringat alasan akan sikap protektif Jong Woon terhadap dirinya. Menjauhkan Shin Jung dari semua namja yang dianggapnya tidak baik––kecuali Kibum, karena Kibum adalah teman Shin Jung sejak kecil––, melarangnya untuk beraktifitas yang bisa membuatnya lelah, semuanya.

Semuanya karena satu hal, yaitu sesuatu yang telah tumbuh di dalam diri Shin Jung. Sesuatu yang membuat Shin Jung terlihat tak berdaya. Sesuatu… sesuatu yang membuat Shin Jung merasa tidak tahan untuk hidup lebih lama lagi.

Shin Jung tersentak dan langsung menghapus bulir-bulir air mata yang sudah jatuh di pipinya saat mendengar suara ketukan pintu.

“Bibi Oh?” tanyanya memastikan.

Ne, ini saya, Nona,” sahut orang yang mengetuk pintu kamarnya. “Ada teman Nona yang ingin bertemu,” katanya lagi tanpa membuka pintu kamar.

Nugu ?”

“Seorang namja.”

Namja? Aah, mungkin Kibum, pikir Shin Jung.

“Suruh dia tunggu sebentar,” ujar Shin Jung seraya bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sudah setengah basah karena air mata.

“Baik, Nona.”


~***~***~***~


“Silakan tunggu sebentar, Tuan,” kata bibi Oh––pembantu di rumah Shin Jung–– seraya menundukkan kepalanya sebentar lalu pergi meninggalkan Kyuhyun yang masih berdiri di depan kamar Shin Jung.

“Ah, ne, Ahjumma. Kamsahamnida,” sahutnya seraya membungkuk pada bibi Oh.

Sepeninggalan bibi Oh, Kyuhyun terdiam di depan pintu kamar Shin Jung. Ia bingung apa yang harus ia lakukan selama menunggu gadis itu. Kemudian tangan kanannya meraih gagang pintu, mencoba membuka kamar Shin Jung. Jika gadis itu ingin ganti baju, mungkin dia sudah selesai, kan? Ini sudah hampir lima menit! Kyuhyun mengangguk-angguk akan pikirannya sendiri.

CKLEK…

“Ternyata tidak dikunci,” ucap Kyuhyun, berbisik pada dirinya sendiri.

Pandangannya menyapu ke segala penjuru ruangan. Hampir seluruh penjuru ruangan ini berbalut warna putih. Aneh memang, karena Kyuhyun merasa nuansa serba putih seperti ini mengingatkannya pada ruangan di rumah sakit. Tapi kali ini berbeda. Suasana di ruangan ini begitu menyejukkan dan menenangkan dengan warna putihnya yang lembut.

“Astaga, punggungku sakit sekali,” gumamnya sambil memukul-mukul pelan punggungnya yang terasa pegal. Mungkin karena pukulan maut kakaknya yang sempat mendarat di punggungnya sebelum ia pergi kuliah tadi pagi.

Tanpa sadar Kyuhyun sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Shin Jung. Dia kelelahan. Lelah karena mencari Kibum di seluruh penjuru kampus karena kesibukan namja itu. Kibum memang sangat sulit ditemui, mengingat dia menjabat sebagai ketua klub fotografi.

Posisi Kyuhyun berubah menjadi duduk saat ia mendengar suara dari pintu yang ada di sudut kamar ini. Mungkin itu kamar mandi. Lalu terdengar suara air yang mengalir dengan deras, tapi tidak ada suara yang menandakan seseorang sedang beraktifitas di dalam sana.

Perasaan Kyuhyun makin tidak nyaman. Dengan cepat namja itu membuka pintu kamar mandi dengan keras. Matanya membulat lebar saat mendapati siapa yang ada di dalam kamar mandi itu. Shin Jung, tentu saja. Tapi yeoja itu sedang dalam keadaan yang buruk.

“YA! Shin Jung-ah? Shin Jung! Kim Shin Jung!” Kyuhyun mengguncang-guncangkan tubuh Shin Jung yang tergeletak di lantai.

Lantai kamar mandi sudah basah dan sedikit banjir karena air keran yang meluap.

“Shin Jung-ssi, kau kenapa? Hei, ireona !” ujar Kyuhyun panik dengan masih mengguncang tubuh lemah Shin Jung.

Ia menutup keran air dan segera mengangkat tubuh yeoja itu keluar dari kamar mandi.

“Shin Jung-ssi…” panggil Kyuhyun pelan sambil menepuk pelan pipi pucat Shin Jung setelah membaringkan tubuh yeoja itu di atas tempat tidur.

Kyuhyun duduk di sisi ranjang dan matanya mulai meneliti lekuk wajah yeoja yang masih tidak sadarkan diri di depannya. Kyuhyun menghela napas. Dan pada saat itu juga sudut-sudut bibirnya perlahan tertarik hingga senyumnya mengembang. Lagi-lagi ia merasa dirinya jatuh ke dalam pesona gadis ini. Pesonanya tidak bisa ditepis sedikitpun. Seperti mantra, hingga membuat Kyuhyun tidak bisa mengedipkan matanya ketika menatap yeoja ini.

Kyuhyun tersentak ketika menyadari kelopak mata Shin Jung terangkat hingga kedua matanya terbuka.

“Kau sudah bangun? Masih… pusing?” tanya Kyuhyun sedikit ragu. Tapi kebanyakan orang pingsan kepalanya pasti pusing, iya kan?

Shin Jung mengerang sedikit, lalu menggosok sebelah matanya dengan jemarinya. Ia menatap Kyuhyun lama, mencoba memfokuskan penglihatannya.

“Masih ingat aku?” tanya Kyuhyun riang.

Mata Shin Jung membesar saat menyadari siapa yang ada di depannya. Tidak seperti pemikirannya tadi, namja di depannya ini bukan Kibum. Melainkan…

“YA! Siapa kau?! Kenapa kau bisa ada di kamarku!?” tanyanya dengan setengah berteriak.

Kyuhyun mengerutkan alisnya. Ia tampak berpikir sebentar, sampai akhirnya namja ini dengan polosnya bertanya, “Shin Jung-ssi, apa benturannya sangat keras? Apa kau … terkena amnesia?”

 

-To be continued-




Aaaaa! Akhirnya selesai juga FF yang ini.
Ini ceritanya FF berdasarkan request temen saya di FB, jadi saya juga ngepost FF ini di FB saya :D
Maaf ya kalo banyak typo yang bertebaran =___=v
Abisnya lagi sibuk buat daftar SMA *ehem* jadi nggak sempet buat editing hehe
Leave comment please ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar