Title :
Love or Obsession? ––– Third Part
Author: Ifa Raneza
Cast :
-Yesung (Kim Jong Woon)
-Park Hye Mi (OC)
-Lee Sung Min
-Jung Na Rin (OC)
-Leeteuk (Park Jung Soo)
Genre : Romance, Friendship
** ** **
“Indah,
bukan?” tanya Jongwoon membuyarkan lamunan Hyemi.
Tatapan
gadis itu beralih dari pasir putih tempatnya berpijak ke wajah Jongwoon.
Lagi-lagi namja itu menunjukkan
senyum manisnya yang mampu meluluhkan hati yeoja
manapun, tapi sepertinya tidak dengan Hyemi yang sudah mengetahui sifat
tersembunyi Jongwoon.
Hyemi
tetap menatap Jongwoon datar.
“Kau
tidak suka pantai ini?” tanya Jongwoon lagi tanpa menghapus senyumannya
sedikitpun.
“Aku
suka, tapi aku tidak menyukaimu,” jawab Hyemi tanpa menyembunyikan nada tajam
yang terdengar dari suaranya.
Jongwoon
terkekeh pelan. Ia mengalihkan pandangannya ke laut biru yang ada di depannya
seraya menjatuhkan dirinya di pantai putih yang berkilauan diterpa sinar
matahari. Ia menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya,
menghembuskan nafas perlahan dengan kedua mata yang terpejam.
“Saat
kecil aku dan Sungmin pasti akan pergi ke pantai ini setiap hari minggu bersama
orang tua kami,” ujarnya setengah menerawang tanpa mengalihkan tatapannya dari
laut. “Tapi sepertinya sekarang tidak akan lagi bisa seperti dulu. Sekarang
bukan orang tuaku atau Sungmin yang menemaniku ke pantai ini, tapi kau,”
lanjutnya seraya melemparkan tatapan pada Hyemi yang masih berdiri tak jauh
darinya.
Hyemi
membulatkan kedua matanya lebar.
“Mwo? Aku??” tanyanya sambil menunjuk
dirinya sendiri.
Jongwoon
semakin melebarkan senyumannya. Kemudian ia beranjak dan menghampiri Hyemi.
“Kau
belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau membawaku kemari?” tanya Hyemi masih
dengan suara dan nada bicaranya yang sama seperti yang biasa ia keluarkan untuk
Jongwoon.
“Hanya
untuk menemaniku. Apa itu salah?” jawab Jongwoon sekaligus melemparkan
pertanyaan pada Hyemi.
Hyemi
mengendikkan bahunya. “Kau punya pacar, Jongwoon-ah. Dan yang kutahu pacarmu
ada dua sekarang,” ujarnya seraya membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya
di atas pasir putih yang sedikit basah tanpa alas kaki.
Jongwoon
mengikuti langkah gadis itu dari belakang dengan kedua tangannya yang ia
masukkan ke dalam saku celana.
“Aku
sudah memutuskan mereka, asal kau tahu,” ujarnya yang tidak mendapat respon
dari Hyemi sesuai dengan harapannya.
Hyemi
menyeringai. “Apa itu penting untukku?” tanyanya tanpa menghentikan langkahnya
atau hanya sekedar membalikkan tubuh agar mereka berhadapan.
“Kalau
aku mengatakan sesuatu padamu, apa kau akan percaya kata-kataku?” tanya
Jongwoon.
“Tergantung..”
jawab Hyemi masih terus melangkahkan kakinya.
Jongwoon
menghentikan langkahnya, lalu berkata, “I
love you..”
Hyemi
menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Saat itulah Jongwoon baru
menyadari bahwa kata-katanya barusan tidak membuat Hyemi luluh atau jatuh ke
dalam pesonanya.
“Aku
tahu kau akan mengatakan itu,” ujar Hyemi sambil tersenyum meremehkan, lalu
kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Jongwoon yang masih terdiam di
tempatnya.
Well, Kim
Jong Woon.. Ternyata ini tidak semudah yang kau kira, bukan?
Jongwoon
menggeleng pelan, lalu bergumam, “Ini akan sangat sulit jika aku hanya berdiam
diri…” Kemudian ia mulai berlari-lari kecil, berusaha menyusul Hyemi yang sudah
berada jauh di depannya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Setelah sampai di
belakang gadis itu, ia langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang Hyemi
erat.
“Yaak!
Apa yang kau lakukan?!” jerit Hyemi kaget saat merasakan pinggangnya sudah
terkunci dengan kedua tangan Jongwoon.
Jongwoon
terkekeh. Hyemi bisa mendengar dengan jelas kekehan namja itu dan hembusan nafasnya yang menyapu pelan telinga
kanannya. Namja itu meletakkan
kepalanya di pundak kanan Hyemi, dan tidak mengizinkan gadis itu untuk
melepaskan diri.
“Kau
sudah bosan hidup, hah?! Lepaskan aku!!” jerit Hyemi lagi, kali ini dengan
suara yang lebih besar, membuat Jongwoon harus segera memeriksakan telinganya
ke dokter THT. “Yaak, Kim Jong Woon!! Lepas–– Aaaa!!” Hyemi menendang kedua
kakinya di udara saat Jongwoon mengangkat tubuh kecilnya hingga kedua kakinya
tak menapak lagi di atas pasir putih.
“Turunkan
aku!!” jerit Hyemi dengan nada yang terdengar sedikit memohon.
“Kau
minta kulepaskan atau kuturunkan? Yang mana yang harus kulakukan sekarang?”
tanya Jongwoon jahil tanpa menghentikan kekehannya.
Hyemi
merengut. “Kau menyebalkan!” serunya yang membuat tawa Jongwoon meledak.
“Ini
saatnya kita bersenang-senang, Nona Park!” ujarnya seraya membawa tubuh kecil
Hyemi yang masih diangkatnya ke air laut dan menghempasnya pelan.
Sekarang
celana jeans Hyemi sudah basah hingga bagian lutut, membuat gadis itu langsung
mendelik Jongwoon dengan tatapan mematikannya. Tidak ada seorang pun yang
berani merusak celana kesayangannya, dan sekarang Kim Jong Woon sudah berhasil
membuatnya basah karena air laut.
“KIM
JONG WOON!!!” jerit Hyemi murka.
Ia
berlari ke arah Jongwoon yang juga sudah membenamkan kedua kakinya ke dalam air
laut. Tanpa menghentikan tawanya, Jongwoon berlari menghindari Hyemi yang siap
mendaratkan kepalan tangannya ke atas kepala besar(?) Jongwoon.
“Hei,
kau tahu rasa air laut?” tanya Jongwoon jahil.
Lalu
ia melemparkan air laut yang diambilnya dengan kedua telapak tangannya ke arah
Hyemi. Hyemi menghapus air laut yang membasahi sebagian wajahnya. Well, seorang Kim Jong Woon sudah bosan hidup ternyata.
“Tanpa
kau beri tahu pun aku sudah tahu! Rasanya asin!!” teriak Hyemi sambil membalas
ulah Jongwoon dengan perlakuan yang sama.
Akhirnya
mereka bermain air laut dengan sesekali tertawa atau berseru kesal saat air
laut itu terjamah oleh indera pengecap mereka.
“Yaak…
yaak… Aku menyerah!” ujar Jongwoon sambil melindungi wajahnya dari siraman air
laut dari Hyemi.
“Aku
tidak akan berhenti!” sahut Hyemi sambil terus menyiramkan air luat ke arah
Jongwoon dengan kedua tangannya.
“Jebal, hentikan! Aku menyerah!”
Hyemi
menghampiri Jongwoon dan memukul kepalanya dengan sekali pukulan, melampiaskan
kekesalan awalnya dan berkata, “Baiklah, aku hentikan.”
Jongwoon
menarik sudut bibirnya ke satu arah, membentuk seringai yang selalu ia
perlihatkan.
“Kena
kau!” serunya sambil kembali melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Hyemi
dengan erat, lalu mengangkatnya ke tepi pantai.
“Yaak…
Dasar licik!”
Lagi-lagi
Jongwoon terkekeh mendengar ucapan Hyemi, sementara Hyemi semakin dongkol
dengan sikap namja setengah gila ini.
“Lepaskan!” Hyemi memberontak di dalam gendongan Jongwoon, membuat namja itu sedikit kewalahan untuk
mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
“Jangan
bergerak atau kita akan ja…” Belum sempat Jongwoon menyelesaikan perkataannya,
ia sudah kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke atas pasir putih
dengan Hyemi yang berada di atas tubuhnya.
“Sudah
kubilang jangan bergerak,” gumam Jongwoon.
Tapi
sesaat kemudian mereka larut dalam keheningan, hanya mata mereka yang
berbicara. Entah mengapa saat itu Jongwoon baru menyadari ada sesuatu yang
berbeda di dalam mata Hyemi. Sesuatu yang membuatnya semakin menginginkan gadis
ini lebih dari apapun, seolah-olah Park Hye Mi adalah sesuatu yang membuatnya
menjadi orang paling beruntung di dunia.
** ** **
(Kim Jong Woon POV)
Aku terus
memusatkan tatapanku di kedua bola matanya, tepat di retinanya yang juga
tertuju pada kedua mataku. Tidak ada yang terucap dari bibir kami, hanya mata
kami yang terus saling menatap. Ia mulai mengangkat tubuhnya dari tubuhku dan
melepaskan tangannya yang bertumpu di dadaku. Tapi dengan cepat aku menahan
tangannya agar tetap bertumpu di dadaku. Ia tersentak dan menatapku bingung. Aku
benar-benar menginginkan gadis ini.
Segera
kuraih belakang kepalanya dengan tangan kananku sebelum ia berhasil menghindar.
Kuraih cepat bibirnya dengan bibirku, mengecupnya dalam, menuangkan keinginanku
akan dirinya dalam ciuman kami.
Ia
tersentak dan berusaha lepas dariku. Tapi tenaganya kalah dari tenagaku, aku
terus memeluknya erat dan mempertahankan agar tautan bibir kami tidak terlepas.
Park Hye Mi, asal kau tahu. Aku tidak pernah melepaskan apa yang kuinginkan.
“Lep…
lepas..” ucapnya di sela ciuman dengan sedikit desahan karena bibirnya masih
terkunci oleh bibirku.
Bertolak
belakang dengan permintaannya, aku terus menempelkan bibirku pada bibirnya,
bahkan memperdalam ciumanku. Aku tidak akan melepaskan sesuatu yang sangat
kuinginkan, Hyemi-ah. Jangan menyia-nyiakan tenagamu untuk lepas dariku.
Perlahan
perasaanku untuk memilikinya semakin menguat. Lidahku mulai mencoba membuka
mulutnya, tapi ia menutupnya dengan rapat. Sekuat apapun aku berusaha, ia tetap
menutupnya, tidak mengizinkanku untuk lolos. Apa ini jawaban untuk apa yang
sudah kunyatakan padanya?
Ia
mendorong dadaku kuat dan membuat tautan bibir kami terlepas. Ia bangun dari
tubuhku dengan nafas yang tersengal. Aku tidak sadar kami hampir kehabisan
nafas tadi.
“Pabo!” ujarnya sambil mengelap bibirnya
dengan punggung tangannya. Ia berbalik dan hendak meninggalkanku yang masih
terduduk di atas pasir pantai. Tapi sebelum ia melangkah menjauh, ia kembali
berbalik. Ia mendekatiku dan mendaratkan pukulannya di atas kepalaku.
“Aaww!”
“Itu
balasan untuk orang yang sudah mencuri ciumanku!” ujarnya seraya berbalik dan
melangkah menjauh dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Aku
masih terdiam dalam posisiku. Park Hye Mi… Aku sudah tidak sabar untuk
membuatnya jatuh ke dalam pelukanku.
** ** **
(Author POV)
“Mwo? Hyemi pergi?” tanya Narin tak
percaya saat Jungsoo baru saja berkata bahwa Hyemi sedang tidak berada di rumah
karena diseret pergi oleh Kim Jong Woon. Dan tentu saja Narin semakin tak habis
pikir saat tahu Jungsoo mengizinkan adik kesayangannya itu pergi bersama orang
paling berbahaya bagi Narin.
“Mereka
pergi ke mana, Oppa?” tanya Narin
sedikit segan pada Jungsoo yang masih menatapnya ringan.
Jungsoo
mengendikkan kedua bahunya. “Molla,”
jawabnya singkat.
Narin
semakin mengerutkan dahinya, tak habis pikir dengan sikap cuek Jungsoo terhadap
adiknya sendiri yang kini sedang bersama Si Penjahat Cinta(?). ‘Apa dia tidak takut terjadi apa-apa pada
Hyemi?’ pikir Narin bingung.
“Kurasa
Kim Jong Woon cukup bisa diandalkan. Dia tidak mungkin berbuat yang aneh-aneh,”
ujar Jungsoo sambil mengibaskan sebelah tangannya, seolah masalah Hyemi dan
Jongwoon bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan.
Narin
tersenyum kecut. ‘Kau belum mengenalnya
dengan baik, Oppa.’ Ya, sampai detik ini hanya Narin yang mengenal Jongwoon
dengan baik. Hanya dia yang tahu seberbahaya apa seorang Kim Jong Woon. Dialah
satu-satunya orang yang memegang kisah masa lalu kelam seorang Kim Jong Woon.
“Kapan
Hyemi akan pulang?” tanya Narin setelah beberapa detik tenggelam dalam
lamunannya sendiri.
Lagi-lagi
Jungsoo mengendikkan kedua bahunya.
“Kau
membiarkan Kim Jong Woon membawa Hyemi pergi tanpa tahu mereka akan pulang jam
berapa?” tanya Narin semakin membulatkan kedua matanya.
Kali
ini giliran Jungsoo yang menautkan kedua alisnya, bingung dengan sikap Narin
yang menunjukkan seolah-olah Kim Jong Woon adalah orang paling berbahaya di
dunia ini. Tapi, itu benar. Itulah kenyataannya. Kim Jong Woon bukanlah orang
yang bisa dikenal sisi lainnya semudah itu.
“Hey…
Hey… Hyemi akan baik-baik saja,” ujar Jungsoo.
Narin
menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia membungkukkan badannya dalam dan pamit
pulang dengan masih menyimpan rasa khawatir pada sahabatnya yang masih bersama
Jongwoon.
“Aneh
sekali,” gumam Jungsoo.
** ** **
(Jung Na Rin POV)
Aku
menginjak gas mobilku dalam-dalam, membuat mobilku berjalan membelah jalan raya
dengan kecepatan seperti orang kesetanan. Aku tidak habis pikir Jungsoo-oppa akan membiarkan adiknya bersama
seorang namja yang paling berbahaya
tanpa membatasi waktu. Apa dia tidak takut terjadi apa-apa pada Hyemi? Kekhawatiranku
itu terus berulang-ulang di pikiranku, membuatku tidak bisa berkonsenterasi
untuk menyetir.
CKIITT!!
Tanpa
sadar, aku menginjak rem secara tiba-tiba. Nafasku sedikit tersengal, seperti
baru saja lolos dari lingkaran maut yang jika terlambat sedetik saja, maka
nyawaku akan hilang. Kulihat beberapa pengendara berteriak marah padaku yang
mengerem mobilku secara tiba-tiba.
“Kau
mau mati, hah?!!!” teriak seorang ahjussi
yang mengendarai mobil silver di sebelah mobilku.
“Mi..mianhaeyo, Ahjussi. Mianhae…” kataku
meminta maaf pada pengendara-pengendara yang berteriak kesal sekaligus marah
padaku.
Aku
memijat pelipisku, mencoba mengurangi rasa pusing yang perlahan-lahan masuk ke
kepalaku. Ya Tuhan… Aku mohon, jangan biarkan Hyemi menjadi milik Kim Jong
Woon… Dia sahabatku, dan aku tidak mau Kim Jong Woon mempermainkannya. Aku
takut.. Aku takut hal yang paling kutakutkan itu akan terjadi pada Park Hye Mi.
“Omona..” gumamku kemudian saat baru
menyadari apa yang kupikirkan saat ini.
Tidak…
Hal itu tidak akan terjadi Park Hye Mi. Ya.. Hal itu, masa laluku itu, tidak
mungkin akan terjadi pada Park Hye Mi. Hyemi tidak mungkin akan luluh pada
Jongwoon. Ya, benar. Lalu, apa yang kau takutkan, Jung Na Rin? Dasar bodoh…
Beberapa
detik setelah pikiranku mulai jernih, aku kembali menjalankan mobilku ke sebuah
bukit yang sedikit jauh dari pusat kota. Suasananya masih seperti terakhir kali
aku ke sini. Masih sepi. Dan hanya tempat itu yang terlihat dari kejauhan.
Kutepikan mobilku di bawah pohon, lalu keluar dari sana dan berjalan menuju
sebuah tempat di tengah bukit. Angin-angin berhembus cukup kencang, seolah
mengiringi langkahku menuju sebuah tempat yang menjadi saksi.. Sebagai bukti
salah satu dosa terbesar seorang Kim Jong Woon.
Aku
berjongkok di sisi sebuah gundukan tanah dengan batu nisan yang bertuliskan
sebuah nama. Nama orang yang sangat kurindukan kehadirannya dan tidak mungkin
akan kembali ke dunia ini.
Jung Na Ra
15 September 1985 – 6 Februari 2007
“Nara-eonnie…”
** ** **
(Park Hye Mi POV)
“Aku
mau pulaaaaanggg!!!” teriakku frustasi saat namja
playboy ini terus mengendarai mobilnya membelah jalanan yang berlawanan dengan
arah rumahku. “Yaak!! KIM JONG WOON!! AKU MAU PULAAANGGG!!!” teriakku lagi kali
ini tepat di telinga kanannya.
“Yaak!!”
gerutunya kesal, lalu menjauhkan telinganya dariku. “Kau bisa membuatku tuli!”
“Cih,
biar saja telingamu itu tuli!!”
“Mwoya? Andwae! Kalau aku tuli, aku tidak akan bisa mendengar suaramu yang
merdu itu,” ujarnya sambil mengembangkan senyum menggoda dan menaik-turunkan
kedua alisnya. Cih, playboy syndrome-nya keluar lagi.
“Yaak!
Hentikan! Aku tidak akan mempan dengan rayuanmu, kau tahu?!!!” ujarku jengah
sambil memukul kepalanya yang besar itu.
“Aissh…
Jinjja? Kurasa kau tidak bisa
berkutik saat aku menciummu tadi,” katanya sambil tersenyum aneh dan setengah
menerawang.
Sialan,
dia membuat wajahku panas!! Ah, tidak, hatiku juga panas sekarang! Aaarrgghhh!!
“Yaak,
geumanhae!!” ujarku.
“Aaah,
wajahmu merah sekali!” ujarnya puas sambil tergelak.
Awas
kau, Kim Jong Woon!!
** ** **
(Author POV)
Jongwoon
menghentikan mobilnya tepat di depan rumah keluarga Park. Sudah menjadi
kewajibannya untuk mengantar pulang putri keluarga Park yang ia bawa pergi
dengan paksa hingga malam seperti ini.
Saat namja itu menoleh ke samping kanannya, ia
baru menyadari Hyemi yang sedang tertidur. Bagaimana tidak? Selama dua jam ia
membawa yeoja itu pergi mengelilingi
kota Seoul tanpa tujuan jelas setelah membawanya ke pantai. Wajar saja jika yeoja itu kelelahan sekarang.
“Kau
memimpikanku?” bisik Jongwoon tepat di telinga kiri Hyemi. Dengan secepat kilat
ia mengecup pipi kiri yeoja itu dan
membuatnya terbangun.
“Sudah
sampai,” ujar Jongwoon dengan santai sambil membukakan seat belt Hyemi seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
“Eoh?”
ucap Hyemi yang kesadarannya masih belum terkumpul sepenuhnya sambil menggosok
kedua matanya.
“Sudah
sampai,” ulang Jongwoon. “Kau ingin aku menggendongmu sampai ke dalam kamarmu,
hm?” godanya.
Hyemi
mendelik. “No, thanks.”
Ia
segera keluar dari mobil dan tidak lupa menutup pintunya dengan keras, membuat
Jongwoon sedikit terlonjak kaget dan bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang
nona Park yang memiliki tubuh kecil itu bisa membuat pintu mobilnya hampir
lepas?
“Hey…
Good night, Honey!” ujar Jongwoon
sedikit berteriak saat Hyemi baru saja akan memasuki rumahnya.
Hyemi
menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir tanpa membalas ucapan selamat
tidur dari Jongwoon atau hanya sekedar menoleh. Ia berpikir, jika ia
memerdulikan namja itu, maka namja itu akan semakin sering
mengganggunya. Yang harus ia lakukan sekarang sangat sederhana, menghindar dari
makhluk(?) bernama Kim Jong Woon itu.
** ** **
“Baru
pulang, Hyung?” tanya Sungmin saat
mendapati sosok Jongwoon yang berjalan santai memasuki rumah menuju tangga.
“Hey,
my dearest cousin!” sapa Jongwoon
santai seraya berbalik dan menghampiri Sungmin.
“Kau
baru pulang, Hyung?” tanya Sungmin
lagi, mengulangi pertanyaan yang sama.
Jongwoon
mengangguk enteng.
“Dari
mana?”
“Mengantar
Park Hye Mi pulang,” jawab Jongwoon sambil tersenyum puas dan dengan penekanan
pada kata ‘Park Hye Mi’, seolah-olah ia ingin pamer pada sepupunya itu bahwa ia
baru saja berhasil membawa pergi pujaan hati Sungmin.
“Mwo? Jam segini?” tanya Sungmin seolah
tak percaya sambil melirik jam tangannya. Jam delapan malam.
“Ne, apa ada masalah?” tanya Jongwoon
dengan nada yang sama, seakan-akan yang dilakukannya adalah hal yang biasa.
“Hyung, Hyemi tidak seperti yeoja-yeoja-mu yang lain. Dia yeoja baik-baik dan..”
“Dan?”
ucap Jongwoon dingin memotong ucapan Sungmin.
“Dan…”
Sungmin menggantungkan kalimatnya. Ia menghembuskan nafasnya perlahan dan mulai
melanjutkan ucapannya dengan mimik wajah nada bicara serius. “Aku harap kau
tidak memperlakukannya seperti yeoja-yeoja-mu.”
Sudut
bibir Jongwoon tertarik ke atas, membentuk seringai. “Apa ada urusannya
denganmu? Apa kau namjachingu-nya?
Apa kau kakaknya? Apa kau… Ah! Aku baru ingat! Kau secret admirer-nya!” ujar Jongwoon dengan senyum puas yang
mengembang di bibirnya pada akhir kalimat. “Kau memuja Park Hye Mi yang bahkan
tidak pernah tahu dan––aku rasa––tidak akan bersedia untuk membalas
perasaanmu,” lanjutnya lagi yang membuat emosi Sungmin merangkak naik.
“Dengar,
Saeng.. Kurasa ini sedikit berat
bagimu karena kau harus bersaing denganku. Dan satu hal yang perlu
kuingatkan..” Jongwoon mendekatkan wajahnya pada wajah Sungmin dan berbisik di
sebelah telinganya pelan namun tajam. “Tujuan utamaku mendekatinya hanya untuk
menyakitinya. Just it…”
Sekali
lagi Sungmin merasakan detak jantungnya melebihi detak jantung normal pada
umumnya dan untuk kesekian kalinya ia melihat senyum puas yang terkesan licik
di bibir hyung-nya itu. Entah sudah
yang keberapa kali, seorang Lee Sung Min merasa takut bercampur khawatir saat
kedua matanya menangkap seringai di sudut bibir Jongwoon.
** ** **
“Oppa!!! Sudah berapa kali kuingatkan?
Jangan biarkan Kim Jong Woon ‘menculikku’!!” teriak Hyemi frustasi sambil
menghentak-hentakkan kedua kakinya sementara Jungsoo dengan tenang menghabiskan
tehnya seperti pagi-pagi sebelumnya.
“Bagaimana
bisa disebut menculik kalau pada kenyataannya dia sudah meminta izin dariku, Saeng-ah?” tanya Jungsoo dengan wajah
malaikatnya yang sudah membuat emosi Hyemi naik ke atas kepala.
“Dan
kau mengizinkannya?”
“Tentu
saja,” jawab Jungsoo enteng. “Mana mungkin aku menolak izin baik darinya.”
“Justru
itu!” Hyemi menyingkirkan roti dan teh yang baru saja akan kakaknya itu lahap
dari hadapannya dan menekankan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. “Aku
tidak pernah setuju dengan ajakannya!”
“Tapi
pada akhirnya kau pergi bersamanya juga, kan?” tanya Jungsoo sambil melipat
kedua tangannya di depan dada.
“Aku
tidak akan mau pergi dengannya kalau saja dia tidak mengetahui titik
kelemahanku, Oppa!” sanggah Hyemi.
Jungsoo
menghembuskan nafasnya perlahan. Ia sudah lelah berdebat dengan adik
satu-satunya ini.
“Sebaiknya
kau segera pergi ke kampus, Hyemi-ah,” ujar Jungsoo seraya beranjak dari
kursinya dan berjalan menuju kamarnya. Ia bahkan melupakan sarapan yang sudah
menunggu untuk ia lahap.
“Yaak,
Oppa!! Aku belum selesai bicara!”
Tapi
percuma, sekeras apapun Hyemi berteriak, Jungsoo tetap melangkahkan kakinya ke
lantai atas, menuju kamarnya tanpa memedulikan teriakan saeng-nya itu. Sekarang tinggal Hyemi yang menggerutu pelan.
“Awas
kau, Jongwoon-ah…” desisnya pelan.
“Kau
memanggilku?” ucap sebuah suara dari belakang Hyemi.
Gadis
itu menoleh dan sontak membulatkan kedua matanya saat mendapati sesosok namja yang dengan santainya melahap roti
yang awalnya menjadi santapan Jungsoo.
“K..kau
di sini? Sedang apa kau di sini?” tanya Hyemi masih dalam efek keterkejutannya.
Jongwoon
mengendikkan kedua bahunya santai sambil terus melahap makanan yang tidak jadi
Jungsoo santap.
“Kau
tidak lihat? Aku sedang makan,” katanya santai.
“YA!
Itu makanan oppa-ku!” seru Hyemi
seakan tidak rela makanan kakaknya dimakan oleh makhluk abstrak(?) ini. *author
dijitak Clouds*
Jongwoon
memutar kedua bola matanya sambil menarik sudut bibirnya ke satu arah membentuk
sebuah seringai yang Hyemi sudah bosan melihatnya. Ia masih terus melahap
makanan di depannya, tidak memedulikan tatapan Hyemi yang seakan ingin
menelannya.
“Tidak
ada larangan di sini dan tidak tertulis ‘Ini
makanan Park Jung Soo, jadi jangan berani menyentuhnya kecuali kalau kau ingin
ditelan Park Hye Mi’ di roti ini. Jadi aku boleh memakannya, kan?” ujar
Jongwoon lagi kali ini dengan sikapnya yang lebih cuek.
“Kau
tidak mengerti sopan santun, ya?! Ini bukan rumahmu, tahu!” seru Hyemi.
“Tapi
ini rumah keluarga Park. Dan aku sudah mengenal baik dengan seluruh anggota
keluarga ini.”
Hyemi
mendengus. “Ya, kau memang mengenal baik dengan seluruh anggota keluargaku,
kecuali aku. Jangan lupakan itu!”
Jongwoon
meneguk teh yang ada di dekatnya, lalu tersenyum lebar.
“Kalau
begitu ayo kita pergi!” ajaknya riang seperti anak kecil yang sudah tidak sabar
untuk segera pergi ke taman bermain bersama ibunya.
Ia
mengelap teh yang masih tersisa di sudut bibirnya dengan punggung tangannya,
lalu kembali menatap Hyemi dengan kedua matanya yang berbinar-binar sambil
memamerkan susunan giginya yang rapi.
“Mwo? Pergi lagi? Untuk apa?” tanya Hyemi
jengah.
“Supaya
kita bisa saling mengenal satu sama lain dengan baik,” jawab Jongwoon polos.
Sejenak
Hyemi berpikir, apa namja ini
benar-benar sepolos ini atau ini hanya perasaannya saja? Mana mungkin ada
playboy sepolos ini, iya kan?
“Cih,
tidak perlu.”
Hyemi
beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu depan setelah menggendong tas
ranselnya di punggung. Tapi dengan cepat Jongwoon ikut beranjak dari kursinya
dan menyusul langkah Hyemi.
“Kalau
begitu kuantar kau ke kampus,” tawar Jongwoon dengan menyunggingkan senyum
khasnya.
“Tidak
usah,” tolak Hyemi cepat.
“Kau
tidak merepotkanku.”
“Kapan
aku bilang aku merepotkanmu?”
Jongwoon
menelan ludahnya sambil berpikir untuk bisa pergi bersama yeoja keras kepala ini tanpa penolakan mentah-mentah seperti
sebelumnya.
“Kuantar
kau ke kampus, atau kau kucium,” ujar Jongwoon datar.
“Mwo? Shireo!!!” seru Hyemi dengan pandangannya yang sudah
beralih pada Jongwoon dengan kedua matanya yang terbuka lebar.
“Kalau
begitu ayo kuantar.”
Dan
tanpa persetujuan dari si pemilik tangan, Jongwoon menggamit sebelah tangan
Hyemi dan berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah keluarga
Park.
** ** **
(Kim Jong Woon POV)
Akhirnya
aku bisa memaksa gadis keras kepala ini untuk diantar ke kampus olehku.
Ternyata meluluhkan hatinya tidak segampang yang kupikirkan sebelumnya. Jika
dulu aku akan mendapatkan yeoja yang
kuincar dengan satu strategi, maka berbeda dengan seorang Park Hye Mi. Ia akan
selalu menolak tawaranku mentah-mentah, membuatku bingung cara apa yang harus
kulakukan untuk mendapatkannya. Well,
bukan Kim Jong Woon namanya kalau harus menyerah secepat ini. Dan lagi pula,
aku sangat menyukai tantangan.
“Jongwoon-ah..”
panggilnya di tengah keheningan yang menyelimuti kami.
“Ne?” sahutku dengan kedua tangan yang
masih sibuk dengan kemudi.
“Kau
mengenal temanku?” tanyanya dengan tatapan ingin tahu yang ia lemparkan padaku.
“Nugu?” kataku balik bertanya.
“Jung
Na Rin..”
DEG!
Kenapa dia membahas yeoja sialan itu?
“Ah..
Na.. Narin..”
“Ne, kau mengenalnya?”
“Eh…
Dia…”
** ** **
(Park Hye Mi POV)
“Kau
mengenalnya?”
“Eh…
Dia…”
Aku
menunggu namja di sebelahku ini
melanjutkan ucapannya, menjawab pertanyaanku barusan. Meskipun aku sudah
berusaha untuk tetap bersikap wajar, tapi tetap saja kedua mataku sulit untuk
tidak menatapnya setajam ini. Aku penasaran ada hubungan apa namja ini dengan Narin sebenarnya?
Kenapa responnya aneh begini? Hanya menjawab ‘dia adik kelasku saat SMA dulu’
apa susahnya? Atau jangan-jangan ada yang disembunyikan dariku? Tapi apa, dan
kenapa Narin menyembunyikannya dariku?
“Dia
adik kelasku dulu. Wae?” katanya.
Meskipun sikapnya biasa saja, tapi ia tidak bisa menyembunyikan kesan gugup
dari suaranya yang sedikit bergetar.
“Ani. Hanya bertanya,” kataku seraya
mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang hampir tanpa cela namun tidak dapat
menandingi ketampanan oppa-ku itu (?)
“Jongwoon-ah..”
panggilku lagi.
Namja
itu menggumam pelan sambil menoleh ke arahku tanpa menghentikan kesibukan kedua
tangannya dari kemudi mobil.
“Aku
boleh bertanya sesuatu?” tanyaku. Rasanya aneh sekali bersikap sopan pada namja yang selalu membuatku jengkel ini.
Ia
tersenyum lembut, lalu menganggukan kepalanya sekali.
“Kenapa
kau memutuskan pacar-pacarmu?” tanyaku.
Ia
sedikit terkejut mendengar pertanyaanku itu, tapi sedetik kemudian ia bisa
menormalkan sikapnya kembali.
“For you..” jawabnya pelan, lalu kembali
mengukir senyumnya.
Dasar
namja ini…
“Untukku?”
tanyaku datar.
“Tentu
saja,” jawabnya. “Kalau kita ingin dianggap serius, maka kita harus
membuktikannya, bukan? Dan itu yang kulakukan untukmu.”
Untuk
beberapa detik aku terdiam setelah mendengar jawabannya. Sungguh di luar
perkiraanku. Namja aneh sekaligus
playboy ini bisa mengatakan hal yang menurutku sedikit bijak. Tapi apa buktinya
kalau semua yang ia lakukan tulus untukku?
“Kalau
aku tidak percaya dengan semua yang kau coba untuk buktikan padaku? Bagaimana?”
tanyaku lagi, sedikit menantangnya.
Ia
menarik sudut bibirnya, membuat senyum yang sedikit berbeda dari sebelumnya
muncul di bibir tipisnya.
“Aku
tidak akan menyerah. Park Hye Mi, I’ll
always chase you..” katanya tanpa menatapku.
Satu
hal yang tidak kau tahu, Kim Jong Woon.. Sekeras apapun kau berusaha, jika kau
masih menganggapku sebagai mainan kecilmu, maka kau tidak akan pernah
mendapatkan apa yang kau inginkan.
** ** **
(Author POV)
Seorang
yeoja menatap tajam tepat pada retina
mata namja yang berdiri dalam jarak
beberapa langkah di depannya. Namja
itu membalas tatapannya dengan tak kalah tajam. Kedua tangannya dimasukkan ke
dalam saku celananya dengan dagunya yang sedikit terangkat. Dengan sekali lihat
saja, orang akan tahu bagaimana watak namja
ini.
“Ada
apa?” tanyanya angkuh.
“Sudah
berapa kali kubilang, Oppa? Jangan
ganggu Park Hye Mi. Dia temanku, dan aku…” Yeoja
itu menghembuskan nafasnya pelan dan kembali melanjutkan ucapannya. “Aku tidak
mau sahabatku disakiti olehmu,” lanjutnya.
Namja
itu menyeringai lebar, lalu menatap yeoja
tadi dengan tatapan yang lebih tajam dari mata elang, seakan siap untuk segera
menelannya.
“Lalu,
apa yang akan kau lakukan untuk mencegahku, hah?” tanyanya meremehkan. Ia
berjalan selangkah ke arah yeoja itu.
Walau
tak bergeming, namun yeoja itu
sedikit terkejut dengan gerakan namja
itu.
“Apapun..”
jawab yeoja itu pelan namun dalam,
menandakan keseriusannya.
Sekali
lagi namja itu menyeringai dan maju
selangkah.
“Okay, coba buktikan.”
Yeoja
itu menarik nafasnya dalam. Lalu suaranya mulai terdengar dengan sangat pasti
dan yakin. “Berbeda seperti dulu, Kim Jong Woon-ssi. Kali ini aku tidak akan memohon, tapi aku memperingatkanmu.”
Jongwoon
kembali maju selangkah hingga membuat jarak mereka tak lagi sejauh tadi. Ia
terus maju sementara yeoja itu
melangkah mundur, sampai akhirnya Jongwoon menyudutkannya di dinding. Wajah yeoja itu tak lagi seputih tadi,
sekarang wajahnya sedikit memucat karena takut dengan segala kemungkinan yang
akan Jongwoon lakukan padanya.
“Kau
gadis pemberani yang pernah kukenal, Jung Narin,” ucapnya pelan tepat di
telinga Narin, membuat gadis itu sedikit bergidik mendengar suara berat
Jongwoon.
“Lalu
bagaimana dengan Nara-eonnie?”
tanyanya, membuat Jongwoon menjauhkan wajahnya dan menatap Narin tajam. “Apa
dia bukan gadis pemberani?” tanyanya lagi, kali ini dengan senyuman yang sulit
untuk diartikan.
“Jangan
sebut namanya,” desis Jongwoon. “Aku sudah mencoba untuk melupakannya, kau
tahu? Dan kau…” Jongwoon menghela nafasnya perlahan, lalu kembali melanjutkan
ucapannya. “Kau kembali mengingatkanku padanya.”
“Kau
tidak merindukannya, Oppa?”
Jongwoon
kembali menatap Narin, namun dengan tatapan yang tidak setajam tadi.
“Aku
bahkan tidak tahu bagaimana kabarnya,” ucap Jongwoon setengah menerawang.
Tapi
sedetik kemudian, Jongwoon kembali menatap tajam tepat pada retina Narin. Kedua
tangannya dengan cepat mencengkeram kedua bahu kecil Narin dengan kuat, membuat
gadis itu sedikit meringis kesakitan.
“Lepaskan..”
ucap Narin sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan Jongwoon pada kedua
bahunya.
Jongwoon
menggeleng. “Dengar.. Aku tidak akan pernah melepaskan apapun yang sudah
kudapatkan. Dan kau sendiri yang datang padaku dan mencari masalah denganku,”
katanya sambil menarik sudut bibirnya ke atas. Lagi-lagi seringai itu muncul di
bibirnya. “Sekarang.. rasakan akibatnya.”
Di
detik berikutnya, yang Narin lakukan hanyalah membelalakkan kedua matanya saat Jongwoon
memulai aksinya dengan sekali gerakan. Teriak. Hanya itu yang seharusnya bisa
Narin lakukan, namun di saat seperti ini ia tidak yakin apakah ada orang yang
bisa mendengar suaranya yang tercekat.
-To
be continued-
kurang panjang ih -,-
BalasHapusitu narinnya diapain? diperkosa? ('-')/
yadong ih~ -____-
Hapusauthor..
BalasHapusaku udah baca yg side story.a..
tp komen.a disini aja yya..
*ribet komen diblogger ttu..selalu ada verifikasi*
ketauan sih klo narin ttu benci sm jong woon.a apa..
tp kasian jong woon.a..kan gag sepenuh.a dy salah..
nara.a aja yg gag ngerti *kok jd belain jong woon gini? kkk~*
aigoo.. scene di pantai ttu rasa.a *pukul2 dada*
muahaha... nanti yaa tunggu konflik yg narin sama jongwoon keluar lagi pasti bakalan dijelasin semuanya..
Hapushuahahaha... yg di pantai itu aku lg ngayal aku sama kyuhyun oppa *digampar bolak balik*
xD
gomawo comment nya ^^