Selasa, 02 Oktober 2012

Love or Obsession? [Part 3]





Title   : Love or Obsession? ––– Third Part

Author: Ifa Raneza

Cast   :
-Yesung (Kim Jong Woon)
-Park Hye Mi (OC)
-Lee Sung Min
-Jung Na Rin (OC)
-Leeteuk (Park Jung Soo)

Genre : Romance, Friendship


** ** **


“Indah, bukan?” tanya Jongwoon membuyarkan lamunan Hyemi.
Tatapan gadis itu beralih dari pasir putih tempatnya berpijak ke wajah Jongwoon. Lagi-lagi namja itu menunjukkan senyum manisnya yang mampu meluluhkan hati yeoja manapun, tapi sepertinya tidak dengan Hyemi yang sudah mengetahui sifat tersembunyi Jongwoon.

Hyemi tetap menatap Jongwoon datar.
“Kau tidak suka pantai ini?” tanya Jongwoon lagi tanpa menghapus senyumannya sedikitpun.
“Aku suka, tapi aku tidak menyukaimu,” jawab Hyemi tanpa menyembunyikan nada tajam yang terdengar dari suaranya.
Jongwoon terkekeh pelan. Ia mengalihkan pandangannya ke laut biru yang ada di depannya seraya menjatuhkan dirinya di pantai putih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Ia menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya, menghembuskan nafas perlahan dengan kedua mata yang terpejam.
“Saat kecil aku dan Sungmin pasti akan pergi ke pantai ini setiap hari minggu bersama orang tua kami,” ujarnya setengah menerawang tanpa mengalihkan tatapannya dari laut. “Tapi sepertinya sekarang tidak akan lagi bisa seperti dulu. Sekarang bukan orang tuaku atau Sungmin yang menemaniku ke pantai ini, tapi kau,” lanjutnya seraya melemparkan tatapan pada Hyemi yang masih berdiri tak jauh darinya.

Hyemi membulatkan kedua matanya lebar.
Mwo? Aku??” tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
Jongwoon semakin melebarkan senyumannya. Kemudian ia beranjak dan menghampiri Hyemi.
“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau membawaku kemari?” tanya Hyemi masih dengan suara dan nada bicaranya yang sama seperti yang biasa ia keluarkan untuk Jongwoon.
“Hanya untuk menemaniku. Apa itu salah?” jawab Jongwoon sekaligus melemparkan pertanyaan pada Hyemi.
Hyemi mengendikkan bahunya. “Kau punya pacar, Jongwoon-ah. Dan yang kutahu pacarmu ada dua sekarang,” ujarnya seraya membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya di atas pasir putih yang sedikit basah tanpa alas kaki.
Jongwoon mengikuti langkah gadis itu dari belakang dengan kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam saku celana.
“Aku sudah memutuskan mereka, asal kau tahu,” ujarnya yang tidak mendapat respon dari Hyemi sesuai dengan harapannya.
Hyemi menyeringai. “Apa itu penting untukku?” tanyanya tanpa menghentikan langkahnya atau hanya sekedar membalikkan tubuh agar mereka berhadapan.
“Kalau aku mengatakan sesuatu padamu, apa kau akan percaya kata-kataku?” tanya Jongwoon.
“Tergantung..” jawab Hyemi masih terus melangkahkan kakinya.
Jongwoon menghentikan langkahnya, lalu berkata, “I love you..”
Hyemi menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Saat itulah Jongwoon baru menyadari bahwa kata-katanya barusan tidak membuat Hyemi luluh atau jatuh ke dalam pesonanya.
“Aku tahu kau akan mengatakan itu,” ujar Hyemi sambil tersenyum meremehkan, lalu kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Jongwoon yang masih terdiam di tempatnya.

Well, Kim Jong Woon.. Ternyata ini tidak semudah yang kau kira, bukan?

Jongwoon menggeleng pelan, lalu bergumam, “Ini akan sangat sulit jika aku hanya berdiam diri…” Kemudian ia mulai berlari-lari kecil, berusaha menyusul Hyemi yang sudah berada jauh di depannya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Setelah sampai di belakang gadis itu, ia langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang Hyemi erat.
“Yaak! Apa yang kau lakukan?!” jerit Hyemi kaget saat merasakan pinggangnya sudah terkunci dengan kedua tangan Jongwoon.
Jongwoon terkekeh. Hyemi bisa mendengar dengan jelas kekehan namja itu dan hembusan nafasnya yang menyapu pelan telinga kanannya. Namja itu meletakkan kepalanya di pundak kanan Hyemi, dan tidak mengizinkan gadis itu untuk melepaskan diri.
“Kau sudah bosan hidup, hah?! Lepaskan aku!!” jerit Hyemi lagi, kali ini dengan suara yang lebih besar, membuat Jongwoon harus segera memeriksakan telinganya ke dokter THT. “Yaak, Kim Jong Woon!! Lepas–– Aaaa!!” Hyemi menendang kedua kakinya di udara saat Jongwoon mengangkat tubuh kecilnya hingga kedua kakinya tak menapak lagi di atas pasir putih.
“Turunkan aku!!” jerit Hyemi dengan nada yang terdengar sedikit memohon.
“Kau minta kulepaskan atau kuturunkan? Yang mana yang harus kulakukan sekarang?” tanya Jongwoon jahil tanpa menghentikan kekehannya.
Hyemi merengut. “Kau menyebalkan!” serunya yang membuat tawa Jongwoon meledak.
“Ini saatnya kita bersenang-senang, Nona Park!” ujarnya seraya membawa tubuh kecil Hyemi yang masih diangkatnya ke air laut dan menghempasnya pelan.

Sekarang celana jeans Hyemi sudah basah hingga bagian lutut, membuat gadis itu langsung mendelik Jongwoon dengan tatapan mematikannya. Tidak ada seorang pun yang berani merusak celana kesayangannya, dan sekarang Kim Jong Woon sudah berhasil membuatnya basah karena air laut.
“KIM JONG WOON!!!” jerit Hyemi murka.
Ia berlari ke arah Jongwoon yang juga sudah membenamkan kedua kakinya ke dalam air laut. Tanpa menghentikan tawanya, Jongwoon berlari menghindari Hyemi yang siap mendaratkan kepalan tangannya ke atas kepala besar(?) Jongwoon.
“Hei, kau tahu rasa air laut?” tanya Jongwoon jahil.
Lalu ia melemparkan air laut yang diambilnya dengan kedua telapak tangannya ke arah Hyemi. Hyemi menghapus air laut yang membasahi sebagian wajahnya. Well, seorang Kim Jong Woon sudah bosan hidup ternyata.
“Tanpa kau beri tahu pun aku sudah tahu! Rasanya asin!!” teriak Hyemi sambil membalas ulah Jongwoon dengan perlakuan yang sama.
Akhirnya mereka bermain air laut dengan sesekali tertawa atau berseru kesal saat air laut itu terjamah oleh indera pengecap mereka.

“Yaak… yaak… Aku menyerah!” ujar Jongwoon sambil melindungi wajahnya dari siraman air laut dari Hyemi.
“Aku tidak akan berhenti!” sahut Hyemi sambil terus menyiramkan air luat ke arah Jongwoon dengan kedua tangannya.
Jebal, hentikan! Aku menyerah!”
Hyemi menghampiri Jongwoon dan memukul kepalanya dengan sekali pukulan, melampiaskan kekesalan awalnya dan berkata, “Baiklah, aku hentikan.”
Jongwoon menarik sudut bibirnya ke satu arah, membentuk seringai yang selalu ia perlihatkan.
“Kena kau!” serunya sambil kembali melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Hyemi dengan erat, lalu mengangkatnya ke tepi pantai.
“Yaak… Dasar licik!”
Lagi-lagi Jongwoon terkekeh mendengar ucapan Hyemi, sementara Hyemi semakin dongkol dengan sikap namja setengah gila ini. “Lepaskan!” Hyemi memberontak di dalam gendongan Jongwoon, membuat namja itu sedikit kewalahan untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
“Jangan bergerak atau kita akan ja…” Belum sempat Jongwoon menyelesaikan perkataannya, ia sudah kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke atas pasir putih dengan Hyemi yang berada di atas tubuhnya.
“Sudah kubilang jangan bergerak,” gumam Jongwoon.
Tapi sesaat kemudian mereka larut dalam keheningan, hanya mata mereka yang berbicara. Entah mengapa saat itu Jongwoon baru menyadari ada sesuatu yang berbeda di dalam mata Hyemi. Sesuatu yang membuatnya semakin menginginkan gadis ini lebih dari apapun, seolah-olah Park Hye Mi adalah sesuatu yang membuatnya menjadi orang paling beruntung di dunia.

** ** **

(Kim Jong Woon POV)

Aku terus memusatkan tatapanku di kedua bola matanya, tepat di retinanya yang juga tertuju pada kedua mataku. Tidak ada yang terucap dari bibir kami, hanya mata kami yang terus saling menatap. Ia mulai mengangkat tubuhnya dari tubuhku dan melepaskan tangannya yang bertumpu di dadaku. Tapi dengan cepat aku menahan tangannya agar tetap bertumpu di dadaku. Ia tersentak dan menatapku bingung. Aku benar-benar menginginkan gadis ini.
Segera kuraih belakang kepalanya dengan tangan kananku sebelum ia berhasil menghindar. Kuraih cepat bibirnya dengan bibirku, mengecupnya dalam, menuangkan keinginanku akan dirinya dalam ciuman kami.
Ia tersentak dan berusaha lepas dariku. Tapi tenaganya kalah dari tenagaku, aku terus memeluknya erat dan mempertahankan agar tautan bibir kami tidak terlepas. Park Hye Mi, asal kau tahu. Aku tidak pernah melepaskan apa yang kuinginkan.

“Lep… lepas..” ucapnya di sela ciuman dengan sedikit desahan karena bibirnya masih terkunci oleh bibirku.
Bertolak belakang dengan permintaannya, aku terus menempelkan bibirku pada bibirnya, bahkan memperdalam ciumanku. Aku tidak akan melepaskan sesuatu yang sangat kuinginkan, Hyemi-ah. Jangan menyia-nyiakan tenagamu untuk lepas dariku.
Perlahan perasaanku untuk memilikinya semakin menguat. Lidahku mulai mencoba membuka mulutnya, tapi ia menutupnya dengan rapat. Sekuat apapun aku berusaha, ia tetap menutupnya, tidak mengizinkanku untuk lolos. Apa ini jawaban untuk apa yang sudah kunyatakan padanya?

Ia mendorong dadaku kuat dan membuat tautan bibir kami terlepas. Ia bangun dari tubuhku dengan nafas yang tersengal. Aku tidak sadar kami hampir kehabisan nafas tadi.
Pabo!” ujarnya sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Ia berbalik dan hendak meninggalkanku yang masih terduduk di atas pasir pantai. Tapi sebelum ia melangkah menjauh, ia kembali berbalik. Ia mendekatiku dan mendaratkan pukulannya di atas kepalaku.
“Aaww!”
“Itu balasan untuk orang yang sudah mencuri ciumanku!” ujarnya seraya berbalik dan melangkah menjauh dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Aku masih terdiam dalam posisiku. Park Hye Mi… Aku sudah tidak sabar untuk membuatnya jatuh ke dalam pelukanku.


** ** **


(Author POV)

Mwo? Hyemi pergi?” tanya Narin tak percaya saat Jungsoo baru saja berkata bahwa Hyemi sedang tidak berada di rumah karena diseret pergi oleh Kim Jong Woon. Dan tentu saja Narin semakin tak habis pikir saat tahu Jungsoo mengizinkan adik kesayangannya itu pergi bersama orang paling berbahaya bagi Narin.
“Mereka pergi ke mana, Oppa?” tanya Narin sedikit segan pada Jungsoo yang masih menatapnya ringan.
Jungsoo mengendikkan kedua bahunya. “Molla,” jawabnya singkat.
Narin semakin mengerutkan dahinya, tak habis pikir dengan sikap cuek Jungsoo terhadap adiknya sendiri yang kini sedang bersama Si Penjahat Cinta(?). ‘Apa dia tidak takut terjadi apa-apa pada Hyemi?’ pikir Narin bingung.
“Kurasa Kim Jong Woon cukup bisa diandalkan. Dia tidak mungkin berbuat yang aneh-aneh,” ujar Jungsoo sambil mengibaskan sebelah tangannya, seolah masalah Hyemi dan Jongwoon bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan.
Narin tersenyum kecut. ‘Kau belum mengenalnya dengan baik, Oppa.’ Ya, sampai detik ini hanya Narin yang mengenal Jongwoon dengan baik. Hanya dia yang tahu seberbahaya apa seorang Kim Jong Woon. Dialah satu-satunya orang yang memegang kisah masa lalu kelam seorang Kim Jong Woon.
“Kapan Hyemi akan pulang?” tanya Narin setelah beberapa detik tenggelam dalam lamunannya sendiri.
Lagi-lagi Jungsoo mengendikkan kedua bahunya.
“Kau membiarkan Kim Jong Woon membawa Hyemi pergi tanpa tahu mereka akan pulang jam berapa?” tanya Narin semakin membulatkan kedua matanya.
Kali ini giliran Jungsoo yang menautkan kedua alisnya, bingung dengan sikap Narin yang menunjukkan seolah-olah Kim Jong Woon adalah orang paling berbahaya di dunia ini. Tapi, itu benar. Itulah kenyataannya. Kim Jong Woon bukanlah orang yang bisa dikenal sisi lainnya semudah itu.
“Hey… Hey… Hyemi akan baik-baik saja,” ujar Jungsoo.
Narin menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia membungkukkan badannya dalam dan pamit pulang dengan masih menyimpan rasa khawatir pada sahabatnya yang masih bersama Jongwoon.
“Aneh sekali,” gumam Jungsoo.


** ** **

(Jung Na Rin POV)

Aku menginjak gas mobilku dalam-dalam, membuat mobilku berjalan membelah jalan raya dengan kecepatan seperti orang kesetanan. Aku tidak habis pikir Jungsoo-oppa akan membiarkan adiknya bersama seorang namja yang paling berbahaya tanpa membatasi waktu. Apa dia tidak takut terjadi apa-apa pada Hyemi? Kekhawatiranku itu terus berulang-ulang di pikiranku, membuatku tidak bisa berkonsenterasi untuk menyetir.
CKIITT!!
Tanpa sadar, aku menginjak rem secara tiba-tiba. Nafasku sedikit tersengal, seperti baru saja lolos dari lingkaran maut yang jika terlambat sedetik saja, maka nyawaku akan hilang. Kulihat beberapa pengendara berteriak marah padaku yang mengerem mobilku secara tiba-tiba.
“Kau mau mati, hah?!!!” teriak seorang ahjussi yang mengendarai mobil silver di sebelah mobilku.
Mi..mianhaeyo, Ahjussi. Mianhae…” kataku meminta maaf pada pengendara-pengendara yang berteriak kesal sekaligus marah padaku.

Aku memijat pelipisku, mencoba mengurangi rasa pusing yang perlahan-lahan masuk ke kepalaku. Ya Tuhan… Aku mohon, jangan biarkan Hyemi menjadi milik Kim Jong Woon… Dia sahabatku, dan aku tidak mau Kim Jong Woon mempermainkannya. Aku takut.. Aku takut hal yang paling kutakutkan itu akan terjadi pada Park Hye Mi.

Omona..” gumamku kemudian saat baru menyadari apa yang kupikirkan saat ini.
Tidak… Hal itu tidak akan terjadi Park Hye Mi. Ya.. Hal itu, masa laluku itu, tidak mungkin akan terjadi pada Park Hye Mi. Hyemi tidak mungkin akan luluh pada Jongwoon. Ya, benar. Lalu, apa yang kau takutkan, Jung Na Rin? Dasar bodoh…

Beberapa detik setelah pikiranku mulai jernih, aku kembali menjalankan mobilku ke sebuah bukit yang sedikit jauh dari pusat kota. Suasananya masih seperti terakhir kali aku ke sini. Masih sepi. Dan hanya tempat itu yang terlihat dari kejauhan. Kutepikan mobilku di bawah pohon, lalu keluar dari sana dan berjalan menuju sebuah tempat di tengah bukit. Angin-angin berhembus cukup kencang, seolah mengiringi langkahku menuju sebuah tempat yang menjadi saksi.. Sebagai bukti salah satu dosa terbesar seorang Kim Jong Woon.

Aku berjongkok di sisi sebuah gundukan tanah dengan batu nisan yang bertuliskan sebuah nama. Nama orang yang sangat kurindukan kehadirannya dan tidak mungkin akan kembali ke dunia ini.

Jung Na Ra
15 September 1985 – 6 Februari 2007

“Nara-eonnie…”


** ** **

(Park Hye Mi POV)

“Aku mau pulaaaaanggg!!!” teriakku frustasi saat namja playboy ini terus mengendarai mobilnya membelah jalanan yang berlawanan dengan arah rumahku. “Yaak!! KIM JONG WOON!! AKU MAU PULAAANGGG!!!” teriakku lagi kali ini tepat di telinga kanannya.
“Yaak!!” gerutunya kesal, lalu menjauhkan telinganya dariku. “Kau bisa membuatku tuli!”
“Cih, biar saja telingamu itu tuli!!”
Mwoya? Andwae! Kalau aku tuli, aku tidak akan bisa mendengar suaramu yang merdu itu,” ujarnya sambil mengembangkan senyum menggoda dan menaik-turunkan kedua alisnya. Cih, playboy syndrome-nya keluar lagi.
“Yaak! Hentikan! Aku tidak akan mempan dengan rayuanmu, kau tahu?!!!” ujarku jengah sambil memukul kepalanya yang besar itu.
“Aissh… Jinjja? Kurasa kau tidak bisa berkutik saat aku menciummu tadi,” katanya sambil tersenyum aneh dan setengah menerawang.
Sialan, dia membuat wajahku panas!! Ah, tidak, hatiku juga panas sekarang! Aaarrgghhh!!
“Yaak, geumanhae!!” ujarku.
“Aaah, wajahmu merah sekali!” ujarnya puas sambil tergelak.
Awas kau, Kim Jong Woon!!

** ** **

(Author POV)

Jongwoon menghentikan mobilnya tepat di depan rumah keluarga Park. Sudah menjadi kewajibannya untuk mengantar pulang putri keluarga Park yang ia bawa pergi dengan paksa hingga malam seperti ini.
Saat namja itu menoleh ke samping kanannya, ia baru menyadari Hyemi yang sedang tertidur. Bagaimana tidak? Selama dua jam ia membawa yeoja itu pergi mengelilingi kota Seoul tanpa tujuan jelas setelah membawanya ke pantai. Wajar saja jika yeoja itu kelelahan sekarang.
“Kau memimpikanku?” bisik Jongwoon tepat di telinga kiri Hyemi. Dengan secepat kilat ia mengecup pipi kiri yeoja itu dan membuatnya terbangun.
“Sudah sampai,” ujar Jongwoon dengan santai sambil membukakan seat belt Hyemi seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
“Eoh?” ucap Hyemi yang kesadarannya masih belum terkumpul sepenuhnya sambil menggosok kedua matanya.
“Sudah sampai,” ulang Jongwoon. “Kau ingin aku menggendongmu sampai ke dalam kamarmu, hm?” godanya.
Hyemi mendelik. “No, thanks.”
Ia segera keluar dari mobil dan tidak lupa menutup pintunya dengan keras, membuat Jongwoon sedikit terlonjak kaget dan bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang nona Park yang memiliki tubuh kecil itu bisa membuat pintu mobilnya hampir lepas?
“Hey… Good night, Honey!” ujar Jongwoon sedikit berteriak saat Hyemi baru saja akan memasuki rumahnya.
Hyemi menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir tanpa membalas ucapan selamat tidur dari Jongwoon atau hanya sekedar menoleh. Ia berpikir, jika ia memerdulikan namja itu, maka namja itu akan semakin sering mengganggunya. Yang harus ia lakukan sekarang sangat sederhana, menghindar dari makhluk(?) bernama Kim Jong Woon itu.

** ** **

“Baru pulang, Hyung?” tanya Sungmin saat mendapati sosok Jongwoon yang berjalan santai memasuki rumah menuju tangga.
“Hey, my dearest cousin!” sapa Jongwoon santai seraya berbalik dan menghampiri Sungmin.
“Kau baru pulang, Hyung?” tanya Sungmin lagi, mengulangi pertanyaan yang sama.
Jongwoon mengangguk enteng.
“Dari mana?”
“Mengantar Park Hye Mi pulang,” jawab Jongwoon sambil tersenyum puas dan dengan penekanan pada kata ‘Park Hye Mi’, seolah-olah ia ingin pamer pada sepupunya itu bahwa ia baru saja berhasil membawa pergi pujaan hati Sungmin.
Mwo? Jam segini?” tanya Sungmin seolah tak percaya sambil melirik jam tangannya. Jam delapan malam.
Ne, apa ada masalah?” tanya Jongwoon dengan nada yang sama, seakan-akan yang dilakukannya adalah hal yang biasa.
Hyung, Hyemi tidak seperti yeoja-yeoja-mu yang lain. Dia yeoja baik-baik dan..”
“Dan?” ucap Jongwoon dingin memotong ucapan Sungmin.
“Dan…” Sungmin menggantungkan kalimatnya. Ia menghembuskan nafasnya perlahan dan mulai melanjutkan ucapannya dengan mimik wajah nada bicara serius. “Aku harap kau tidak memperlakukannya seperti yeoja-yeoja-mu.”
Sudut bibir Jongwoon tertarik ke atas, membentuk seringai. “Apa ada urusannya denganmu? Apa kau namjachingu-nya? Apa kau kakaknya? Apa kau… Ah! Aku baru ingat! Kau secret admirer-nya!” ujar Jongwoon dengan senyum puas yang mengembang di bibirnya pada akhir kalimat. “Kau memuja Park Hye Mi yang bahkan tidak pernah tahu dan––aku rasa––tidak akan bersedia untuk membalas perasaanmu,” lanjutnya lagi yang membuat emosi Sungmin merangkak naik.
“Dengar, Saeng.. Kurasa ini sedikit berat bagimu karena kau harus bersaing denganku. Dan satu hal yang perlu kuingatkan..” Jongwoon mendekatkan wajahnya pada wajah Sungmin dan berbisik di sebelah telinganya pelan namun tajam. “Tujuan utamaku mendekatinya hanya untuk menyakitinya. Just it…”
Sekali lagi Sungmin merasakan detak jantungnya melebihi detak jantung normal pada umumnya dan untuk kesekian kalinya ia melihat senyum puas yang terkesan licik di bibir hyung-nya itu. Entah sudah yang keberapa kali, seorang Lee Sung Min merasa takut bercampur khawatir saat kedua matanya menangkap seringai di sudut bibir Jongwoon.

** ** **

Oppa!!! Sudah berapa kali kuingatkan? Jangan biarkan Kim Jong Woon ‘menculikku’!!” teriak Hyemi frustasi sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya sementara Jungsoo dengan tenang menghabiskan tehnya seperti pagi-pagi sebelumnya.
“Bagaimana bisa disebut menculik kalau pada kenyataannya dia sudah meminta izin dariku, Saeng-ah?” tanya Jungsoo dengan wajah malaikatnya yang sudah membuat emosi Hyemi naik ke atas kepala.
“Dan kau mengizinkannya?”
“Tentu saja,” jawab Jungsoo enteng. “Mana mungkin aku menolak izin baik darinya.”
“Justru itu!” Hyemi menyingkirkan roti dan teh yang baru saja akan kakaknya itu lahap dari hadapannya dan menekankan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. “Aku tidak pernah setuju dengan ajakannya!”
“Tapi pada akhirnya kau pergi bersamanya juga, kan?” tanya Jungsoo sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Aku tidak akan mau pergi dengannya kalau saja dia tidak mengetahui titik kelemahanku, Oppa!” sanggah Hyemi.
Jungsoo menghembuskan nafasnya perlahan. Ia sudah lelah berdebat dengan adik satu-satunya ini.
“Sebaiknya kau segera pergi ke kampus, Hyemi-ah,” ujar Jungsoo seraya beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya. Ia bahkan melupakan sarapan yang sudah menunggu untuk ia lahap.
“Yaak, Oppa!! Aku belum selesai bicara!”
Tapi percuma, sekeras apapun Hyemi berteriak, Jungsoo tetap melangkahkan kakinya ke lantai atas, menuju kamarnya tanpa memedulikan teriakan saeng-nya itu. Sekarang tinggal Hyemi yang menggerutu pelan.
“Awas kau, Jongwoon-ah…” desisnya pelan.
“Kau memanggilku?” ucap sebuah suara dari belakang Hyemi.
Gadis itu menoleh dan sontak membulatkan kedua matanya saat mendapati sesosok namja yang dengan santainya melahap roti yang awalnya menjadi santapan Jungsoo.
“K..kau di sini? Sedang apa kau di sini?” tanya Hyemi masih dalam efek keterkejutannya.
Jongwoon mengendikkan kedua bahunya santai sambil terus melahap makanan yang tidak jadi Jungsoo santap.
“Kau tidak lihat? Aku sedang makan,” katanya santai.
“YA! Itu makanan oppa-ku!” seru Hyemi seakan tidak rela makanan kakaknya dimakan oleh makhluk abstrak(?) ini. *author dijitak Clouds*
Jongwoon memutar kedua bola matanya sambil menarik sudut bibirnya ke satu arah membentuk sebuah seringai yang Hyemi sudah bosan melihatnya. Ia masih terus melahap makanan di depannya, tidak memedulikan tatapan Hyemi yang seakan ingin menelannya.
“Tidak ada larangan di sini dan tidak tertulis ‘Ini makanan Park Jung Soo, jadi jangan berani menyentuhnya kecuali kalau kau ingin ditelan Park Hye Mi’ di roti ini. Jadi aku boleh memakannya, kan?” ujar Jongwoon lagi kali ini dengan sikapnya yang lebih cuek.
“Kau tidak mengerti sopan santun, ya?! Ini bukan rumahmu, tahu!” seru Hyemi.
“Tapi ini rumah keluarga Park. Dan aku sudah mengenal baik dengan seluruh anggota keluarga ini.”
Hyemi mendengus. “Ya, kau memang mengenal baik dengan seluruh anggota keluargaku, kecuali aku. Jangan lupakan itu!”
Jongwoon meneguk teh yang ada di dekatnya, lalu tersenyum lebar.
“Kalau begitu ayo kita pergi!” ajaknya riang seperti anak kecil yang sudah tidak sabar untuk segera pergi ke taman bermain bersama ibunya.
Ia mengelap teh yang masih tersisa di sudut bibirnya dengan punggung tangannya, lalu kembali menatap Hyemi dengan kedua matanya yang berbinar-binar sambil memamerkan susunan giginya yang rapi.
Mwo? Pergi lagi? Untuk apa?” tanya Hyemi jengah.
“Supaya kita bisa saling mengenal satu sama lain dengan baik,” jawab Jongwoon polos.
Sejenak Hyemi berpikir, apa namja ini benar-benar sepolos ini atau ini hanya perasaannya saja? Mana mungkin ada playboy sepolos ini, iya kan?
“Cih, tidak perlu.”
Hyemi beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu depan setelah menggendong tas ranselnya di punggung. Tapi dengan cepat Jongwoon ikut beranjak dari kursinya dan menyusul langkah Hyemi.
“Kalau begitu kuantar kau ke kampus,” tawar Jongwoon dengan menyunggingkan senyum khasnya.
“Tidak usah,” tolak Hyemi cepat.
“Kau tidak merepotkanku.”
“Kapan aku bilang aku merepotkanmu?”
Jongwoon menelan ludahnya sambil berpikir untuk bisa pergi bersama yeoja keras kepala ini tanpa penolakan mentah-mentah seperti sebelumnya.
“Kuantar kau ke kampus, atau kau kucium,” ujar Jongwoon datar.
Mwo? Shireo!!!”  seru Hyemi dengan pandangannya yang sudah beralih pada Jongwoon dengan kedua matanya yang terbuka lebar.
“Kalau begitu ayo kuantar.”
Dan tanpa persetujuan dari si pemilik tangan, Jongwoon menggamit sebelah tangan Hyemi dan berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah keluarga Park.

** ** **

(Kim Jong Woon POV)

Akhirnya aku bisa memaksa gadis keras kepala ini untuk diantar ke kampus olehku. Ternyata meluluhkan hatinya tidak segampang yang kupikirkan sebelumnya. Jika dulu aku akan mendapatkan yeoja yang kuincar dengan satu strategi, maka berbeda dengan seorang Park Hye Mi. Ia akan selalu menolak tawaranku mentah-mentah, membuatku bingung cara apa yang harus kulakukan untuk mendapatkannya. Well, bukan Kim Jong Woon namanya kalau harus menyerah secepat ini. Dan lagi pula, aku sangat menyukai tantangan.
“Jongwoon-ah..” panggilnya di tengah keheningan yang menyelimuti kami.
Ne?” sahutku dengan kedua tangan yang masih sibuk dengan kemudi.
“Kau mengenal temanku?” tanyanya dengan tatapan ingin tahu yang ia lemparkan padaku.
Nugu?” kataku balik bertanya.
“Jung Na Rin..”
DEG! Kenapa dia membahas yeoja sialan itu?
“Ah.. Na.. Narin..”
Ne, kau mengenalnya?”
“Eh… Dia…”

** ** **

(Park Hye Mi POV)

“Kau mengenalnya?”
“Eh… Dia…”
Aku menunggu namja di sebelahku ini melanjutkan ucapannya, menjawab pertanyaanku barusan. Meskipun aku sudah berusaha untuk tetap bersikap wajar, tapi tetap saja kedua mataku sulit untuk tidak menatapnya setajam ini. Aku penasaran ada hubungan apa namja ini dengan Narin sebenarnya? Kenapa responnya aneh begini? Hanya menjawab ‘dia adik kelasku saat SMA dulu’ apa susahnya? Atau jangan-jangan ada yang disembunyikan dariku? Tapi apa, dan kenapa Narin menyembunyikannya dariku?
“Dia adik kelasku dulu. Wae?” katanya. Meskipun sikapnya biasa saja, tapi ia tidak bisa menyembunyikan kesan gugup dari suaranya yang sedikit bergetar.
Ani. Hanya bertanya,” kataku seraya mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang hampir tanpa cela namun tidak dapat menandingi ketampanan oppa-ku itu (?)
“Jongwoon-ah..” panggilku lagi.
Namja itu menggumam pelan sambil menoleh ke arahku tanpa menghentikan kesibukan kedua tangannya dari kemudi mobil.
“Aku boleh bertanya sesuatu?” tanyaku. Rasanya aneh sekali bersikap sopan pada namja yang selalu membuatku jengkel ini.
Ia tersenyum lembut, lalu menganggukan kepalanya sekali.
“Kenapa kau memutuskan pacar-pacarmu?” tanyaku.
Ia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku itu, tapi sedetik kemudian ia bisa menormalkan sikapnya kembali.
For you..” jawabnya pelan, lalu kembali mengukir senyumnya.
Dasar namja ini…
“Untukku?” tanyaku datar.
“Tentu saja,” jawabnya. “Kalau kita ingin dianggap serius, maka kita harus membuktikannya, bukan? Dan itu yang kulakukan untukmu.”
Untuk beberapa detik aku terdiam setelah mendengar jawabannya. Sungguh di luar perkiraanku. Namja aneh sekaligus playboy ini bisa mengatakan hal yang menurutku sedikit bijak. Tapi apa buktinya kalau semua yang ia lakukan tulus untukku?
“Kalau aku tidak percaya dengan semua yang kau coba untuk buktikan padaku? Bagaimana?” tanyaku lagi, sedikit menantangnya.
Ia menarik sudut bibirnya, membuat senyum yang sedikit berbeda dari sebelumnya muncul di bibir tipisnya.
“Aku tidak akan menyerah. Park Hye Mi, I’ll always chase you..” katanya tanpa menatapku.

Satu hal yang tidak kau tahu, Kim Jong Woon.. Sekeras apapun kau berusaha, jika kau masih menganggapku sebagai mainan kecilmu, maka kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan.

** ** **

(Author POV)

Seorang yeoja menatap tajam tepat pada retina mata namja yang berdiri dalam jarak beberapa langkah di depannya. Namja itu membalas tatapannya dengan tak kalah tajam. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya dengan dagunya yang sedikit terangkat. Dengan sekali lihat saja, orang akan tahu bagaimana watak namja ini.
“Ada apa?” tanyanya angkuh.
“Sudah berapa kali kubilang, Oppa? Jangan ganggu Park Hye Mi. Dia temanku, dan aku…” Yeoja itu menghembuskan nafasnya pelan dan kembali melanjutkan ucapannya. “Aku tidak mau sahabatku disakiti olehmu,” lanjutnya.
Namja itu menyeringai lebar, lalu menatap yeoja tadi dengan tatapan yang lebih tajam dari mata elang, seakan siap untuk segera menelannya.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan untuk mencegahku, hah?” tanyanya meremehkan. Ia berjalan selangkah ke arah yeoja itu.
Walau tak bergeming, namun yeoja itu sedikit terkejut dengan gerakan namja itu.
“Apapun..” jawab yeoja itu pelan namun dalam, menandakan keseriusannya.
Sekali lagi namja itu menyeringai dan maju selangkah.
Okay, coba buktikan.”
Yeoja itu menarik nafasnya dalam. Lalu suaranya mulai terdengar dengan sangat pasti dan yakin. “Berbeda seperti dulu, Kim Jong Woon-ssi. Kali ini aku tidak akan memohon, tapi aku memperingatkanmu.”
Jongwoon kembali maju selangkah hingga membuat jarak mereka tak lagi sejauh tadi. Ia terus maju sementara yeoja itu melangkah mundur, sampai akhirnya Jongwoon menyudutkannya di dinding. Wajah yeoja itu tak lagi seputih tadi, sekarang wajahnya sedikit memucat karena takut dengan segala kemungkinan yang akan Jongwoon lakukan padanya.
“Kau gadis pemberani yang pernah kukenal, Jung Narin,” ucapnya pelan tepat di telinga Narin, membuat gadis itu sedikit bergidik mendengar suara berat Jongwoon.
“Lalu bagaimana dengan Nara-eonnie?” tanyanya, membuat Jongwoon menjauhkan wajahnya dan menatap Narin tajam. “Apa dia bukan gadis pemberani?” tanyanya lagi, kali ini dengan senyuman yang sulit untuk diartikan.
“Jangan sebut namanya,” desis Jongwoon. “Aku sudah mencoba untuk melupakannya, kau tahu? Dan kau…” Jongwoon menghela nafasnya perlahan, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Kau kembali mengingatkanku padanya.”
“Kau tidak merindukannya, Oppa?”
Jongwoon kembali menatap Narin, namun dengan tatapan yang tidak setajam tadi.
“Aku bahkan tidak tahu bagaimana kabarnya,” ucap Jongwoon setengah menerawang.
Tapi sedetik kemudian, Jongwoon kembali menatap tajam tepat pada retina Narin. Kedua tangannya dengan cepat mencengkeram kedua bahu kecil Narin dengan kuat, membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan.
“Lepaskan..” ucap Narin sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan Jongwoon pada kedua bahunya.
Jongwoon menggeleng. “Dengar.. Aku tidak akan pernah melepaskan apapun yang sudah kudapatkan. Dan kau sendiri yang datang padaku dan mencari masalah denganku,” katanya sambil menarik sudut bibirnya ke atas. Lagi-lagi seringai itu muncul di bibirnya. “Sekarang.. rasakan akibatnya.”
Di detik berikutnya, yang Narin lakukan hanyalah membelalakkan kedua matanya saat Jongwoon memulai aksinya dengan sekali gerakan. Teriak. Hanya itu yang seharusnya bisa Narin lakukan, namun di saat seperti ini ia tidak yakin apakah ada orang yang bisa mendengar suaranya yang tercekat.



-To be continued-

4 komentar:

  1. kurang panjang ih -,-
    itu narinnya diapain? diperkosa? ('-')/

    BalasHapus
  2. author..
    aku udah baca yg side story.a..
    tp komen.a disini aja yya..
    *ribet komen diblogger ttu..selalu ada verifikasi*
    ketauan sih klo narin ttu benci sm jong woon.a apa..
    tp kasian jong woon.a..kan gag sepenuh.a dy salah..
    nara.a aja yg gag ngerti *kok jd belain jong woon gini? kkk~*
    aigoo.. scene di pantai ttu rasa.a *pukul2 dada*

    BalasHapus
    Balasan
    1. muahaha... nanti yaa tunggu konflik yg narin sama jongwoon keluar lagi pasti bakalan dijelasin semuanya..
      huahahaha... yg di pantai itu aku lg ngayal aku sama kyuhyun oppa *digampar bolak balik*
      xD
      gomawo comment nya ^^

      Hapus