Title : Rainbow Behind The Clouds
-Part 2
Author : Ifa Raneza
Cast :
~ Cho Kyu Hyun
~ Kim Shin Jung
~ Kim Jong Woon (Yesung)
** ** ** **
“YA!
Siapa kau?! Kenapa kau bisa ada di kamarku!?” tanya Shin Jung setengah
berteriak.
Kyuhyun
mengerutkan alisnya. “Shin Jung-ssi,
apa benturannya sangat keras? Apa kau … terkena amnesia?” tanyanya polos.
Shin
Jung terdiam sebentar sambil mengamati wajah Kyuhyun.
“Aaah…
Aku ingat sekarang!” ujar Shin Jung, membuat wajah Kyuhyun kembali cerah. “Kenapa
kau bisa ada di kamarku?” tanya Shin Jung dengan tidak melembutkan nada
bicaranya sedikit pun.
“Tadi
kau pingsan,” jawab Kyuhyun sambil menarik ujung-ujung bibirnya. “Ah! Aku
hampir lupa! Sebentar,” katanya lagi seraya beranjak dan keluar dari kamar Shin
Jung.
~***~***~***~
“Kyuhyun-ssi, lebih baik kau pulang sekarang,”
ujar Shin Jung tanpa menyisipkan sedikitpun nada bicara mengusir, walaupun
kalimatnya terkesan seperti mengusir.
Kyuhyun
mengabaikan kesan mengusir dari kalimat yang Shin Jung lontarkan padanya. Ia
sama sekali tidak menangkap nada bicara yang mengusir dari suara yeoja itu. Suaranya terlalu lembut untuk
dikatakan sebagai ‘mengusir’.
“Kenapa?
Aku bahkan belum satu jam di sini,” kata Kyuhyun seraya menyodorkan milk tea yang bibi Oh bawakan tadi.
Shin
Jung mengambil cangkir yang Kyuhyun berikan padanya dan menyesap isinya
sedikit. “Bisa gawat kalau Jong Woon-oppa
bertemu denganmu di sini,” ujarnya pelan.
“Wae ? Kenapa dia tidak menyukaiku?
Padahal kami belum saling mengenal.”
Shin
Jung menggeleng pelan, lalu meletakkan cangkir yang ia pegang di atas meja
kecil di samping tempat tidurnya.
“Dia
tidak suka ada namja yang dekat
denganku,” jawabnya halus. “Kecuali Kibum,” lanjutnya.
Kyuhyun
menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa ada ketidakadilan di sini. Kenapa Kibum
boleh dekat dengan Shin Jung, sedangkan dirinya tidak?
“Kenapa?”
tanyanya.
“Dia
takut terjadi apa-apa padaku. Dia menganggap semua namja yang mendekatiku bukan namja
yang baik,” jawab Shin Jung.
“Lalu
Kibum?”
“Kibum
temanku sejak kecil.”
Kyuhyun
ber-oh panjang sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan.
“Dulu,
saat aku masih duduk di bangku SMA, ada satu namja yang mendekatiku. Tapi ternyata dia playboy dan selalu
bersikap kasar padaku setelah kami pacaran,” jelas Shin Jung. “Makanya Jong
Woon-oppa tidak suka ada namja yang mendekatiku.”
“Semacam
overprotektif begitu, ya?” tanya Kyuhyun yang hanya ditanggapi Shin Jung dengan
anggukan. Sekarang Kyuhyun mengerti kenapa Kibum tidak ingin memberitahu alamat
rumah gadis ini padanya.
“Kenapa
kau datang ke sini?” tanya Shin Jung, langsung ke intinya.
“Aku
mau minta maaf,” jawab Kyuhyun pelan. “Aku mohon, maafkan aku.”
Shin
Jung tersenyum kecil, membuat Kyuhyun yang melihatnya merasakan detak
jantungnya sudah berhenti.
“Harus
berapa kali kukatakan? Kau tidak salah, Kyuhyun-ssi. Itu semua terjadi secara tidak sengaja,” kata Shin Jung,
mencoba melenyapkan rasa bersalah yang sepertinya menghantui pikiran Kyuhyun.
“Tapi
semua itu karenaku,” sanggah Kyuhyun. “Oh, iya. Hidungmu… tidak apa-apa?”
tanyanya khawatir.
“Memangnya
hidungku kenapa?” Shin Jung balik bertanya dengan tampang bingung.
“Hidungmu
tidak patah?”
“Pa…
patah?”
“Kemarin
hidungmu berdarah karena wajahmu menabrak dadaku, kan? Hidungmu tidak apa-
apa?”
Shin
Jung menggeleng cepat. Tidak, tidak… Kyuhyun tidak boleh salah sangka.
“Bukan.
Aku mimisan karena …” ucapan Shin Jung terputus. Ia tidak mungkin mengatakan
alasan yang sebenarnya. Tidak, ia tidak boleh mengatakannya.
“Karena?”
“Aku
kelelahan saja,” jawab Shin Jung cepat sambil menyunggingkan senyum di
bibirnya. “Kau bisa bernapas lega sekarang, Kyuhyun-ssi,” guraunya.
“Shin
Jung-ssi, aku bisa menjadi temanmu?” tanya Kyuhyun, membuat
Shin Jung terdiam. “Sepertinya kau orang yang menarik. Aku bisa jadi temanmu?”
katanya lagi.
“Geunde…”
“Aku
tidak peduli soal Jong Woon-hyung.
Yang penting bagiku itu kau, karena aku ingin berteman denganmu,” ujar Kyuhyun
lagi.
Shin
Jung menggerakkan bola matanya, menatap Kyuhyun.
Shin
Jung tampak berpikir. Mereka baru bertemu kemarin, dan itu pun secara tidak
sengaja. Dalam waktu sesingkat ini Shin Jung tidak bisa langsung menyimpulkan
kalau Kyuhyun adalah orang baik.
Tapi…
Apa lagi yang Shin Jung ragukan? Kalau Kyuhyun bukan orang baik-baik, tidak
mungkin namja itu terus mengikutinya
untuk meminta maaf berkali-kali. Dan lagi, jika Kyuhyun bukan namja yang baik, seharusnya dia sudah
melakukan hal aneh pada Shin Jung saat ia pingsan tadi, bukan?
Shin
Jung menghela napas, mencoba memantapkan hatinya untuk menerima namja ini dalam kehidupannya. Toh hanya
sekedar teman, kan?
“Jeongmal ?”
Kyuhyun
mengangguk mantap. “Aku tidak akan main-main dengan kata-kataku. Jadi… sekarang
kita berteman?” katanya lagi, menunggu jawaban Shin Jung.
Senyum
Shin Jung kembali merekah, dan lagi-lagi berhasil membuat jantung Kyuhyun
berdebar-debar dengan sangat keras.
“Panggil
aku Shin Jung saja,” kata Shin Jung sambil menepuk lengan Kyuhyun pelan.
“Ah,
ne ?”
“Santai
saja, Chingu. Kalau kau mau jadi
temanku, berarti kau sudah siap menghadapi Jong Woon-oppa, ne ?” tanya Shin
Jung tanpa menghapus senyum yang sedari tadi menghiasi bibir kecilnya.
“Ne,” jawab Kyuhyun mantap. “Eh, Shin
Jung-ssi… Ah, maksudku Shin Jung-ah,
kau bosan?” tanyanya antusias.
“Heh?”
“Tolong
ajari aku fotografi.”
“Tapi
kameraku rusak.”
“Aku
bawa kamera.”
~***~***~***~
“Bibi
Oh, Shin Jung sudah makan malam?” tanya Jong Woon pada bibi Oh yang menyambut
kepulangannya di depan pintu.
“Sudah,
Tuan,” jawab bibi Oh seraya membawakan tas kerja Jong Woon.
Jong
Woon melonggarkan dasinya seraya melangkah ke lantai atas, menuju kamar Shin
Jung. Sesampainya di depan kamar Shin Jung, Jong Woon mengetuk pintu kamarnya.
Tapi aneh, tidak ada sahutan maupun respon dari dalam.
Apa dia sudah
tidur?
Akhirnya
Jong Woon memilih untuk membuka pintu kamar Shin Jung, mengecek keadaan
adiknya.
“Shin
Jung-ah, kau sudah tid––”
Kalimat
Jong Woon terputus saat pintu kamar itu terbuka lebar. Matanya yang kecil
membulat lebar saat melihat apa yang ada di depannya. Tampak seorang namja tidur di sisi ranjang Shin Jung
dengan posisi terduduk di kursi yang ada di samping tempat tidur. Shin Jung
yang tertidur di atas ranjangnya, meletakkan sebelah tangannya di atas kepala namja itu.
Jong
Woon berjalan menghampiri adiknya yang sudah tertidur pulas. Perlahan tangannya
mengangkat tangan Shin Jung yang menyentuh puncak kepala namja yang ada di sampingnya, dan meletakkannya di atas perut Shin
Jung.
Perlahan
jemari Jong Woon menyibak poni yang menutupi sebagian wajah namja yang tertidur dengan posisi duduk
itu.
“Namja ini…” desis Jong Woon geram.
Rahangnya sudah mengeras, menahan amarah.
Ia
tidak suka melihat namja ini berada
di kamar adiknya, apalagi tidur bersama Shin Jung seperti sekarang ini. Tapi ia
juga tidak mungkin membangunkan namja
ini, ia tidak mau tidur adik satu-satunya itu terganggu.
Jong
Woon menghela napas, mencoba meredam emosinya. Baiklah, ia akan tunggu sampai
besok pagi dan menyuruh kedua orang yang sedang tertidur itu menjelaskan
semuanya. Jong Woon beranjak dari tempatnya, melangkah keluar kamar.
Saat
pintu kamar itu tertutup, Jong Woon merasakan sesuatu yang sedari tadi ia
anggap janggal. Sesuatu langsung terlintas di otaknya.
Apa mereka berdua
benar-benar hanya sekedar berteman?
~***~***~***~
“Eunggh…”
Kyuhyun sedikit mengerang dan membuka matanya. Ia terlonjak kaget saat
mengetahui seprai yang menyelimuti tempat tidur di hadapannya sangat berbeda
dengan tempat tidurnya.
Ia
mengangkat kepalanya dengan cepat, dan rasa pegal pun langsung menyerang
punggung serta sekitar lehernya. Tidur dalam posisi duduk bukanlah pilihan yang
bagus. Ia menoleh pada Shin Jung yang masih tertidur. Lagi-lagi ia merasa
dirinya tenggelam dalam pesona gadis itu.
Kyuhyun
menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, menyadarkan dirinya dari lamunan. Ia
melihat jam yang tergantung di dinding kamar, sudah jam tujuh pagi. Untunglah
hari ini hari libur, jadi ia tidak perlu khawatir akan terlambat kuliah.
Tiba-tiba
Kyuhyun teringat akan satu hal. Jong Woon! Pasti namja itu sudah pulang sejak tadi malam dan melihat mereka yang
tidur di kamar yang sama. Walaupun mereka tidak melakukan hal-hal aneh, tapi
rasa bimbang terus menyerang batin Kyuhyun. Apalagi mengingat Jong Woon tidak
menyukai namja yang mendekati dongsaeng-nya.
“Shin…
Shin Jung…” panggil Kyuhyun sambil mengguncang pelan bahu Shin Jung. “Shin
Jung-ah, ireona,” katanya lagi, masih
mencoba membangunkan gadis itu.
Akhirnya
usaha Kyuhyun membuahkan hasil. Beberapa detik kemudian terdengar suara erangan
dari bibir Shin Jung. Setelah kedua matanya terbuka lebar, gadis itu menatap
Kyuhyun heran.
“Kyuhyun-ah…
Kau…” Shin Jung memerhatikan Kyuhyun dari ujung kepala sampai ujung kaki. Namja itu masih berpenampilan seperti
kemarin. Hanya saja rambutnya sedikit acak-acakan. “Kau tidur di sini?”
tanyanya.
“Ne,” jawab Kyuhyun sambil menganggukan
kepalanya. “Sepertinya kemarin kita ketiduran,” jelasnya lagi.
Shin
Jung berjalan ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Saat hendak
mengambil handuk untuk mengeringkan wajahnya, ia tersentak dan langsung berlari
keluar kamar mandi, menghampiri Kyuhyun.
“Jong
Woon-oppa !” seru Shin Jung saat
teringat akan satu hal.
Kyuhyun
mengangguk lemah. Ia tahu hal yang ia takutkan pasti juga Shin Jung rasakan.
“Sepertinya
dia sudah pulang,” kata Shin Jung pelan.
“Aku
akan mati,” gumam Kyuhyun yang tidak terdengar oleh Shin Jung.
~***~***~***~
“Selamat
pagi, Dongsaeng,” sapa Jong Woon saat
Shin Jung menuruni tangga bersama Kyuhyun di belakangnya.
Mereka
berjalan canggung ke arah Jong Woon yang sudah duduk di ruang tengah, menyambut
kehadiran mereka. Mereka berdua menampakkan guratan takut di wajah mereka
masing-masing, menyadari ada sesuatu yang janggal dalam suara Jong Woon.
Jong
Woon memang tersenyum dan menyapa mereka ramah, tapi guratan marah pada
wajahnya tidak bisa ditutupi.
“Bisa
kalian jelaskan padaku sekarang?” tanya Jong Woon datar saat Shin Jung dan
Kyuhyun sudah duduk di hadapannya.
“Eh?”
“Kalian
tidur bersama tadi malam. Kalian bisa menjelaskan itu padaku?” kata Jong Woon,
memperinci ucapannya. “Saeng ? Kenapa
diam? Ayo jawab,” kata Jong Woon lagi sambil tersenyum kecil. Suaranya
terdengar manis pada adiknya, tapi juga terdengar penuh amarah dan mendesak
Shin Jung untuk segera menjawab.
“Ngg…
itu… Itu kami––”
“Aku
tidak bertanya padamu!” bentak Jong Woon, memotong ucapan Kyuhyun.
Baik
Kyuhyun maupun Shin Jung melonjak kaget mendengar suara Jong Woon. Mereka
sama-sama tidak berani menatap mata Jong Woon yang penuh dengan amarah.
“Jelaskan
padaku,” kata Jong Woon saat pandangannya kembali beralih pada Shin Jung.
“Kami
tidak sengaja tertidur, Oppa,” ujar
Shin Jung, menjawab pertanyaan kakaknya.
“Kenapa
kalian bisa berada di satu ruangan yang sama sampai malam?”
“Kyuhyun
datang menjengukku,” jawab Shin Jung, sama datarnya dengan nada bicara Jong
Woon. Saat itu juga Kyuhyun merasakan kemiripan di antara mereka berdua. “Apa
itu salah?” tanya Shin Jung sambil mengangkat kepalanya, menatap Jong Woon,
berbeda dengan Kyuhyun yang sama sekali tidak berani menatap namja itu.
Jong
Woon diam, ia memerhatikan Kyuhyun. Kyuhyun merasa keringat dingin sudah
menuruni dahinya. Tatapan Jong Woon kali ini sangat dingin, lebih dingin dari
tatapan mematikan yang biasa Ahra lemparkan padanya.
Tatapan
Jong Woon kembali beralih pada adiknya. “Kau tidak pernah membawa teman namja-mu ke rumah, kecuali Kibum,” kata
Jong Woon. “Kau tahu benar aku tidak suka melihatmu dekat-dekat dengan seorang namja,” lanjutnya sambil menatap Kyuhyun
sekilas.
“Dia
temanku, Oppa,” sahut Shin Jung
singkat.
“Aku
tahu itu. Dan itu bukan jawaban yang kuinginkan saat ini,” ujar Jong Woon.
“Kalau
aku membawanya kemari, berarti bisa kusimpulkan posisinya sama seperti Kibum. Hubungan
kami sama dekatnya dengan hubunganku dan Kibum. Bukankah begitu?”
Jong
Woon hanya terdiam memandangi dua orang yang sedang duduk di hadapannya. Kali
ini saeng-nya lah yang menang. Ia
tidak bisa menyanggah ucapan Shin Jung.
“Lain
kali aku tidak mau melihat pemandangan seperti tadi malam. Bagaimana pun juga namja dan yeoja berada di dalam satu ruangan bukanlah hal yang baik,” ujarnya
datar seraya beranjak dari sofa dan berjalan ke arah dapur.
“Oh,
satu lagi.” Jong Woon membalikkan tubuhnya dan menatap Kyuhyun masih dengan
tatapan dingin. “Kau, cepatlah pulang. Aku tidak mau keluargamu berpikir yang
aneh-aneh kalau kau belum pulang,” katanya sebelum kembali berbalik dan masuk
ke dalam dapur, meninggalkan Kyuhyun dan Shin Jung yang masih terduduk.
“Tunggu
apa lagi?” tanya Shin Jung, membuat Kyuhyun menoleh cepat padanya. “Pulanglah, jangan
sampai keluargamu mencemaskanmu,” lanjutnya.
Kyuhyun
beranjak dan berjalan keluar dari rumah Shin Jung setelah berpamitan pada gadis
itu. Ia masuk ke dalam mobilnya––ya, kali ini Kyuhyun tidak meminjam mobil noona-nya lagi. Sebelum menginjak gas, sekali
lagi Kyuhyun menoleh ke arah pintu rumah Shin Jung. Pintunya sudah tertutup
rapat sekarang.
Kyuhyun
menyadari satu hal lagi, Shin Jung dan Jong Woon sama-sama memiliki nada bicara
yang dingin––nada bicara yang membuat Kyuhyun tidak berani untuk membantahnya.
Itu salah satu kemiripan mereka.
Merasa
sudah puas memandangi pintu rumah Shin Jung, Kyuhyun memasang seat belt-nya dan menginjak gas, menjalankan
mobilnya menjauh dari rumah gadis itu.
~***~***~***~
“YA!
Cho Kyu Hyun, dari mana saja kau?!” seru nyonya Cho saat melihat anak bungsunya
baru saja menutup pintu depan rumah mereka.
“Tidak
dari mana-mana, Omma,” jawab Kyuhyun
datar. Ia malas untuk menjelaskan semuanya sekarang.
“Yaak!”
Nyonya Cho beranjak dari tempatnya duduk, melempar majalah yang tadi ia baca ke
atas meja, dan menghampiri Kyuhyun yang sedang berjalan menuju kamarnya.
“Semalaman
kau tidak pulang, tidur di mana kau?” tanya nyonya Cho, menuntut jawaban yang
bisa memuaskan hatinya.
“Di
rumah temanku,” jawab Kyuhyun seraya membuka pintu kamarnya dan merebahkan
tubuhnya di atas tempat tidur. Ia tidak memerdulikan ibunya yang masih ingin
menginterogasinya di ambang pintu.
“Nugu ?”
“Heh?”
“Temanmu
yang mana? Sungmin? Eunhyuk?” tanya nyonya Cho menyelidik.
“Salah
satu dari mereka,” jawab Kyuhyun asal, sementara kedua matanya sudah terpejam.
Nyonya
Cho mengerucutkan bibirnya, tidak puas dengan jawaban anaknya yang asal-asalan
dan membingungkan.
“Aku
lelah, Omma…” ucap Kyuhyun lemah.
Tanpa
banyak bertanya dan berkata-kata lagi, nyonya Cho langsung keluar dari kamar
Kyuhyun dan menutup pintunya.
Merasa
pintu kamarnya sudah tertutup, Kyuhyun memicingkan matanya. Tidak ada
siapa-siapa lagi di dalam kamarnya selain dirinya sendiri. Ia mengubah
posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang.
“Haah…
Kim Shin Jung,” katanya menerawang sambil melipat kedua tangannya di depan
dada. “Apa sepertinya aku mulai menyukai gadis itu?”
~***~***~***~
-3 days later-
“Shin
Jung-ah!”
Merasa
namanya dipanggil, gadis itu menolehkan kepalanya. Dan betapa terkejutnya ia
ketika mendapati siapa yang memanggil namanya tadi. Tapi beberapa detik
kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam. Mencoba
menyingkirkan pemandangan yang ia anggap sebagai ilusi.
Shin
Jung menghela napas, seolah meyakinkan dirinya untuk kembali berbalik dan
melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
“Yak!
Shin Jung-ah! Tunggu!”
Lagi-lagi
suara itu terdengar di telinga Shin Jung.
Tanpa
mengurangi rasa ingin tahu, Shin Jung berbalik dan mendapati namja itu sudah berdiri dalam jarak tiga
langkah di depannya.
“Annyeong !” sapa namja itu dengan napas yang sedikit tersengal. Namun guratan
wajahnya menampakkan kepuasan karena sudah berhasil menemukan orang yang ia
cari.
Shin
Jung memerhatikan namja berambut
kecokelatan itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada yang aneh, tapi…
“Kenapa
kau bisa di sini? Eh, maksudku… Ini…” tanya Shin Jung bingung sambil
menunjukkan jari telunjuknya pada kamera yang ada di tangan kiri namja itu.
“Lihat!”
Shin Jung memerhatikan benda yang namja
itu tunjukkan padanya, kartu anggota.
“Yaak,
kau… Kenapa bisa…?” ucap Shin Jung terputus-putus saat pandangannya beralih
pada wajah namja itu.
Namja itu tampak tersenyum puas. “Aku
anggota klub fotografi sekarang, sama sepertimu,” katanya yang membuat Shin
Jung semakin terkejut.
“Mwo ?”
“Jadi,
kau bisa mengajariku lagi, kan? Maklum, aku masih pemula. Hehe…”
Namja itu tampak menggamit lengan Shin
Jung, saat gadis itu menyela dan menahan langkahnya.
“Eh,
aku tidak bisa hunting foto hari ini,”
ujarnya, membuat langkah namja itu
ikut terhenti.
“Mwo ? Wae ?” tanyanya polos.
“Aku
tidak boleh kelelahan,” jawab Shin Jung dengan kepala tertunduk. “Mian,” ucapnya pelan.
Namja itu terdiam sebentar, tampak
sedang berpikir.
“Gwaenchana, kalau hanya menemaniku bisa,
kan? Ini tidak akan membuatmu lelah, aku janji,” ujarnya sambil tersenyum
lebar.
“Ng?
Mungkin bisa,” sahut Shin Jung ragu.
“Bagus!
Kajja !”
Tangan
namja itu kembali menggamit lengan
Shin Jung dan menariknya ke arah lapangan parkir.
~***~***~***~
“Bagaimana?
Tidak lelah, kan?” tanya Kyuhyun memastikan sambil tersenyum.
Yeoja di depannya itu mengangguk.
“Ini sama sekali tidak melelahkan,” jawabnya. “Gomawo.”
Sekali
lagi Kyuhyun merasa tenggelam dalam pesona gadis itu saat melihat senyumnya
mengembang.
“Aiish, kau ini! Harusnya aku yang
berterima kasih karena kau sudah mau mengajariku memotret,” ujar Kyuhyun sambil
mengibas-kibaskan sebelah tangannya.
Yeoja itu hanya tersenyum simpul
menanggapi ucapan Kyuhyun.
Mereka
hanya duduk di bangku kayu yang berada di pinggir danau. Hal itu sama sekali
tidak melelahkan seperti yang biasa Shin Jung lakukan selama ini; berjalan dari
satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan hasil foto yang baik.
“Kim
Seonsaengnim, bagaimana hasil
fotoku?” tanya Kyuhyun dengan mimik wajah tak berdosa.
“Oh,
itu sud–– eh? Kau bilang apa? Kim seonsaengnim
?” tanya Shin Jung bingung.
“Ne, Seonsaengnim. Bagaimana?”
Shin
Jung terkekeh geli mendengar panggilan baru yang Kyuhyun berikan untuknya.
“Panggil
namaku saja,” kata Shin Jung seraya mengambil kamera yang sedang Kyuhyun
pegang, mengamati hasil foto yang Kyuhyun ambil tadi.
Kyuhyun
tidak memberikan respon apapun. Ia hanya mengamati wajah Shin Jung dari
samping, memerhatikan lekuk wajahnya yang nyaris sempurna. Tanpa sadar
sudut-sudut bibir namja itu sudah
tertarik hingga membentuk seulas senyuman. Ia mengagumi gadis yang sedang duduk
di sebelahnya itu.
“Hasilnya
sudah lumayan. Kemajuan yang bagus, Kyuhyun-ah,” ujar Shin Jung seraya
menyerahkan kamera pada Kyuhyun.
“Eh,
jinjjayo ?”
“Ne.” Shin Jung mengangguk.
“Aaah,
ternyata aku berbakat juga,” ujar Kyuhyun sambil tersenyum puas. “Kau mau ke
mana lagi? Aku akan menemanimu, sebagai bayaran karena sudah mengajariku
memotret,” katanya lagi setelah memasukkan kameranya ke dalam tas.
Shin
Jung menggeleng.
“Aniya,” jawabnya singkat.
“Ani ?”
“Aku
harus pulang sekarang.”
“Eh?
Secepat ini?” tanya Kyuhyun tak rela seraya ikut beranjak saat gadis itu
beranjak dari bangku.
“Aku
ada urusan penting,” jawabnya tanpa mengurangi senyum yang tersungging di
bibirnya.
“Aku
akan mengantarmu,” kata Kyuhyun cepat, seakan tidak mau menyia-nyiakan waktu
bersama gadis ini.
Lagi-lagi
Shin Jung menggeleng.
“Tidak
usah. Aku pulang naik taksi saja,” tolaknya halus.
“Tapi––”
“Aniya, Kyu,” potong Shin Jung sebelum namja itu sempat menyelesaikan
kalimatnya. “Aku tidak mau kau berakhir mengenaskan kalau Jong Woon-oppa melihat kita pergi bersama,”
ujarnya dengan nada setengah bergurau.
Kyuhyun
hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum miris. Ia sadar kakak gadis ini tidak
menyukai kehadirannya.
“Aku
pergi dulu. Annyeong !” pamitnya,
lalu melangkah menjauh dari tempat di mana ia berdiri tadi.
Semakin
jauh… jauh… Dan akhirnya menghilang di dari pandangan Kyuhyun.
Kyuhyun
menghela napas dan tidak dapat menahan senyumnya untuk mengembang. Gadis
itu––Kim Shin Jung––adalah sihir untuknya.
~***~***~***~
“Apa
kata dokter?” tanya Jong Woon saat melihat Shin Jung memasuki ruang tengah
rumah mereka.
Shin
Jung mengendikkan bahunya. “Ada sedikit perkembangan, tapi tidak terlalu baik
dari minggu lalu,” jawabnya dengan nada malas.
“Oh?
Jinjjayo ?”
Jong
Woon meraih amplop putih yang disodorkan adiknya dan mulai membaca isinya.
“Ini
bagus,” kata Jong Woon sambil menunjukkan senyumnya.
Shin
Jung hanya tertawa miris mendengar ucapan kakaknya.
“Kau
sudah siap melakukannya?”
Shin
Jung mengangkat kepalanya, membalas tatapan Jong Woon yang mulai memandangnya
serius.
“Mollayo…”
“Kalau
kau belum siap, tidak apa-apa.”
“Benar,
toh masih ada waktu beberapa tahun lagi. Iya kan?”
Jong
Woon hanya menghela napas berat mendengar ucapan Shin Jung. Lagi-lagi adiknya
itu menunjukkan sisi lemahnya, keputusasaan.
“Lebih
cepat lebih baik, Jung.”
“Aku
belum ingin melakukannya.”
Jong
Woon mengelus puncak kepala dongsaeng-nya
itu dan mengecupnya singkat.
“Tapi
berjanjilah padaku, kau akan melakukannya suatu saat nanti.”
~***~***~***~
“Kau
percaya cinta pada pandangan pertama?”
“Aku
tidak tahu… Bagiku semua yang terjadi dalam kehidupan manusia karena takdir yang
Tuhan tetapkan.”
“Kalau
begitu, berarti aku ditakdirkan untuk bertemu denganmu.”
“Mwo?
Wae?”
“Karena
sepertinya aku terjatuh terlalu dalam di dalam pesonamu...”
“Malam
ini ada pertemuan bisnis, kau mau ikut?” tanya Jong Woon yang sudah mengenakan
pakaian resmi.
“Semacam…
pesta?”
Jong
Woon mengangguk. “Ne, kau mau ikut?
Di rumah tidak ada orang. Bibi Oh sedang pergi ke rumah kerabatnya sampai besok
pagi.”
Shin
Jung menghela napas, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.
“Aku
tidak punya pilihan lain, kan?”
** ** **
“Ah,
Tuan Kim. Kau sudah datang?” sapa seorang pria paruh baya yang juga mengenakan
pakaian formal, sama seperti Jong Woon.
“Ne, senang bertemu Anda, Tuan Cho,” kata
Jong Woon sopan seraya membungkuk hormat.
“Ah,
siapa yeoja manis ini?” tanya seorang
wanita di sebelah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah istrinya. “Apa ini yeojachingu-mu?” tanyanya lagi, hampir
membuat tawa Jong Woon meledak.
“Bukan,
Nyonya Cho. Ini dongsaeng-ku,” jawab
Jong Woon, walaupun tidak berhasil menahan senyumnya.
“Eh,
adikmu?”
“Kim
Shin Jung imnida,” ujar yeoja yang berada di sebelah Jong Woon
itu sambil membungkukkan badannya hormat.
“Ah,
aku juga punya anak yang seumuran denganmu. Ke mana anak itu, ya?” kata Tuan
Cho seraya melemparkan tatapan penuh tanda tanya pada istrinya.
“Eh?
Ah, dia menghilang lagi. Dasar anak itu,” ujar nyonya Cho sembari mengedarkan
pandangannya ke seluruh ruangan, mencari-cari sosok putranya.
“Anak
itu memang sering menghilang kalau diajak ke pesta seperti ini,” kata tuan Cho
sambil menyunggingkan senyumnya pada Jong Woon dan Shin Jung, menutupi
ketidaknyamanan yang ia rasakan.
“Apa
yang Anda maksud itu Cho Ahra?” tanya Jong Woon sopan.
“Ah,
bukan. Usia Ahra lebih tua daripada Shin Jung. Yang kubawa ke sini anak
bungsuku. Dia pasti sedang bermain PSP di suatu tempat,” jawab tuan Cho tanpa
menghapus sedikitpun senyumannya. “Yeobo,
di mana anak itu?” tanya tuan Cho gusar.
“Aku
tidak tahu, Yeobo. Kau tahu kan
bagaimana kalau dia sudah bermain PSP?” ujar Nyonya Cho, sama gusarnya dengan
suaminya itu.
“Namja ?” tanya Shin Jung.
“Ne, namja.”
“Nah,
itu dia! Yaak! Cho Kyu Hyun, kemari kau!” seru nyonya Cho saat menemukan sosok
yang dicarinya sejak tadi.
Jong
Woon dan Shin Jung menoleh ke arah pandang nyonya Cho. Selama beberapa detik
kakak-adik itu tertegun melihat sosok yang berjalan menghampiri mereka dan
akhirnya berdiri di hadapan mereka.
“Ah,
Shin Jung-ah! Kau datang juga ke sini?” ujar Kyuhyun senang saat melihat sosok
Shin Jung sedang berdiri di hadapannya.
“Eh…
Mmm… Ne,” jawab Shin Jung sambil
mengangguk pelan.
“Kau
pergi bersama Jong Woon-hyung
kemari?” tanyanya sembari melemparkan pandangan pada Jong Woon.
Sementara
Kyuhyun bersikap ramah pada Jong Woon, namja
bermata sipit itu hanya memasang wajah datar. Ia menunjukkan ketidaksukaannya
pada Kyuhyun.
“Kim
Jong Woon rekan kerja Appa,” ujar
tuan Cho.
“Oh?”
Kyuhyun memerhatikan Jong Woon sebentar, lalu seulas senyum ramah mengembang di
bibirnya.
Berhenti bersikap
sok akrab padaku, batin
Jong Woon geram.
“Jadi
kau pebisnis juga, Hyung ?” tanya
Kyuhyun, lagi-lagi bersikap seolah-olah mereka sudah sangat akrab.
Jong
Woon menguatkan hatinya untuk menghadapi namja
di depannya itu. “Ne,” jawabnya
singkat dan datar.
Kyuhyun
diam. Ia sendiri bingung apa yang harus ditanyakannya lagi agar bisa lebih lama
berdiri di dekat Shin Jung. Tiba-tiba satu ide terlintas di otaknya.
“Hei,
bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini? Aku bosan berada di pesta
ini,” ajak Kyuhyun seraya menggamit tangan Shin Jung.
Jong
Woon memandangi tangan adiknya yang disentuh namja itu. Dengan sabar ia menahan emosi melihat adiknya disentuh namja yang sangat tidak disukainya itu.
“Tapi…”
“Ah,
ide bagus!” celetuk nyonya Cho.
Jong
Woon menoleh cepat pada wanita paruh baya itu.
“Bagaimana
kalau kita bergabung dengan yang lain? Kau juga, Tuan Kim,” ujar nyonya Cho
seraya menarik pelan tangan Jong Woon, membawanya ke sudut ruangan yang lain,
tempat rekan-rekannya yang lain sedang asyik mengobrol.
Dengan
perasaan tidak rela, Jong Woon memaksakan kedua kakinya untuk melangkah
meninggalkan adik kesayangannya bersama namja
yang tidak ia sukai, Cho Kyu Hyun.
“Kita
juga harus bersenang-senang di sini. Kajja
!” ujar Kyuhyun seraya menarik pelan tangan Shin Jung agar gadis itu mengikuti
langkahnya.
** ** **
“Aku
tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini,” kata Kyuhyun sambil mengamati
Shin Jung yang duduk di sebelahnya dengan tatapan kagum.
“Sudah
berapa kali kau mengatakan itu, Kyuhyun-ah?” tanya Shin Jung dengan sedikit
terkekeh.
“Aku
tidak tahu Jong Woon-hyung itu
pebisnis,” katanya lagi, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“Mmm…”
Shin Jung bergumam mengiyakan ucapan Kyuhyun. “Jong Woon-oppa meneruskan perusahaan keluarga,” sahutnya.
“Eh?”
“Orang
tua kami sudah meninggal,” ujar Shin Jung tanpa menghapus senyumnya.
“M-mian…” sesal Kyuhyun dengan kepala
tertunduk.
“Gwaenchana. Itu sudah lama sekali.”
Mereka
sama-sama terdiam, memandangi langit malam yang penuh dengan bintang. Entah
sejak kapan, Kyuhyun merasa ada rasa dari dalam dirinya yang mendorongnya untuk
menempelkan kepalanya di atas pundak gadis itu. Dan anehnya tidak ada perasaan
yang mencegahnya untuk melakukan itu.
Shin
Jung terlonjak kaget saat kepala Kyuhyun menyentuh pundaknya.
“Eh,
maaf,” kata Kyuhyun saat menarik kepalanya kembali.
Setelah
beberapa detik terdiam untuk menghilangkan rasa canggungnya, Kyuhyun mulai
bersuara.
“Shin
Jung,” panggil Kyuhyun, membuat Shin Jung menoleh padanya.
“Kau
percaya cinta pada pandangan pertama?” tanyanya.
Shin
Jung menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti dengan apa yang baru saja
Kyuhyun katakan. “Aku tidak tahu… Bagiku semua yang terjadi dalam kehidupan manusia karena takdir yang
Tuhan tetapkan,” jawabnya pelan.
“Kalau
begitu, berarti aku ditakdirkan untuk bertemu denganmu.”
“Mwo ? Wae ?
“Karena
sepertinya …”
-To be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar