Pinky Love
By : Ifa Raneza
**
** **
“Lee Sungmin!!!”
teriak Nara murka saat kedua bola matanya tertuju pada kamarnya yang sudah
penuh dengan barang-barang serba pink, warna yang begitu dibencinya. Sementara
yang diteriaki hanya memamerkan cengirnya.
“Wae?” tanyanya tak berdosa.
Nara menggigit bibir
bawahnya, menahan amarahnya yang kalau meledak sudah bisa dipastikan Lee
Sungmin hanya tinggal nama saja.
“Apa-apaan ini?! Kau
apakan kamarku!?” teriak Nara tak terima dengan keadaan kamarnya yang berubah
menjadi dominan warna pink itu.
Kekesalan Nara
bertambah saat ia mendengar Sungmin terkekeh, hingga akhirnya mencapai puncak,
dan gadis itu sekarang ingin sekali mencekik leher putih di depannya itu kalau
saja ia tidak mengingat sanksi yang akan diberikan pada tindakan kriminal itu.
“Bukankah bagus?”
“Bagus apanya?!”
teriak Nara lagi. “Kau tahu kan aku benci warna pink?!”
“Tapi aku menyukainya.”
Nara mendengus kesal.
“Kau menyukainya dan aku membencinya!” teriak Nara sebelum pada akhirnya ia
membanting pintu kamarnya dan beranjak keluar rumah.
Ia harus menenangkan
dirinya dulu sebelum kembali bertatap muka dengan namja aegyeo pecinta warna pink itu.
Tapi sebelum Nara
sempat menyentuh gagang pintu, sebelah tangannya sudah dikunci oleh tangan
besar Sungmin.
“Mwo?! Apa lagi yang kauinginkan, Sungmin-ah?!!” teriak Nara.
“Aissh… Kau mau
membuat gendang telingaku pecah, hah?!”
“Biar saja telingamu
ini tuli!!” ujar Nara sambil menjewer sebelah telinga Sungmin hingga namja itu meringis kesakitan.
“Kau belum menjawab
pertanyaanku,” ujar Sungmin sambil menggembungkan pipinya.
“Pertanyaan yang
mana?” Nara balik bertanya.
“Yang tadi siang..
Kau mau tidak jadi pacarku?”
“Aaah.. yang itu.”
“Jadi apa jawabanmu?” tanya Sungmin antusias.
“Kau mau aku menjawab
jujur atau tidak?” Nara berbalik bertanya dengan jahil.
“Yaak, kau sudah
bosan hidup, hah?!” Kini giliran Sungmin menjewer telinga gadis itu. Tapi bedanya
ia menjewer kedua telinga Nara sekaligus.
“Yaak.. Appeu!”
“Jadi apa jawabanmu?”
tanya Sungmin lagi, kali ini dengan suara yang mulai serius.
“Bagaimana kalau
jawabannya ‘tidak’?” tanya Nara.
“Aku akan
menghujanimu dengan barang-barang serba pink lebih banyak lagi!” ujar Sungmin
dengan tatapan horror yang ia lemparkan pada Nara.
“Mwo? Itu pemaksaan namanya,” protes Nara sambil melipat kedua
tangannya di depan dada.
Sungmin menghela
nafasnya pelan, lalu ia memegang kedua pundak Nara dan menatap gadis itu
lekat-lekat.
“Jadi kau..
benar-benar ingin menolakku?” tanya Sungmin pelan. Ia sudah bisa menebak gadis
ini akan menolaknya mengingat Nara sangat membenci warna pink yang merupakan
warna yang selalu Sungmin agung-agungkan dalam kehidupannya.
“Kapan aku bilang
kalau aku menolakmu?” Lagi-lagi Nara berbalik bertanya.
“Mwo?”
“Aku menerimamu, Lee
Sungmin,” ucap Nara disertai dengan senyum manis di bibirnya. Manis sekali
sehingga membuat Sungmin tidak tahan untuk tidak segera menarik gadis itu ke
dalam pelukannya.
“Aku kira kau akan
menolakku,” gumam Sungmin dengan suaranya yang dibuat terdengar manja. “Nappeun yeoja,” ucap Sungmin sembari
melepaskan pelukannya dan menyentil pelan hidung Nara.
“Aww..”
Kini kedua orang itu
saling melemparkan senyum tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut kedua orang
itu.
Namun beberapa detik
kemudian.
“Jadi kau mau
kukirimkan pink teddy bear lagi,
Nara-ah?” tanya Sungmin jahil.
Sontak kedua bola
mata Nara membulat lebar.
“Mwo?!! Yaak… Lee Sungmin, kau mau kita putus sekarang, hah?!!”
teriak Nara murka.
“Mwo? Andwae!! Jangan
lakukan itu! Kita baru saja resmi pacaran beberapa menit yang lalu!!” sahut
Sungmin dengan volume yang menyamai volume suara Nara dengan raut wajah
ketidakrelaannya.
Sedetik kemudian yang
terdengar hanyalah tawa lepas keduanya.
“Saranghae, Park Nara…”
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar