One
Crazy Night (JongWoon-SoonHee’s story)
Author : Ifa
Raneza
Cast : Yesung,
Kim Soon Hee (OC)
Genre :
Comedy, Romance, Marriage Life
Kemarin ada
yang minta Soonhee ngidam yang aneh-aneh. Setelah mikir-mikir, mungkin di sini
yang Soonhee minta nggak terlalu aneh. Tapi… bayangin aja pasangan setengah
gila ini mesti heboh-heboh gara-gara ngidamnya Soonhee *eh*.
Okelah, happy reading~ ^^
**
(Jongwoon’s
POV)
“Eummh… Jongwoon-ah…”
Kekehanku lolos dari mulutku ketika kudengar
desahan keluar dari bibir mungilnya. Ia menggeliat tak nyaman sementara aku
terus menghimpitnya, memojokkannya di dinding.
“Soonhee…” panggilku pelan sembari menghembuskan
nafasku dengan sengaja di telinga kanannya, membuatnya bergidik merasakan
hembusan nafasku.
“Jongwoon…” ucapnya pelan. “Lepaskan..”
Bibirku reflek mengembangkan senyum saat kalimat
itu terdengar di indera pendengaranku. Melepaskannya?
“Andwae,”
tolakku mentah-mentah yang langsung disambut dengan raut wajahnya yang
cemberut.
Aissh… Aku bersumpah, Kim Soon Hee-ku jauh lebih
lucu dengan wajahnya yang seperti itu.
“Jangan menolakku malam ini, Hee…” bisikku
seduktif seraya memajukan wajahku dan menyapu bibirnya pelan dengan bibirku.
“Jongwoon… hmmh… Sesak..” ucapnya dengan susah
payah di sela-sela ciuman kami.
Sebentar saja, Soonhee… Aku sudah tidak tahan.
**
(Author POV)
“Jongwoon… hmmh… Sesak.”
Soonhee bergerak-gerak tak nyaman di dalam dekapan
Jongwoon yang masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang gadis itu dari
belakang. Masih dengan kedua matanya yang tertutup, Soonhee mencoba menggeliat,
berusaha melepaskan diri dari pelukan erat suaminya itu. Tapi sepertinya
semakin keras Soonhee berusaha melepaskan diri dari Jongwoon, namja itu semakin erat memeluknya.
Hingga akhirnya tanpa sadar Soonhee menendang suaminya itu hingga terguling ke
samping dan dengan sukses terjun bebas dari ranjang mereka.
BRUK!
“Aaww…” ringis Jongwoon sambil memegangi kepalanya
yang sukses menubruk kaki ranjang.
Ia melongokkan kepalanya, mengintip Soonhee yang
masih setia memeluk gulingnya dengan erat sambil mendengkur halus. Kemudian
sebelah tangannya mengacak rambutnya gemas seraya berdesis, “Ternyata hanya
mimpi…”
Dengan kecewa ia mulai berdiri dan kembali naik ke
atas ranjang, lalu beringsut hendak memeluk perut istrinya yang sudah mulai
membesar dengan kandungannya yang sudah berusia empat bulan. Tapi belum sempat
Jongwoon memejamkan kedua matanya, kaki indah Soonhee kembali menendangnya
pelan dan ia langsung berbalik kemudian mendorong tubuh Jongwoon hingga namja itu kembali terpental ke lantai.
“Aiishh…” desisnya sambil memegangi kepalanya yang
sekali lagi membentur lantai.
“Kenapa dia bisa sekuat itu?” tanyanya pada
dirinya sendiri sambil memandangi Soonhee yang masih terlelap. Kemudian sebuah
argumen konyol muncul di otaknya, bahwa Soonhee mendapatkan kekuatan sebesar
itu dari anak yang ia kandung.
“Aah, benar juga. Dia kan berbadan dua sekarang,”
ucapnya serius pada dirinya sendiri sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. *apa pula ini?-___-*
Jongwoon memiringkan kepalanya sedikit, berpikir
sebentar apa yang harus ia lakukan untuk menggeser tubuh Soonhee yang sudah
menguasai sebagian besar lahan kasur mereka. Akhirnya dengan terpaksa Jongwoon
mengambil posisi paling nyaman di lantai dan mulai memejamkan kedua matanya
untuk kembali tidur.
Di lain sisi, Soonhee yang tampak gelisah dengan
tidurnya menggerakkan sebelah tangannya, meraba-raba tempat kosong di
sebelahnya yang seharusnya ada Jongwoon di sana.
“Jongwoon-ah…” panggilnya setengah meracau dengan
mata yang setengah tertutup.
Telinga Jongwoon langsung ‘berdiri’ mendengar
panggilan yang lolos dari bibir istrinya. Ia sontak membuka matanya dan
menyembulkan kepalanya dari bawah tempat tidur, menyambut Soonhee yang perlahan
membuka matanya dengan senyuman termanisnya.
“Ne, Soonhee?
Museun iriya?” tanyanya penuh
semangat.
“Eunghh…” lenguh Soonhee sambil menggosok kedua
matanya. Lalu menatap Jongwoon yang masih menunggu jawabannya. “Aku lapar.”
Dua kata itu mampu membuat kedua alis Jongwoon
bertaut. Hanya itu?
“Kau lapar?” tanya Jongwoon masih dengan kedua
alisnya yang bertaut.
Soonhee mengangguk menjawab ucapan suaminya tidak
lupa disertai dengan puppy eyes andalannya.
“Tapi ini masih jam dua pagi,” ujar Jongwoon
sambil merangkak naik ke atas tempat tidur dan menarik Soonhee kemudian
menenggelamkan wajahnya pada dada bidangnya.
“Tidur lagi saja, nanti juga rasa laparnya akan
hilang sendiri,” ujarnya cuek sambil memejamkan kedua matanya.
“Jongwoon…”
“Hm?”
“Aku tidak bisa tidur,” ujar Soonhee yang membuat
Jongwoon langsung melingkarkan kedua tangannya pada perut istrinya itu dengan
erat.
“Tenanglah.. aku di sini.”
“Bukan itu,” rengek Soonhee seraya mendorong dada
bidang Jongwoon hingga pelukannya terlepas.
Jongwoon membuka matanya dan langsung mendapatkan
tatapan memelas dari Soonhee. Ia menghembuskan nafasnya pelan, lalu dengan
sabar kembali menghadapi wanita yang sedang mengandung anaknya itu.
“Baegopa,”
ucapnya pelan sambil mengelus-elus perutnya yang tidak lagi serata dulu.
Jongwoon beralih menatap tangan halus Soonhee yang
masih mengelus perutnya, berharap suaminya itu segera mengabulkan permintaannya
yang muncul karena bawaan bayi di perutnya.
“Baiklah, kau mau makan apa?” tanya Jongwoon pada
akhirnya, membuat senyuman cerah itu muncul di bibir Soonhee.
“Benarkah? Kau mau mengabulkannya?” tanya Soonhee
sumringah.
Jongwoon mengangguk dan semakin membuat Soonhee
tersenyum gila.
“Roti cokelat!” seru Soonhee riang yang membuat
kedua mata Jongwoon membulat tak percaya.
“Mwo?!”
ucapnya tak percaya. “Tengah malam begini toko roti mana yang masih buka?”
tanyanya kaget yang membuat wajah memelas Soonhee kembali terlihat.
“Ayolaah… Ini bukan hanya keinginanku, Jongwoon.
Ini permintaan si kecil,” ujarnya sambil kembali mengusap perutnya sambil
mencondongkannya pada Jongwoon, sebagai salah satu siasat yang paling sering ia
lakukan untuk membujuk suaminya itu.
Jongwoon menggaruk-garuk belakang kepalanya yang
tidak gatal, berusaha menambah stok kesabarannya menghadapi Soonhee yang
seperti ia ketahui sedang mengidam. Dan biasanya ibu hamil yang sedang mengidam
memang selalu meminta yang aneh-aneh.
Baiklah,
Jongwoon… Demi anakmu… Ini demi anakmu.
Jongwoon menghembuskan nafasnya dan mengepalkan
sebelah tangannya di depan wajahnya sendiri.
“Arraseo,
aku akan mencarinya untukmu!” ujarnya semangat dan langsung meloncat dari
ranjang menuju lemari pakaian.
Soonhee bertepuk tangan riang menyambut semangat
suaminya itu dengan antusias.
“Hwaiting, Mr
Kim!!!” soraknya tak kalah semangat.
**
Ting… Tong…
CKLEK…
“Annyeong, Siwon-ah!”
Siwon memicingkan matanya, menatap jengah orang
yang berdiri di depan pintu apartemennya dengan senyum lebar yang baru kali ini
ditujukan pada dirinya.
“Ada apa?” tanya Siwon to the point tanpa mempersilakan orang itu masuk.
“Bantu aku?” ujar orang itu masih dengan senyum
lebar di bibirnya, membuat Siwon memijat dahinya sendiri.
“Tidak bisa. Aku baru saja tidur tiga jam yang
lalu, Hyung. Cari saja orang lain,”
ujar Siwon sambil mengibaskan sebelah tangannya, menyuruh Jongwoon untuk segera
pergi dari depan pintu apartemennya.
Mendadak raut wajah Jongwoon berubah menjadi ekspresi
tak rela dengan ucapan ketus sepupu iparnya itu.
“Yak, Siwon-ah… Aku mohon, bantu aku, ne?” ucapnya genit dengan
mengedip-ngedipkan kedua matanya sambil menggenggam kedua tangan Siwon di depan
dada.
“Yak!”
Siwon mengibaskan tangannya yang digenggam
Jongwoon, lalu menatapnya dengan mata yang masih memicing.
“Apa yang membuatku harus membantumu?” tanya Siwon
sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Soonhee!” jawab Jongwoon sumringah. Ia tahu Siwon
tidak akan bisa menolak jika itu berhubungan dengan Kim Soon Hee yang tak lain
adalah sepupunya.
Perlahan kedua mata Siwon terbuka lebar, lalu
langsung menarik tangan Jongwoon masuk ke dalam apartemennya dan mulai
berbicara serius.
“Apa yang bisa kubantu, Hyung?” tanyanya antusias, membuat senyuman lebar terlihat dengan
jelas di bibir Jongwoon.
“Roti cokelat! Soonhee sedang ingin makan roti
cokelat,” ujar Jongwoon masih dengan senyuman lebarnya.
“Mwo?
Hanya itu?” tanya Siwon dengan kedua matanya yang tiba-tiba menyipit.
“Ne, jebal, Siwon-ah…
Kau harus membantuku,” ujar Jongwoon dengan wajah memelas yang hampir membuat
Siwon muntah di tempat.
“Aissh… Kau kan bisa mencarinya di luar.”
“Mana ada toko roti yang buka tengah malam
begini.”
Siwon menatap Jongwoon dengan jengah, dan itu
membuat Jongwoon semakin gusar karena sepupu istrinya yang aneh itu belum juga
memberinya jalan keluar.
“Ini demi keponakanmu, Siwon-ah. Apa kau mau
keponakanmu menjadi membencimu karena tidak mau membantu ibunya?” ujar Jongwoon
dengan wajah khawatir yang dibuat-buat, secara tidak langsung mengancam pria
tampan di depannya itu.
Siwon kembali membulatkan kedua matanya dan reflek
mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kalau begitu, ayo ke dapur! Aku masih menyimpan
banyak roti cokelat yang dikirim eomma
kemarin,” ujar Siwon sambil menarik dengan kasar sebelah tangan Jongwoon,
hingga membuat namja itu terlihat
seperti terseret.
“Ini, Hyung,”
ujarnya sambil menyodorkan keranjang besar berisi roti cokelat.
“Astaga, kalian ini benar-benar maniak cokelat,
ya?” gumam Jongwoon sambil memandangi keranjang yang merupakan ‘surga cokelat’
itu.
“Ambil saja semua, Hyung. Semoga keponakanku menjadi jagoan yang sehat dan kuat
seperti pamannya!” ujarnya semangat yang ditanggapi dengan anggukan oleh
Jongwoon.
“Ne, kau
benar––EH?! Kenapa anakku harus sepertimu?! Harusnya anakku itu meniru aku,
bukan kau!” jerit Jongwoon tak terima.
Reflek Siwon langsung menutup sebelah telinganya
yang sedikit berdengung akibat jeritan Jongwoon.
“Ah, sudahlah… Cepat bawa semua itu pada Soonhee,
dia pasti sudah kelaparan menunggumu di rumah,” ujarnya sambil mengibaskan
sebelah tangannya dengan malas, membuat Jongwoon memanyunkan bibirnya sambil
memasukkan roti-roti berisikan cokelat itu ke dalam kantung plastik besar untuk
dibawa pada Soonhee.
**
“Bagaimana?” tanya Jongwoon sambil tersenyum
senang melihat Soonhee yang sedang lahap-lahapnya mengunyah roti cokelat yang
dibawanya dari apartemen Siwon.
Soonhee mengangguk cepat sambil mengacungkan ibu jarinya
karena mulutnya yang sedikit penuh mengakibatkan ia sulit untuk menjawab
pertanyaan Jongwoon. Jongwoon terkekeh melihat perilaku Soonhee yang tampak
seperti anak kecil. Tangannya terangkat dan mendarat di puncak kepala gadis
itu, mengacak-acak rambutnya gemas.
“Kau puas?” tanya Jongwoon lagi yang langsung
dijawab Soonhee dengan sebuah gelengan.
“Eh?”
“Aku ingin satu lagi,” ujar Soonhee yang membuat
kedua mata Jongwoon membuka lebar.
“Kau tidak lihat ini sudah jam berapa? Ini hampir
jam setengah tiga pagi,” rengek Jongwoon sambil menunjukkan jam tangan yang
melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Wajah Soonhee sontak berubah menjadi cemberut. “Pokoknya
aku tidak mau tidur sebelum keinginanku terpenuhi!” serunya sambil mengusap
bibirnya yang penuh dengan noda cokelat.
“Aiish… Apa
lagi yang kau inginkan?”
“Susu cokelat!”
Jongwoon mendesah lega mendengar permintaan
sederhana itu lolos dari bibir mungil Soonhee. Dengan semangat ia beranjak dari
sofa dan berjalan menuju dapur. Tapi baru beberapa langkah, Soonhee kembali
memanggilnya.
“Jongwoon!”
“Ne?”
“Susunya jangan terlalu panas.”
“Arraseo,
Sajangnim!”
2 minutes
later…
“Ya! Ini
terlalu dingin, aku mau yang hangat,” ujar Soonhee sembari menyodorkan cangkir
berisi susu cokelat itu pada Jongwoon.
“Mwo?
Kurang hangat?” tanya Jongwoon sambil meneguk susu itu sendiri. “Aku rasa ini
sudah pas.”
Soonhee menggeleng, tidak membenarkan ucapan
suaminya itu.
“Itu terlalu dingin.”
“Ta-tapi…” Ucapan Jongwoon terputus ketika matanya
menangkap Soonhee dengan polosnya memamerkan puppy eyes seraya mengelus perutnya.
“Jebal…”
gumam Soonhee dengan menggunakan ekspresi aegyo
yang ia punya dengan sebaik-baiknya, membuat Jongwoon menelan ludahnya dengan
susah payah. Ia tahu suaminya itu tidak akan pernah tahan dengan ekspresi aegyo-nya.
“Ne, arraseo,”
ujar Jongwoon pasrah seraya berbalik dan berjalan ke dalam dapur, membuat
Soonhee mengembangkan senyum kemenangannya.
And then…
“Puaah!”
Soonhee sontak memuncratkan(?) susu yang baru
disesapnya, membuat mata kantuk Jongwoon mendadak terbuka dan menatap istrinya
itu dengan cemas.
“Waeyo?”
tanyanya panik.
Soonhee mengelap sudut bibirnya yang terdapat
sedikit noda susu. Lalu menyodorkan cangkir berisi susu cokelat itu pada Jongwoon
yang masih menatapnya cemas. Sekarang bisa Jongwoon lihat, bibir istrinya itu
sudah memerah, bahkan hampir membengkak dan sudut matanya mengeluarkan sedikit
air mata.
“Kenapa?” tanyanya lagi dengan cemas.
“Terlalu panas,” jawab Soonhee pelan.
Sebenarnya ia juga merasa bersalah sudah
menyuruh-nyuruh Jongwoon hampir lima kali membuatkan ulang susu cokelat
untuknya. Tapi kesabaran Jongwoon yang seakan tidak ada habisnya itu membuat
hatinya tersentuh. Perhatian namja
itu terlalu besar untuknya.
“Bibirmu bengkak,” ujar Jongwoon sambil mengusap
bibir Soonhee dengan telunjuknya.
Soonhee menggeser tempat duduknya pada sofa,
memberikan ruang kosong untuk Jongwoon yang beringsut mendekatinya. Ia
menggeleng pelan sambil menyingkirkan jemari suaminya yang masih menempel pada
bibir mungilnya dengan lembut.
“Gwaenchana.”
“Tapi bibirmu merah sekali,” ujar Jongwoon sambil
kembali mengusap bibir mungil itu dengan ibu jarinya.
“Gwaencha––Hmph…”
Ucapan Soonhee terputus saat bibir Jongwoon
kembali menyapu bibirnya dengan lembut, menggantikan rasa panas pada bibirnya
dengan sensasi yang tidak bisa gambarkan dengan kata-kata sekalipun. Bibir
Jongwoon mulai melumat pelan bibir Soonhee yang tertaut sempurna di bibirnya.
Dan secara perlahan tangan Soonhee mulai menggantung di leher Jongwoon,
membalas setiap lumatan lembut yang Jongwoon berikan untuknya.
“Mmh…” Jongwoon melepaskan bibirnya perlahan dan
menatap kedua mata bulat itu dengan lembut. “Sudah baikan?” tanyanya yang
disambut dengan sebuah anggukan oleh Soonhee.
“Kau ingin sesuatu lagi?” tawar Jongwoon.
Soonhee menggumam tak jelas, berpikir sebentar.
Lalu ia menjentikkan jarinya dan menatap Jongwoon dengan antusias.
“Aku mau melihatmu menari!” serunya girang.
“Mwo?!”
ucap Jongwoon berharap indera pendengarannya sedang mengalami gangguan.
Ia ingat saat terakhir kali ia memperlihatkan
kemampuan menarinya di depan Siwon dan Ryeowook yang berakhir dengan gelak tawa
dari keduanya dan dengusan kesal yang lolos dari bibir Jongwoon.
“Aku tidak bisa menari, Hee,” ujar Jongwoon,
menolak permintaan Soonhee secara halus.
Soonhee menggeleng keras. “Aniyo! Aku mau melihatmu menari,” ujarnya bersikeras. “Ayolah,
selama ini aku belum pernah melihatmu menari.”
Jongwoon menelan ludahnya menatap kedua mata
Soonhee yang berbinar. Oke, dia menyerah sekarang.
“Baiklah, tapi sekali saja,” katanya ragu yang
hanya dijawab dengan sebuah anggukan oleh Soonhee.
“Aku sarankan kau menyiapkan tabung oksigen, Hee…”
gumam Jongwoon lagi yang ternyata didengar oleh Soonhee.
“Ne?”
Jongwoon menggeleng cepat. “Aniyo…” jawabnya pelan.
Satu…
Dua…
Tiga…
“BUAHAHAHAHAHA…!!!”
Tawa Soonhee begitu menggelegar di ruangan itu
ketika melihat tarian konyol suaminya tepat di depan matanya. Jongwoon
tersenyum lebar menatap tawa bahagia istrinya. Tiba-tiba saja ia melupakan rasa
malu dan ragu yang sejak tadi berkecamuk di benaknya.
Dengan percaya diri, Jongwoon kembali memulai aksi
tarinya dengan kedua tangannya yang bergerak ke depan dada lalu membentuk tanda
hati di atas kepalanya secara berulang-ulang, tak lupa kedua kakinya juga digerakkan
maju-mundur.
“Ahahahaa… Hey,
stop it! Ahh… Perutku jadi sakit…” ujar Soonhee yang sontak membuat tarian
aneh Jongwoon terhenti.
Tarian Jongwoon sontak ikut berhenti. Dengan cepat
ia menghampiri Soonhee yang masih terkikik geli dengan memegangi perutnya.
“Wae? Apa
terjadi sesuatu? Apa si baby
menendang perutmu?” tanya Jongwoon cepat sambil menempelkan telinganya pada
perut Soonhee.
Pletak!
“Aaaw…”
“Ya!
Kandunganku baru empat bulan, mana mungkin si baby sudah bisa menendang perutku! Dasar aneh!” ujar Soonhee kesal
sambil mengelus perutnya dengan hati-hati.
“Ish.. Aku kan hanya bertanya,” cibir Jongwoon
sambil memicingkan matanya kesal.
“Hey, kira-kira di perutku ini baby boy atau baby girl?” tanya Soonhee dengan wajahnya yang mendadak berubah
jadi cerah, salah satu sifat ibu hamil––sangat moody.
Jongwoon menggeleng. “Molla, tapi aku ingin kedua-duanya,” jawabnya yang membuat Soonhee
membulatkan kedua matanya.
“Mwo?
Yaak, pilih salah satu!” ujarnya sambil menoyor pipi Jongwoon.
Jongwoon menggeleng. “Aku ingin dua anak
sekaligus!” ujarnya sumringah yang hanya mendapat respon berupa tatapan ‘seriously’ dari istri tercintanya itu.
“You mean…
Twins baby?” tanyanya yang dijawab dengan sebuah anggukan semangat dari
Jongwoon.
“That must
be cute!” ujar Jongwoon lagi disertai dengan tampang imut yang
dibuat-buatnya, membuat Soonhee sekali lagi tertawa melihat tampangnya.
“Semoga saja,” ujarnya mengamini keinginan
suaminya.
Mau yeoja,
namja, atau malah kembar seperti yang dikatakan Jongwoon, Soonhee tidak
peduli. Yang terpenting baginya adalah anak mereka terlahir dengan sehat tanpa
cacat sedikitpun, hanya itu.
“Kau sudah menyiapkan nama untuk baby?” tanya Soonhee lagi.
“Tentu saja!”
“Sejak kapan?”
“Sejak masuk universitas!” jawab Jongwoon
semangat.
“Mwo?
Kau gila?” tanya Soonhee tercengang dengan jawaban Jongwoon yang dengan
gamblangnya menembus indera pendengarannya.
Jongwoon menggeleng. “Aku sudah mempersiapkannya
jauh-jauh hari. Eumm… Namanya…”
“Pokoknya nama anakku harus bagus dan lebih
fenomenal dari nama panggungmu, Mr Yesung!” ujar Soonhee semangat memotong
ucapan Jongwoon.
Jongwoon membulatkan kedua matanya tidak rela.
“Bagaimana bisa anak-anakku mengalahkan
kejayaanku(?), hah?! Tidak bisa!” jeritnya histeris.
“Issh… Ini kan anakmu juga, Jongwoon-ah…” desis
Soonhee dengan kedua matanya yang kembali memicing menatap Jongwoon. “Ya, sudah
kalau kau tidak mau. Hey, baby, kau
dengar apa yang appa-mu katakan? Dia
tidak menyayangimu,” ujar Soonhee seolah-olah sedang ‘meracuni’ janinnya dengan
hasutannya itu.
Jongwoon kembali membelalakkan kedua matanya.
Dengan cepat ia menyentuh kedua bahu Soonhee dan membujuk istrinya itu.
“Yaa…
Kenapa begitu? Ne, ne… Mian, aku hanya bercanda tadi,” bujuknya
dengan tatapan merayu andalannya yang hanya mendapatkan reaksi tak memuaskan
dari Soonhee––dia hanya mencebikkan bibirnya tetap dengan mata yang memicing.
“Hey~ Kenapa menatapku seperti itu?” tanya
Jongwoon yang terdengar manja sambil menyentil hidung mancung Soonhee. “Aku
akan menjadi ayah yang baik, aku janji. Karena itu saat si baby lahir nanti, aku akan memotretnya sebanyak-banyaknya dan
mempublikasikannya di internet. Kalau bisa aku akan membawanya ke panggung saat
penampilanku nanti, supaya Clouds tahu bahwa aku sudah menjadi seorang ayah,”
ujar Jongwoon panjang lebar yang mengundang tawa kecil Soonhee.
“Kau berlebihan. Kalau begitu caranya bisa-bisa si
baby dikejar-kejar Clouds dan
wartawan. Apa kau lupa kita hampir mati saat keluar dari apartemenmu dulu?”
ujar Soonhee mengingat masa-masa menjelang pernikahannya, di mana mereka harus
berlari seperti orang kesetanan hanya untuk menghindari Clouds yang ternyata
sudah mengintai ‘Yesung’ mereka dan Soonhee tentunya. (Baca I’ll Marry
You, Kim Jong Woon).
Jongwoon ikut terkekeh. “Biar saja, biar si baby jadi ikut terkenal seperti aku.”
Soonhee menggeleng. “Masa anak-anaknya akan
dilewatinya dengan begitu berat jika publik mengekspos dirinya. Hidupnya pasti
tidak akan tenang,” ujarnya bijak yang mendapat hadiah berupa kecupan sayang
dari Jongwoon di pipi kirinya.
“Good mom!”
pujinya bangga. “Hey, ini sudah jam tiga pagi. Apa kau tidak lelah? Kajja tidur,” ujar Jongwoon sambil
beranjak dari sofa, namun Soonhee tetap pada tempatnya.
Kedua mata namja
itu kembali membulat saat dilihatnya Soonhee menggeleng dengan bibir manyun.
“Wae?!”
tanyanya histeris.
Demi Tuhan, ini sudah hampir pagi dan Soonhee
masih saja bersikap manja yang hampir membuat Jongwoon gila karenanya!
“Aku ingin sesuatu…” ujar Soonhee manja.
“Apa lagi?”
“Nyanyikan lagu terbaikmu,” jawab Soonhee, membuat
senyuman manis itu merekah di bibir Jongwoon.
‘Manis!’ batin Soonhee dengan kedua pipinya yang merona
merah menatap senyuman di bibir suaminya itu.
“Arra, aku
akan menyanyikannya untukmu sampai pagi.”
“Ani!
Bukan untukku, tapi untuk baby,”
sanggah Soonhee yang membuat Jongwoon kembali mengecup pipinya dengan gemas.
“Arraseo…”
ucap Jongwoon sembari memulai nyanyiannya dengan memposisikan wajahnya tepat di
depan perut Soonhee.
**
Jongwoon melirik jam dinding yang terus berputar
maju sambil memerhatikan guratan lelah di wajah Soonhee dengan lesu. Soonhee
memang sudah puas dengan segala permintaan anehnya dan mendapatkan kembali rasa
kantuknya. Tapi Jongwoon? Sayangnya namja
itu yang kini tersiksa karena rasa kantuknya belum juga datang menghampiri.
Jongwoon mengacak rambutnya frustasi. Ini sudah hampir jam empat pagi dan dia
sama sekali belum mengantuk, sedangkan Soonhee sudah dengan lelapnya tidur di
sofa.
“Hee~” panggil Jongwoon yang lebih terdengar
seperti merengek sambil mengguncang pelan bahu Soonhee.
Soonhee menggumam pelan sambil menggeliat,
meregangkan otot-ototnya yang mendadak terasa kaku.
“Mwo?”
tanyanya dengan nada malas. Bayangkan saja hari masih gelap dan ia baru tidur
satu jam yang lalu.
“Aku bosan.”
“Mwo?
Bosan? Apa kau tidak mengantuk, Jongwoon-ah?” tanya Soonhee kaget meskipun
kedua matanya masih berat untuk dipaksa terbuka.
Jongwoon menggeleng dengan pasrah. “Ini karena
ulahmu! Kalau saja kau tidak meminta yang macam-macam, pasti aku sudah tertidur
sekarang,” ujar Jongwoon dengan memanyunkan bibirnya.
Soonhee menggeram, ia tidak tahan mendengar ocehan
suaminya yang terus-terusan menyalahkan dirinya seperti itu. Dengan gemas ia
menarik bibir manyun Jongwoon, hingga Jongwoon berteriak keras sekali.
“Rasakan!” desis Soonhee penuh kemenangan.
“Yaak, jahat!” rengek Jongwoon sambil memegangi
bibirnya yang sexy itu(?).
“Memang!”
“Aissh…
Awas kau, Kim Soon Hee!” desis Jongwoon sambil mengambil ancang-ancang(?) untuk
menangkap tubuh Soonhee yang sudah mulai menggemuk itu.
“Ya! Ya! Kau
mau apa?” tanya Soonhee curiga sambil beringsut menjauhi Jongwoon.
Grep!
Soonhee kalah cepat dengan gerakan Jongwoon. Kini
gadis itu sudah berada di dalam dekapan Jongwoon yang sesekali menggelitik
tubuhnya.
“Yaak… Hentikan! Hahaha… Aaw… Geli~” ucap Soonhee
di sela-sela tawanya saat jemari Jongwoon dengan lihainya menari-nari di
pinggang dan leher Soonhee.
“Ini hukuman untukmu, Sayang,” ucap Jongwoon
sambil menjulurkan lidahnya.
“Aaaww… Ahahaha… Kumohon… hahaha, hentikan… Jebal..” pinta Soonhee memelas walau
masih terdengar tawa di sela-sela ucapannya.
Jongwoon tersenyum bersamaan dengan berhentinya
gerakan jemarinya. Kemudian ia memeluk Soonhee dan mendaratkan bibirnya pada
bibir gadis itu ringan.
“Saranghae,”
ucapnya pelan.
“Nado…”
balas Soonhee sambil mengukir senyumannya.
“Yaa…
Aku mengatakannya untuk baby bukan
untukmu, pabo,” ujar Jongwoon sambil
tersenyum jahil.
Soonhee tampak mengerjap-ngerjapkan kedua matanya,
ia tercengang mendengar penuturan suaminya. Oh… Sekarang ia mencoba
membangunkan singa lapar, huh?
“Mwoya?!!!
Oh, jadi begitu? Setelah membuatku menggemuk begini kau dengan seenaknya
berkata seperti itu, hah?!! Ke mana tanggung jawabmu?! Kau sudah menghamiliku,
Kim Jong Woon!!! KAU–––AAARGGGHHH!!!” omel Soonhee panjang lebar dengan nada
tinggi tanpa jeda hanya untuk mengambil nafas. Ia mengacak-acak rambut Jongwoon
dengan ganas, membuat tatapan Jongwoon tak beralih sesenti pun dari wajahnya,
lebih tepatnya tercengang mendengar kalimat yang dengan gamblangnya keluar dari
mulut Soonhee.
Blush!
Kedua pipi Jongwoon memerah setelah otaknya
berhasil mencerna ucapan Soonhee.
Tanggung jawab? Menghamilinya?
Entah kenapa Jongwoon jadi malu sendiri mendengar
kata-kata itu dari mulut istrinya sendiri. Ia ingat bagaimana ia selalu memaksa
Soonhee untuk ‘membuat’ baby kecil
mereka. Kkkk… Dengan sedikit siasat tentunya.
“Aiish…
Kau lucu sekali. Yeppuna,” ujar
Jongwoon sambil tersenyum malu.
Ia mencubit pelan kedua pipi Soonhee yang hanya
tercengang mendengar ucapan malu-malunya.
‘Pria ini
masih waras, kan?’ pikirnya
sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Jongwoon.
“Emmh… Kau kenapa?” tanya Jongwoon bingung dengan
sikap istrinya sambil menjauhkan tangan kanan Soonhee dari kepalanya.
Soonhee menggeleng pelan. “Aniya…” jawabnya pelan dengan wajah polosnya.
Jongwoon tersenyum geli melihat sikap polos
istrinya itu. Saking gemasnya ia langsung mendekatkan wajahnya dan mencium
setiap inci wajah sampai ke lekukan leher Soonhee.
“Eumh… Jauhkan wajahmu dariku,” ujar Soonhee
sambil berusaha mendorong pundak Jongwoon, tapi hasilnya nihil. Namja itu semakin membenamkan wajahnya
pada lekukan leher Soonhee.
“Hmm… Apa ada lagi yang kau inginkan, Hee? Aku
benar-benar tidak bisa tidur,” tanya Jongwoon tanpa menghentikan aktifitasnya
menciumi Soonhee.
Setidaknya ada yang bisa mereka lakukan daripada
harus terbangun tidak jelas pagi buta seperti ini. Soonhee tampak berpikir
sementara Jongwoon tetap tidak menghentikan aktifitasnya pada sekitar wajah
Soonhee. Lalu Soonhee menjentikkan jarinya, ia baru saja menemukan ide bagus.
“Hey, ada sesuatu yang kuinginkan sekarang,” ujar
Soonhee sumringah sambil menjauhkan wajah Jongwoon dari wajahnya.
“Mwo?”
“Aku mau melihatmu melakukan aegyo!” seru Soonhee senang yang mengundang kerutan di dahi
Jongwoon.
“Heh?”
“Aih, cepatlah… Aku ingin melihatmu melakukan aegyo~ Oh, iya! Kau juga harus
bertingkah seperti bayi!” serunya lagi sambil merengek dan memasang puppy eyes andalannya.
Jongwoon menghela nafasnya pelan, lalu mulai
menangkupkan kedua tangannya di dagunya.
“Seperti ini?” tanyanya dengan ekspresi datar.
“Ya!
Kenapa wajahmu masam begitu? Yang manis, dong!” protes Soonhee sambil
memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Jongwoon mendengus pelan dan memicingkan kedua
matanya.
“Arraseo!”
serunya kesal.
Kemudian Jongwoon mulai memasang wajah (sok) cute-nya yang membuat senyum Soonhee
mengembang.
“Aiiih…
Aiiih…” ucapnya dengan meniru suara bayi dengan gestur aegyo.
“Hahahah…!” tawa Soonhee mulai terdengar, dan aksi
Jongwoon belum sampai di situ.
Jongwoon kembali membuat suara meniru bayi
dilengkapi dengan ‘baby face’-nya
andalannya. Tak hanya itu, ia mulai mendekat pada Soonhee dan menggelayut di
lengan istrinya dengan manja, persis seperti anak kecil.
“Eomma~”
ucapnya manja masih dengan suara ‘bayi’.
Soonhee tertawa puas sambil mengacak-acak pelan
rambut Jongwoon yang berada di lengannya. Jongwoon tersenyum-seyum manja bak
seorang bayi yang membuat tawa Soonhee tak mampu berhenti.
“Eomma-ya~”
“Ne?”
“Poppo..”
Sontak Soonhee menghentikan tawanya dan langsung
menajamkan tatapannya pada Jongwoon yang masih mengharapkan respon dari
ucapannya barusan.
“Mwo?”
tanya Soonhee dingin.
“Poppo~”
rengek Jongwoon lagi sambil memanyunkan bibirnya, bersiap mendapatkan kecupan
sayang dari sang istri.
“Yaak! Kau memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan, heh?!” teriak Soonhee murka sambil menjewer sebelah telinga
Jongwoon dengan kencang, membuat si bayi
besar itu melonjak kesakitan dan mulai berteriak dengan suara aslinya.
“Yayayayaaa!!!
Appeu! Aiishh… Geumanhae!” jerit
Jongwoon kesakitan sambil memegangi tangan Soonhee yang masih menjewer
telinganya.
“Napeun
namja!” gumam Soonhee sambil melepaskan jewerannya dan menyentil hidung
mancung Jongwoon.
Jongwoon memanyunkan bibirnya sambil menggosok
telinganya yang sudah tampak merah itu. Ia rasa telinganya kini hampir lepas
akibat ‘ulah’ Soonhee barusan.
“Kau selalu saja menyiksaku,” rengek Jongwoon
masih dengan wajah memelasnya.
“Issh…” desis Soonhee kesal.
Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam
empat pagi, lalu menutup mulutnya yang mulai menguap. Ia masih mengantuk dan
suaminya itu membangunkannya beberapa menit yang lalu.
“Hey, sudah hampir pagi. Aku masih mengantuk, apa
kau tidak mau tidur?” tanya Soonhee dengan kedua mata lelahnya menatap
Jongwoon.
“Kau sudah mau tidur?”
“Sangat! Aku baru saja tertidur satu jam yang
lalu.”
Jongwoon terkekeh. Lalu ia beranjak dan mulai
mengangkat Soonhee ke dalam gendongannya, membawanya masuk ke dalam kamar.
“Yaa… Aku
bisa jalan sendiri,” ujar Soonhee meminta untuk diturunkan.
Jongwoon menggeleng. “Aku mau menggendongmu.”
Soonhee kembali tersenyum sambil menatap kedua
mata Jongwoon yang masih belum beralih dari wajahnya sementara kedua kakinya
terus melangkah memasuki kamar.
“Saranghae…”
bisik Jongwoon pelan.
“Ngg… Itu untukku atau untuk si baby?” tanya Soonhee polos sambil
mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, membuat Jongwoon gemas dan sekali lagi
mendaratkan kecupan singkat pada bibirnya.
“Itu untuk kalian berdua.”
*END*
Fuuuuh, akhirnya selesai juga FF ngebut yang butuh
pengorbanan waktu seharian buat nyelesainnya!
Yap, di sini emang ngidamnya Soonhee nggak terlalu
aneh. Abis bingung permintaan ajaib apa yang mesti Soonhee minta ke Yesung. Soalnya
aku juga belum pernah ngidam sih :/ *I’m still a girl, guys xD*
And… Give me your opinion? About the baby… Kira-kira yeoja atau namja ya?
I’ll waiting for your comment on my comment box ;)
P.S: Oh yeah,
pas liat kata-kata ngegantung Jongwoon yang ‘Namanya….’ Itu jadi keinget sama kata-kata temen sekelas aku *LOL
*jangan keselek yak G.U.T ;p*
-Kamsahamnida~
hai hai aq reader baru disini, dari sjff lgs kesini, salam kenal..............
BalasHapus