Senin, 09 Juli 2012

Rainbow Behind The Clouds [Part 2]






Title   : Rainbow Behind The Clouds
     -Part 2

Author         : Ifa Raneza

Cast   :
~   Cho Kyu Hyun
~   Kim Shin Jung
~   Kim Jong Woon (Yesung)




** ** ** **


“YA! Siapa kau?! Kenapa kau bisa ada di kamarku!?” tanya Shin Jung setengah berteriak.

Kyuhyun mengerutkan alisnya. “Shin Jung-ssi, apa benturannya sangat keras? Apa kau … terkena amnesia?” tanyanya polos.

Shin Jung terdiam sebentar sambil mengamati wajah Kyuhyun.

“Aaah… Aku ingat sekarang!” ujar Shin Jung, membuat wajah Kyuhyun kembali cerah. “Kenapa kau bisa ada di kamarku?” tanya Shin Jung dengan tidak melembutkan nada bicaranya sedikit pun.

“Tadi kau pingsan,” jawab Kyuhyun sambil menarik ujung-ujung bibirnya. “Ah! Aku hampir lupa! Sebentar,” katanya lagi seraya beranjak dan keluar dari kamar Shin Jung.


~***~***~***~


“Kyuhyun-ssi, lebih baik kau pulang sekarang,” ujar Shin Jung tanpa menyisipkan sedikitpun nada bicara mengusir, walaupun kalimatnya terkesan seperti mengusir.

Kyuhyun mengabaikan kesan mengusir dari kalimat yang Shin Jung lontarkan padanya. Ia sama sekali tidak menangkap nada bicara yang mengusir dari suara yeoja itu. Suaranya terlalu lembut untuk dikatakan sebagai ‘mengusir’.

“Kenapa? Aku bahkan belum satu jam di sini,” kata Kyuhyun seraya menyodorkan milk tea yang bibi Oh bawakan tadi.

Shin Jung mengambil cangkir yang Kyuhyun berikan padanya dan menyesap isinya sedikit. “Bisa gawat kalau Jong Woon-oppa bertemu denganmu di sini,” ujarnya pelan.

Wae ? Kenapa dia tidak menyukaiku? Padahal kami belum saling mengenal.”

Shin Jung menggeleng pelan, lalu meletakkan cangkir yang ia pegang di atas meja kecil di samping tempat tidurnya.

“Dia tidak suka ada namja yang dekat denganku,” jawabnya halus. “Kecuali Kibum,” lanjutnya.

Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa ada ketidakadilan di sini. Kenapa Kibum boleh dekat dengan Shin Jung, sedangkan dirinya tidak?

“Kenapa?” tanyanya.

“Dia takut terjadi apa-apa padaku. Dia menganggap semua namja yang mendekatiku bukan namja yang baik,” jawab Shin Jung.

“Lalu Kibum?”

“Kibum temanku sejak kecil.”

Kyuhyun ber-oh panjang sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

“Dulu, saat aku masih duduk di bangku SMA, ada satu namja yang mendekatiku. Tapi ternyata dia playboy dan selalu bersikap kasar padaku setelah kami pacaran,” jelas Shin Jung. “Makanya Jong Woon-oppa tidak suka ada namja yang mendekatiku.”

“Semacam overprotektif begitu, ya?” tanya Kyuhyun yang hanya ditanggapi Shin Jung dengan anggukan. Sekarang Kyuhyun mengerti kenapa Kibum tidak ingin memberitahu alamat rumah gadis ini padanya.

“Kenapa kau datang ke sini?” tanya Shin Jung, langsung ke intinya.

“Aku mau minta maaf,” jawab Kyuhyun pelan. “Aku mohon, maafkan aku.”

Shin Jung tersenyum kecil, membuat Kyuhyun yang melihatnya merasakan detak jantungnya sudah berhenti.

“Harus berapa kali kukatakan? Kau tidak salah, Kyuhyun-ssi. Itu semua terjadi secara tidak sengaja,” kata Shin Jung, mencoba melenyapkan rasa bersalah yang sepertinya menghantui pikiran Kyuhyun.

“Tapi semua itu karenaku,” sanggah Kyuhyun. “Oh, iya. Hidungmu… tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.

“Memangnya hidungku kenapa?” Shin Jung balik bertanya dengan tampang bingung.

“Hidungmu tidak patah?”

“Pa… patah?”

“Kemarin hidungmu berdarah karena wajahmu menabrak dadaku, kan? Hidungmu tidak apa-
apa?”

Shin Jung menggeleng cepat. Tidak, tidak… Kyuhyun tidak boleh salah sangka.

“Bukan. Aku mimisan karena …” ucapan Shin Jung terputus. Ia tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya. Tidak, ia tidak boleh mengatakannya.

“Karena?”

“Aku kelelahan saja,” jawab Shin Jung cepat sambil menyunggingkan senyum di bibirnya. “Kau bisa bernapas lega sekarang, Kyuhyun-ssi,” guraunya.

“Shin Jung-ssi, aku  bisa menjadi temanmu?” tanya Kyuhyun, membuat Shin Jung terdiam. “Sepertinya kau orang yang menarik. Aku bisa jadi temanmu?” katanya lagi.

Geunde…”

“Aku tidak peduli soal Jong Woon-hyung. Yang penting bagiku itu kau, karena aku ingin berteman denganmu,” ujar Kyuhyun lagi.

Shin Jung menggerakkan bola matanya, menatap Kyuhyun.

Shin Jung tampak berpikir. Mereka baru bertemu kemarin, dan itu pun secara tidak sengaja. Dalam waktu sesingkat ini Shin Jung tidak bisa langsung menyimpulkan kalau Kyuhyun adalah orang baik.

Tapi… Apa lagi yang Shin Jung ragukan? Kalau Kyuhyun bukan orang baik-baik, tidak mungkin namja itu terus mengikutinya untuk meminta maaf berkali-kali. Dan lagi, jika Kyuhyun bukan namja yang baik, seharusnya dia sudah melakukan hal aneh pada Shin Jung saat ia pingsan tadi, bukan?

Shin Jung menghela napas, mencoba memantapkan hatinya untuk menerima namja ini dalam kehidupannya. Toh hanya sekedar teman, kan?

Jeongmal ?”

Kyuhyun mengangguk mantap. “Aku tidak akan main-main dengan kata-kataku. Jadi… sekarang kita berteman?” katanya lagi, menunggu jawaban Shin Jung.

Senyum Shin Jung kembali merekah, dan lagi-lagi berhasil membuat jantung Kyuhyun berdebar-debar dengan sangat keras.

“Panggil aku Shin Jung saja,” kata Shin Jung sambil menepuk lengan Kyuhyun pelan.

“Ah, ne ?”

“Santai saja, Chingu. Kalau kau mau jadi temanku, berarti kau sudah siap menghadapi Jong Woon-oppa, ne ?” tanya Shin Jung tanpa menghapus senyum yang sedari tadi menghiasi bibir kecilnya.

Ne,” jawab Kyuhyun mantap. “Eh, Shin Jung-ssi… Ah, maksudku Shin Jung-ah, kau bosan?” tanyanya antusias.

“Heh?”

“Tolong ajari aku fotografi.”

“Tapi kameraku rusak.”

“Aku bawa kamera.”


~***~***~***~


“Bibi Oh, Shin Jung sudah makan malam?” tanya Jong Woon pada bibi Oh yang menyambut kepulangannya di depan pintu.

“Sudah, Tuan,” jawab bibi Oh seraya membawakan tas kerja Jong Woon.

Jong Woon melonggarkan dasinya seraya melangkah ke lantai atas, menuju kamar Shin Jung. Sesampainya di depan kamar Shin Jung, Jong Woon mengetuk pintu kamarnya. Tapi aneh, tidak ada sahutan maupun respon dari dalam.

Apa dia sudah tidur?

Akhirnya Jong Woon memilih untuk membuka pintu kamar Shin Jung, mengecek keadaan adiknya.

“Shin Jung-ah, kau sudah tid––”

Kalimat Jong Woon terputus saat pintu kamar itu terbuka lebar. Matanya yang kecil membulat lebar saat melihat apa yang ada di depannya. Tampak seorang namja tidur di sisi ranjang Shin Jung dengan posisi terduduk di kursi yang ada di samping tempat tidur. Shin Jung yang tertidur di atas ranjangnya, meletakkan sebelah tangannya di atas kepala namja itu.

Jong Woon berjalan menghampiri adiknya yang sudah tertidur pulas. Perlahan tangannya mengangkat tangan Shin Jung yang menyentuh puncak kepala namja yang ada di sampingnya, dan meletakkannya di atas perut Shin Jung.

Perlahan jemari Jong Woon menyibak poni yang menutupi sebagian wajah namja yang tertidur dengan posisi duduk itu.

Namja ini…” desis Jong Woon geram. Rahangnya sudah mengeras, menahan amarah.

Ia tidak suka melihat namja ini berada di kamar adiknya, apalagi tidur bersama Shin Jung seperti sekarang ini. Tapi ia juga tidak mungkin membangunkan namja ini, ia tidak mau tidur adik satu-satunya itu terganggu.

Jong Woon menghela napas, mencoba meredam emosinya. Baiklah, ia akan tunggu sampai besok pagi dan menyuruh kedua orang yang sedang tertidur itu menjelaskan semuanya. Jong Woon beranjak dari tempatnya, melangkah keluar kamar.

Saat pintu kamar itu tertutup, Jong Woon merasakan sesuatu yang sedari tadi ia anggap janggal. Sesuatu langsung terlintas di otaknya.

Apa mereka berdua benar-benar hanya sekedar berteman?


~***~***~***~


“Eunggh…” Kyuhyun sedikit mengerang dan membuka matanya. Ia terlonjak kaget saat mengetahui seprai yang menyelimuti tempat tidur di hadapannya sangat berbeda dengan tempat tidurnya.

Ia mengangkat kepalanya dengan cepat, dan rasa pegal pun langsung menyerang punggung serta sekitar lehernya. Tidur dalam posisi duduk bukanlah pilihan yang bagus. Ia menoleh pada Shin Jung yang masih tertidur. Lagi-lagi ia merasa dirinya tenggelam dalam pesona gadis itu.

Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, menyadarkan dirinya dari lamunan. Ia melihat jam yang tergantung di dinding kamar, sudah jam tujuh pagi. Untunglah hari ini hari libur, jadi ia tidak perlu khawatir akan terlambat kuliah.

Tiba-tiba Kyuhyun teringat akan satu hal. Jong Woon! Pasti namja itu sudah pulang sejak tadi malam dan melihat mereka yang tidur di kamar yang sama. Walaupun mereka tidak melakukan hal-hal aneh, tapi rasa bimbang terus menyerang batin Kyuhyun. Apalagi mengingat Jong Woon tidak menyukai namja yang mendekati dongsaeng-nya.

“Shin… Shin Jung…” panggil Kyuhyun sambil mengguncang pelan bahu Shin Jung. “Shin Jung-ah, ireona,” katanya lagi, masih mencoba membangunkan gadis itu.

Akhirnya usaha Kyuhyun membuahkan hasil. Beberapa detik kemudian terdengar suara erangan dari bibir Shin Jung. Setelah kedua matanya terbuka lebar, gadis itu menatap Kyuhyun heran.

“Kyuhyun-ah… Kau…” Shin Jung memerhatikan Kyuhyun dari ujung kepala sampai ujung kaki. Namja itu masih berpenampilan seperti kemarin. Hanya saja rambutnya sedikit acak-acakan. “Kau tidur di sini?” tanyanya.

Ne,” jawab Kyuhyun sambil menganggukan kepalanya. “Sepertinya kemarin kita ketiduran,” jelasnya lagi.

Shin Jung berjalan ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Saat hendak mengambil handuk untuk mengeringkan wajahnya, ia tersentak dan langsung berlari keluar kamar mandi, menghampiri Kyuhyun.

“Jong Woon-oppa !” seru Shin Jung saat teringat akan satu hal.

Kyuhyun mengangguk lemah. Ia tahu hal yang ia takutkan pasti juga Shin Jung rasakan.

“Sepertinya dia sudah pulang,” kata Shin Jung pelan.

“Aku akan mati,” gumam Kyuhyun yang tidak terdengar oleh Shin Jung.


~***~***~***~


“Selamat pagi, Dongsaeng,” sapa Jong Woon saat Shin Jung menuruni tangga bersama Kyuhyun di belakangnya.

Mereka berjalan canggung ke arah Jong Woon yang sudah duduk di ruang tengah, menyambut kehadiran mereka. Mereka berdua menampakkan guratan takut di wajah mereka masing-masing, menyadari ada sesuatu yang janggal dalam suara Jong Woon.

Jong Woon memang tersenyum dan menyapa mereka ramah, tapi guratan marah pada wajahnya tidak bisa ditutupi.

“Bisa kalian jelaskan padaku sekarang?” tanya Jong Woon datar saat Shin Jung dan Kyuhyun sudah duduk di hadapannya.

“Eh?”

“Kalian tidur bersama tadi malam. Kalian bisa menjelaskan itu padaku?” kata Jong Woon, memperinci ucapannya. “Saeng ? Kenapa diam? Ayo jawab,” kata Jong Woon lagi sambil tersenyum kecil. Suaranya terdengar manis pada adiknya, tapi juga terdengar penuh amarah dan mendesak Shin Jung untuk segera menjawab.

“Ngg… itu… Itu kami––”

“Aku tidak bertanya padamu!” bentak Jong Woon, memotong ucapan Kyuhyun.

Baik Kyuhyun maupun Shin Jung melonjak kaget mendengar suara Jong Woon. Mereka sama-sama tidak berani menatap mata Jong Woon yang penuh dengan amarah.

“Jelaskan padaku,” kata Jong Woon saat pandangannya kembali beralih pada Shin Jung.

“Kami tidak sengaja tertidur, Oppa,” ujar Shin Jung, menjawab pertanyaan kakaknya.

“Kenapa kalian bisa berada di satu ruangan yang sama sampai malam?”

“Kyuhyun datang menjengukku,” jawab Shin Jung, sama datarnya dengan nada bicara Jong Woon. Saat itu juga Kyuhyun merasakan kemiripan di antara mereka berdua. “Apa itu salah?” tanya Shin Jung sambil mengangkat kepalanya, menatap Jong Woon, berbeda dengan Kyuhyun yang sama sekali tidak berani menatap namja itu.

Jong Woon diam, ia memerhatikan Kyuhyun. Kyuhyun merasa keringat dingin sudah menuruni dahinya. Tatapan Jong Woon kali ini sangat dingin, lebih dingin dari tatapan mematikan yang biasa Ahra lemparkan padanya.

Tatapan Jong Woon kembali beralih pada adiknya. “Kau tidak pernah membawa teman namja-mu ke rumah, kecuali Kibum,” kata Jong Woon. “Kau tahu benar aku tidak suka melihatmu dekat-dekat dengan seorang namja,” lanjutnya sambil menatap Kyuhyun sekilas.

“Dia temanku, Oppa,” sahut Shin Jung singkat.

“Aku tahu itu. Dan itu bukan jawaban yang kuinginkan saat ini,” ujar Jong Woon.

“Kalau aku membawanya kemari, berarti bisa kusimpulkan posisinya sama seperti Kibum. Hubungan kami sama dekatnya dengan hubunganku dan Kibum. Bukankah begitu?”

Jong Woon hanya terdiam memandangi dua orang yang sedang duduk di hadapannya. Kali ini saeng-nya lah yang menang. Ia tidak bisa menyanggah ucapan Shin Jung.

“Lain kali aku tidak mau melihat pemandangan seperti tadi malam. Bagaimana pun juga namja dan yeoja berada di dalam satu ruangan bukanlah hal yang baik,” ujarnya datar seraya beranjak dari sofa dan berjalan ke arah dapur.

“Oh, satu lagi.” Jong Woon membalikkan tubuhnya dan menatap Kyuhyun masih dengan tatapan dingin. “Kau, cepatlah pulang. Aku tidak mau keluargamu berpikir yang aneh-aneh kalau kau belum pulang,” katanya sebelum kembali berbalik dan masuk ke dalam dapur, meninggalkan Kyuhyun dan Shin Jung yang masih terduduk.

“Tunggu apa lagi?” tanya Shin Jung, membuat Kyuhyun menoleh cepat padanya. “Pulanglah, jangan sampai keluargamu mencemaskanmu,” lanjutnya.

Kyuhyun beranjak dan berjalan keluar dari rumah Shin Jung setelah berpamitan pada gadis itu. Ia masuk ke dalam mobilnya––ya, kali ini Kyuhyun tidak meminjam mobil noona-nya lagi. Sebelum menginjak gas, sekali lagi Kyuhyun menoleh ke arah pintu rumah Shin Jung. Pintunya sudah tertutup rapat sekarang.

Kyuhyun menyadari satu hal lagi, Shin Jung dan Jong Woon sama-sama memiliki nada bicara yang dingin––nada bicara yang membuat Kyuhyun tidak berani untuk membantahnya. Itu salah satu kemiripan mereka.

Merasa sudah puas memandangi pintu rumah Shin Jung, Kyuhyun memasang seat belt-nya dan menginjak gas, menjalankan mobilnya menjauh dari rumah gadis itu.


~***~***~***~


“YA! Cho Kyu Hyun, dari mana saja kau?!” seru nyonya Cho saat melihat anak bungsunya baru saja menutup pintu depan rumah mereka.

“Tidak dari mana-mana, Omma,” jawab Kyuhyun datar. Ia malas untuk menjelaskan semuanya sekarang.

“Yaak!” Nyonya Cho beranjak dari tempatnya duduk, melempar majalah yang tadi ia baca ke atas meja, dan menghampiri Kyuhyun yang sedang berjalan menuju kamarnya.

“Semalaman kau tidak pulang, tidur di mana kau?” tanya nyonya Cho, menuntut jawaban yang bisa memuaskan hatinya.

“Di rumah temanku,” jawab Kyuhyun seraya membuka pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia tidak memerdulikan ibunya yang masih ingin menginterogasinya di ambang pintu.

Nugu ?”

“Heh?”

“Temanmu yang mana? Sungmin? Eunhyuk?” tanya nyonya Cho menyelidik.

“Salah satu dari mereka,” jawab Kyuhyun asal, sementara kedua matanya sudah terpejam.

Nyonya Cho mengerucutkan bibirnya, tidak puas dengan jawaban anaknya yang asal-asalan dan membingungkan.

“Aku lelah, Omma…” ucap Kyuhyun lemah.

Tanpa banyak bertanya dan berkata-kata lagi, nyonya Cho langsung keluar dari kamar Kyuhyun dan menutup pintunya.

Merasa pintu kamarnya sudah tertutup, Kyuhyun memicingkan matanya. Tidak ada siapa-siapa lagi di dalam kamarnya selain dirinya sendiri. Ia mengubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang.

“Haah… Kim Shin Jung,” katanya menerawang sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Apa sepertinya aku mulai menyukai gadis itu?”


~***~***~***~


-3 days later-


“Shin Jung-ah!”

Merasa namanya dipanggil, gadis itu menolehkan kepalanya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati siapa yang memanggil namanya tadi. Tapi beberapa detik kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam. Mencoba menyingkirkan pemandangan yang ia anggap sebagai ilusi.

Shin Jung menghela napas, seolah meyakinkan dirinya untuk kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

“Yak! Shin Jung-ah! Tunggu!”

Lagi-lagi suara itu terdengar di telinga Shin Jung.

Tanpa mengurangi rasa ingin tahu, Shin Jung berbalik dan mendapati namja itu sudah berdiri dalam jarak tiga langkah di depannya.

Annyeong !” sapa namja itu dengan napas yang sedikit tersengal. Namun guratan wajahnya menampakkan kepuasan karena sudah berhasil menemukan orang yang ia cari.

Shin Jung memerhatikan namja berambut kecokelatan itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada yang aneh, tapi…

“Kenapa kau bisa di sini? Eh, maksudku… Ini…” tanya Shin Jung bingung sambil menunjukkan jari telunjuknya pada kamera yang ada di tangan kiri namja itu.

“Lihat!” Shin Jung memerhatikan benda yang namja itu tunjukkan padanya, kartu anggota.

“Yaak, kau… Kenapa bisa…?” ucap Shin Jung terputus-putus saat pandangannya beralih pada wajah namja itu.

Namja itu tampak tersenyum puas. “Aku anggota klub fotografi sekarang, sama sepertimu,” katanya yang membuat Shin Jung semakin terkejut.

Mwo ?”

“Jadi, kau bisa mengajariku lagi, kan? Maklum, aku masih pemula. Hehe…”

Namja itu tampak menggamit lengan Shin Jung, saat gadis itu menyela dan menahan langkahnya.

“Eh, aku tidak bisa hunting foto hari ini,” ujarnya, membuat langkah namja itu ikut terhenti.

Mwo ? Wae ?” tanyanya polos.

“Aku tidak boleh kelelahan,” jawab Shin Jung dengan kepala tertunduk. “Mian,” ucapnya pelan.

Namja itu terdiam sebentar, tampak sedang berpikir.

Gwaenchana, kalau hanya menemaniku bisa, kan? Ini tidak akan membuatmu lelah, aku janji,” ujarnya sambil tersenyum lebar.

“Ng? Mungkin bisa,” sahut Shin Jung ragu.

“Bagus! Kajja !”

Tangan namja itu kembali menggamit lengan Shin Jung dan menariknya ke arah lapangan parkir.


~***~***~***~


“Bagaimana? Tidak lelah, kan?” tanya Kyuhyun memastikan sambil tersenyum.

Yeoja di depannya itu mengangguk. “Ini sama sekali tidak melelahkan,” jawabnya. “Gomawo.”

Sekali lagi Kyuhyun merasa tenggelam dalam pesona gadis itu saat melihat senyumnya mengembang.

Aiish, kau ini! Harusnya aku yang berterima kasih karena kau sudah mau mengajariku memotret,” ujar Kyuhyun sambil mengibas-kibaskan sebelah tangannya.

Yeoja itu hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Kyuhyun.

Mereka hanya duduk di bangku kayu yang berada di pinggir danau. Hal itu sama sekali tidak melelahkan seperti yang biasa Shin Jung lakukan selama ini; berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan hasil foto yang baik.

“Kim Seonsaengnim, bagaimana hasil fotoku?” tanya Kyuhyun dengan mimik wajah tak berdosa.

“Oh, itu sud–– eh? Kau bilang apa? Kim seonsaengnim ?” tanya Shin Jung bingung.

Ne, Seonsaengnim. Bagaimana?”

Shin Jung terkekeh geli mendengar panggilan baru yang Kyuhyun berikan untuknya.

“Panggil namaku saja,” kata Shin Jung seraya mengambil kamera yang sedang Kyuhyun pegang, mengamati hasil foto yang Kyuhyun ambil tadi.

Kyuhyun tidak memberikan respon apapun. Ia hanya mengamati wajah Shin Jung dari samping, memerhatikan lekuk wajahnya yang nyaris sempurna. Tanpa sadar sudut-sudut bibir namja itu sudah tertarik hingga membentuk seulas senyuman. Ia mengagumi gadis yang sedang duduk di sebelahnya itu.

“Hasilnya sudah lumayan. Kemajuan yang bagus, Kyuhyun-ah,” ujar Shin Jung seraya menyerahkan kamera pada Kyuhyun.

“Eh, jinjjayo ?”

Ne.” Shin Jung mengangguk.

“Aaah, ternyata aku berbakat juga,” ujar Kyuhyun sambil tersenyum puas. “Kau mau ke mana lagi? Aku akan menemanimu, sebagai bayaran karena sudah mengajariku memotret,” katanya lagi setelah memasukkan kameranya ke dalam tas.

Shin Jung menggeleng.

Aniya,” jawabnya singkat.

Ani ?”

“Aku harus pulang sekarang.”

“Eh? Secepat ini?” tanya Kyuhyun tak rela seraya ikut beranjak saat gadis itu beranjak dari bangku.

“Aku ada urusan penting,” jawabnya tanpa mengurangi senyum yang tersungging di bibirnya.

“Aku akan mengantarmu,” kata Kyuhyun cepat, seakan tidak mau menyia-nyiakan waktu bersama gadis ini.

Lagi-lagi Shin Jung menggeleng.

“Tidak usah. Aku pulang naik taksi saja,” tolaknya halus.

“Tapi––”

Aniya, Kyu,” potong Shin Jung sebelum namja itu sempat menyelesaikan kalimatnya. “Aku tidak mau kau berakhir mengenaskan kalau Jong Woon-oppa melihat kita pergi bersama,” ujarnya dengan nada setengah bergurau.

Kyuhyun hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum miris. Ia sadar kakak gadis ini tidak menyukai kehadirannya.

“Aku pergi dulu. Annyeong !” pamitnya, lalu melangkah menjauh dari tempat di mana ia berdiri tadi.

Semakin jauh… jauh… Dan akhirnya menghilang di dari pandangan Kyuhyun.

Kyuhyun menghela napas dan tidak dapat menahan senyumnya untuk mengembang. Gadis itu––Kim Shin Jung––adalah sihir untuknya.


~***~***~***~


“Apa kata dokter?” tanya Jong Woon saat melihat Shin Jung memasuki ruang tengah rumah mereka.

Shin Jung mengendikkan bahunya. “Ada sedikit perkembangan, tapi tidak terlalu baik dari minggu lalu,” jawabnya dengan nada malas.

“Oh? Jinjjayo ?”

Jong Woon meraih amplop putih yang disodorkan adiknya dan mulai membaca isinya.

“Ini bagus,” kata Jong Woon sambil menunjukkan senyumnya.

Shin Jung hanya tertawa miris mendengar ucapan kakaknya.

“Kau sudah siap melakukannya?”

Shin Jung mengangkat kepalanya, membalas tatapan Jong Woon yang mulai memandangnya serius.

Mollayo…”

“Kalau kau belum siap, tidak apa-apa.”

“Benar, toh masih ada waktu beberapa tahun lagi. Iya kan?”

Jong Woon hanya menghela napas berat mendengar ucapan Shin Jung. Lagi-lagi adiknya itu menunjukkan sisi lemahnya, keputusasaan.

“Lebih cepat lebih baik, Jung.”

“Aku belum ingin melakukannya.”

Jong Woon mengelus puncak kepala dongsaeng-nya itu dan mengecupnya singkat.

“Tapi berjanjilah padaku, kau akan melakukannya suatu saat nanti.”


~***~***~***~


“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?”

“Aku tidak tahu… Bagiku semua yang terjadi  dalam kehidupan manusia karena takdir yang Tuhan tetapkan.”

“Kalau begitu, berarti aku ditakdirkan untuk bertemu denganmu.”

“Mwo? Wae?”

“Karena sepertinya aku terjatuh terlalu dalam di dalam pesonamu...”



“Malam ini ada pertemuan bisnis, kau mau ikut?” tanya Jong Woon yang sudah mengenakan pakaian resmi.

“Semacam… pesta?”

Jong Woon mengangguk. “Ne, kau mau ikut? Di rumah tidak ada orang. Bibi Oh sedang pergi ke rumah kerabatnya sampai besok pagi.”

Shin Jung menghela napas, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.

“Aku tidak punya pilihan lain, kan?”

** ** **

“Ah, Tuan Kim. Kau sudah datang?” sapa seorang pria paruh baya yang juga mengenakan pakaian formal, sama seperti Jong Woon.

Ne, senang bertemu Anda, Tuan Cho,” kata Jong Woon sopan seraya membungkuk hormat.

“Ah, siapa yeoja manis ini?” tanya seorang wanita di sebelah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah istrinya. “Apa ini yeojachingu-mu?” tanyanya lagi, hampir membuat tawa Jong Woon meledak.

“Bukan, Nyonya Cho. Ini dongsaeng-ku,” jawab Jong Woon, walaupun tidak berhasil menahan senyumnya.

“Eh, adikmu?”

“Kim Shin Jung imnida,” ujar yeoja yang berada di sebelah Jong Woon itu sambil membungkukkan badannya hormat.

“Ah, aku juga punya anak yang seumuran denganmu. Ke mana anak itu, ya?” kata Tuan Cho seraya melemparkan tatapan penuh tanda tanya pada istrinya.

“Eh? Ah, dia menghilang lagi. Dasar anak itu,” ujar nyonya Cho sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencari-cari sosok putranya.

“Anak itu memang sering menghilang kalau diajak ke pesta seperti ini,” kata tuan Cho sambil menyunggingkan senyumnya pada Jong Woon dan Shin Jung, menutupi ketidaknyamanan yang ia rasakan.

“Apa yang Anda maksud itu Cho Ahra?” tanya Jong Woon sopan.

“Ah, bukan. Usia Ahra lebih tua daripada Shin Jung. Yang kubawa ke sini anak bungsuku. Dia pasti sedang bermain PSP di suatu tempat,” jawab tuan Cho tanpa menghapus sedikitpun senyumannya. “Yeobo, di mana anak itu?” tanya tuan Cho gusar.

“Aku tidak tahu, Yeobo. Kau tahu kan bagaimana kalau dia sudah bermain PSP?” ujar Nyonya Cho, sama gusarnya dengan suaminya itu.

Namja ?” tanya Shin Jung.

Ne, namja.”

“Nah, itu dia! Yaak! Cho Kyu Hyun, kemari kau!” seru nyonya Cho saat menemukan sosok yang dicarinya sejak tadi.

Jong Woon dan Shin Jung menoleh ke arah pandang nyonya Cho. Selama beberapa detik kakak-adik itu tertegun melihat sosok yang berjalan menghampiri mereka dan akhirnya berdiri di hadapan mereka.

“Ah, Shin Jung-ah! Kau datang juga ke sini?” ujar Kyuhyun senang saat melihat sosok Shin Jung sedang berdiri di hadapannya.

“Eh… Mmm… Ne,” jawab Shin Jung sambil mengangguk pelan.

“Kau pergi bersama Jong Woon-hyung kemari?” tanyanya sembari melemparkan pandangan pada Jong Woon.

Sementara Kyuhyun bersikap ramah pada Jong Woon, namja bermata sipit itu hanya memasang wajah datar. Ia menunjukkan ketidaksukaannya pada Kyuhyun.

“Kim Jong Woon rekan kerja Appa,” ujar tuan Cho.

“Oh?” Kyuhyun memerhatikan Jong Woon sebentar, lalu seulas senyum ramah mengembang di bibirnya.

Berhenti bersikap sok akrab padaku, batin Jong Woon geram.

“Jadi kau pebisnis juga, Hyung ?” tanya Kyuhyun, lagi-lagi bersikap seolah-olah mereka sudah sangat akrab.

Jong Woon menguatkan hatinya untuk menghadapi namja di depannya itu. “Ne,” jawabnya singkat dan datar.

Kyuhyun diam. Ia sendiri bingung apa yang harus ditanyakannya lagi agar bisa lebih lama berdiri di dekat Shin Jung. Tiba-tiba satu ide terlintas di otaknya.

“Hei, bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini? Aku bosan berada di pesta ini,” ajak Kyuhyun seraya menggamit tangan Shin Jung.

Jong Woon memandangi tangan adiknya yang disentuh namja itu. Dengan sabar ia menahan emosi melihat adiknya disentuh namja yang sangat tidak disukainya itu.

“Tapi…”

“Ah, ide bagus!” celetuk nyonya Cho.

Jong Woon menoleh cepat pada wanita paruh baya itu.

“Bagaimana kalau kita bergabung dengan yang lain? Kau juga, Tuan Kim,” ujar nyonya Cho seraya menarik pelan tangan Jong Woon, membawanya ke sudut ruangan yang lain, tempat rekan-rekannya yang lain sedang asyik mengobrol.

Dengan perasaan tidak rela, Jong Woon memaksakan kedua kakinya untuk melangkah meninggalkan adik kesayangannya bersama namja yang tidak ia sukai, Cho Kyu Hyun.

“Kita juga harus bersenang-senang di sini. Kajja !” ujar Kyuhyun seraya menarik pelan tangan Shin Jung agar gadis itu mengikuti langkahnya.


** ** **

“Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini,” kata Kyuhyun sambil mengamati Shin Jung yang duduk di sebelahnya dengan tatapan kagum.

“Sudah berapa kali kau mengatakan itu, Kyuhyun-ah?” tanya Shin Jung dengan sedikit terkekeh.

“Aku tidak tahu Jong Woon-hyung itu pebisnis,” katanya lagi, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Mmm…” Shin Jung bergumam mengiyakan ucapan Kyuhyun. “Jong Woon-oppa meneruskan perusahaan keluarga,” sahutnya.

“Eh?”

“Orang tua kami sudah meninggal,” ujar Shin Jung tanpa menghapus senyumnya.

M-mian…” sesal Kyuhyun dengan kepala tertunduk.

Gwaenchana. Itu sudah lama sekali.”

Mereka sama-sama terdiam, memandangi langit malam yang penuh dengan bintang. Entah sejak kapan, Kyuhyun merasa ada rasa dari dalam dirinya yang mendorongnya untuk menempelkan kepalanya di atas pundak gadis itu. Dan anehnya tidak ada perasaan yang mencegahnya untuk melakukan itu.

Shin Jung terlonjak kaget saat kepala Kyuhyun menyentuh pundaknya.

“Eh, maaf,” kata Kyuhyun saat menarik kepalanya kembali.

Setelah beberapa detik terdiam untuk menghilangkan rasa canggungnya, Kyuhyun mulai bersuara.

“Shin Jung,” panggil Kyuhyun, membuat Shin Jung menoleh padanya.

“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?” tanyanya.

Shin Jung menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti dengan apa yang baru saja Kyuhyun katakan. “Aku tidak tahu… Bagiku semua yang terjadi  dalam kehidupan manusia karena takdir yang Tuhan tetapkan,” jawabnya pelan.

“Kalau begitu, berarti aku ditakdirkan untuk bertemu denganmu.”

Mwo ? Wae ?

“Karena sepertinya …”


 
-To be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar