Kamis, 17 Januari 2013

One Crazy Night [Jongwoon-Soonhee's story]


One Crazy Night (JongWoon-SoonHee’s story)

Author : Ifa Raneza
Cast : Yesung, Kim Soon Hee (OC)
Genre : Comedy, Romance, Marriage Life

Kemarin ada yang minta Soonhee ngidam yang aneh-aneh. Setelah mikir-mikir, mungkin di sini yang Soonhee minta nggak terlalu aneh. Tapi… bayangin aja pasangan setengah gila ini mesti heboh-heboh gara-gara ngidamnya Soonhee *eh*.

Okelah, happy reading~ ^^


**

(Jongwoon’s POV)

“Eummh… Jongwoon-ah…”
Kekehanku lolos dari mulutku ketika kudengar desahan keluar dari bibir mungilnya. Ia menggeliat tak nyaman sementara aku terus menghimpitnya, memojokkannya di dinding.
“Soonhee…” panggilku pelan sembari menghembuskan nafasku dengan sengaja di telinga kanannya, membuatnya bergidik merasakan hembusan nafasku.
“Jongwoon…” ucapnya pelan. “Lepaskan..”
Bibirku reflek mengembangkan senyum saat kalimat itu terdengar di indera pendengaranku. Melepaskannya?
Andwae,” tolakku mentah-mentah yang langsung disambut dengan raut wajahnya yang cemberut.
Aissh… Aku bersumpah, Kim Soon Hee-ku jauh lebih lucu dengan wajahnya yang seperti itu.
“Jangan menolakku malam ini, Hee…” bisikku seduktif seraya memajukan wajahku dan menyapu bibirnya pelan dengan bibirku.
“Jongwoon… hmmh… Sesak..” ucapnya dengan susah payah di sela-sela ciuman kami.
Sebentar saja, Soonhee… Aku sudah tidak tahan.

**

(Author POV)

“Jongwoon… hmmh… Sesak.”
Soonhee bergerak-gerak tak nyaman di dalam dekapan Jongwoon yang masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang gadis itu dari belakang. Masih dengan kedua matanya yang tertutup, Soonhee mencoba menggeliat, berusaha melepaskan diri dari pelukan erat suaminya itu. Tapi sepertinya semakin keras Soonhee berusaha melepaskan diri dari Jongwoon, namja itu semakin erat memeluknya. Hingga akhirnya tanpa sadar Soonhee menendang suaminya itu hingga terguling ke samping dan dengan sukses terjun bebas dari ranjang mereka.

BRUK!
“Aaww…” ringis Jongwoon sambil memegangi kepalanya yang sukses menubruk kaki ranjang.
Ia melongokkan kepalanya, mengintip Soonhee yang masih setia memeluk gulingnya dengan erat sambil mendengkur halus. Kemudian sebelah tangannya mengacak rambutnya gemas seraya berdesis, “Ternyata hanya mimpi…”
Dengan kecewa ia mulai berdiri dan kembali naik ke atas ranjang, lalu beringsut hendak memeluk perut istrinya yang sudah mulai membesar dengan kandungannya yang sudah berusia empat bulan. Tapi belum sempat Jongwoon memejamkan kedua matanya, kaki indah Soonhee kembali menendangnya pelan dan ia langsung berbalik kemudian mendorong tubuh Jongwoon hingga namja itu kembali terpental ke lantai.
“Aiishh…” desisnya sambil memegangi kepalanya yang sekali lagi membentur lantai.
“Kenapa dia bisa sekuat itu?” tanyanya pada dirinya sendiri sambil memandangi Soonhee yang masih terlelap. Kemudian sebuah argumen konyol muncul di otaknya, bahwa Soonhee mendapatkan kekuatan sebesar itu dari anak yang ia kandung.
“Aah, benar juga. Dia kan berbadan dua sekarang,” ucapnya serius pada dirinya sendiri sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. *apa pula ini?-___-*
Jongwoon memiringkan kepalanya sedikit, berpikir sebentar apa yang harus ia lakukan untuk menggeser tubuh Soonhee yang sudah menguasai sebagian besar lahan kasur mereka. Akhirnya dengan terpaksa Jongwoon mengambil posisi paling nyaman di lantai dan mulai memejamkan kedua matanya untuk kembali tidur.

Di lain sisi, Soonhee yang tampak gelisah dengan tidurnya menggerakkan sebelah tangannya, meraba-raba tempat kosong di sebelahnya yang seharusnya ada Jongwoon di sana.
“Jongwoon-ah…” panggilnya setengah meracau dengan mata yang setengah tertutup.
Telinga Jongwoon langsung ‘berdiri’ mendengar panggilan yang lolos dari bibir istrinya. Ia sontak membuka matanya dan menyembulkan kepalanya dari bawah tempat tidur, menyambut Soonhee yang perlahan membuka matanya dengan senyuman termanisnya.
Ne, Soonhee? Museun iriya?” tanyanya penuh semangat.
“Eunghh…” lenguh Soonhee sambil menggosok kedua matanya. Lalu menatap Jongwoon yang masih menunggu jawabannya. “Aku lapar.”
Dua kata itu mampu membuat kedua alis Jongwoon bertaut. Hanya itu?
“Kau lapar?” tanya Jongwoon masih dengan kedua alisnya yang bertaut.
Soonhee mengangguk menjawab ucapan suaminya tidak lupa disertai dengan puppy eyes andalannya.
“Tapi ini masih jam dua pagi,” ujar Jongwoon sambil merangkak naik ke atas tempat tidur dan menarik Soonhee kemudian menenggelamkan wajahnya pada dada bidangnya.
“Tidur lagi saja, nanti juga rasa laparnya akan hilang sendiri,” ujarnya cuek sambil memejamkan kedua matanya.
“Jongwoon…”
“Hm?”
“Aku tidak bisa tidur,” ujar Soonhee yang membuat Jongwoon langsung melingkarkan kedua tangannya pada perut istrinya itu dengan erat.
“Tenanglah.. aku di sini.”
“Bukan itu,” rengek Soonhee seraya mendorong dada bidang Jongwoon hingga pelukannya terlepas.
Jongwoon membuka matanya dan langsung mendapatkan tatapan memelas dari Soonhee. Ia menghembuskan nafasnya pelan, lalu dengan sabar kembali menghadapi wanita yang sedang mengandung anaknya itu.
Baegopa,” ucapnya pelan sambil mengelus-elus perutnya yang tidak lagi serata dulu.
Jongwoon beralih menatap tangan halus Soonhee yang masih mengelus perutnya, berharap suaminya itu segera mengabulkan permintaannya yang muncul karena bawaan bayi di perutnya.
“Baiklah, kau mau makan apa?” tanya Jongwoon pada akhirnya, membuat senyuman cerah itu muncul di bibir Soonhee.
“Benarkah? Kau mau mengabulkannya?” tanya Soonhee sumringah.
Jongwoon mengangguk dan semakin membuat Soonhee tersenyum gila.
“Roti cokelat!” seru Soonhee riang yang membuat kedua mata Jongwoon membulat tak percaya.
Mwo?!” ucapnya tak percaya. “Tengah malam begini toko roti mana yang masih buka?” tanyanya kaget yang membuat wajah memelas Soonhee kembali terlihat.
“Ayolaah… Ini bukan hanya keinginanku, Jongwoon. Ini permintaan si kecil,” ujarnya sambil kembali mengusap perutnya sambil mencondongkannya pada Jongwoon, sebagai salah satu siasat yang paling sering ia lakukan untuk membujuk suaminya itu.
Jongwoon menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal, berusaha menambah stok kesabarannya menghadapi Soonhee yang seperti ia ketahui sedang mengidam. Dan biasanya ibu hamil yang sedang mengidam memang selalu meminta yang aneh-aneh.
Baiklah, Jongwoon… Demi anakmu… Ini demi anakmu.

Jongwoon menghembuskan nafasnya dan mengepalkan sebelah tangannya di depan wajahnya sendiri.
Arraseo, aku akan mencarinya untukmu!” ujarnya semangat dan langsung meloncat dari ranjang menuju lemari pakaian.
Soonhee bertepuk tangan riang menyambut semangat suaminya itu dengan antusias.
Hwaiting, Mr Kim!!!” soraknya tak kalah semangat.

**

Ting… Tong…

CKLEK…

Annyeong, Siwon-ah!”
Siwon memicingkan matanya, menatap jengah orang yang berdiri di depan pintu apartemennya dengan senyum lebar yang baru kali ini ditujukan pada dirinya.
“Ada apa?” tanya Siwon to the point tanpa mempersilakan orang itu masuk.
“Bantu aku?” ujar orang itu masih dengan senyum lebar di bibirnya, membuat Siwon memijat dahinya sendiri.
“Tidak bisa. Aku baru saja tidur tiga jam yang lalu, Hyung. Cari saja orang lain,” ujar Siwon sambil mengibaskan sebelah tangannya, menyuruh Jongwoon untuk segera pergi dari depan pintu apartemennya.
Mendadak raut wajah Jongwoon berubah menjadi ekspresi tak rela dengan ucapan ketus sepupu iparnya itu.
“Yak, Siwon-ah… Aku mohon, bantu aku, ne?” ucapnya genit dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya sambil menggenggam kedua tangan Siwon di depan dada.
“Yak!”
Siwon mengibaskan tangannya yang digenggam Jongwoon, lalu menatapnya dengan mata yang masih memicing.
“Apa yang membuatku harus membantumu?” tanya Siwon sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Soonhee!” jawab Jongwoon sumringah. Ia tahu Siwon tidak akan bisa menolak jika itu berhubungan dengan Kim Soon Hee yang tak lain adalah sepupunya.
Perlahan kedua mata Siwon terbuka lebar, lalu langsung menarik tangan Jongwoon masuk ke dalam apartemennya dan mulai berbicara serius.
“Apa yang bisa kubantu, Hyung?” tanyanya antusias, membuat senyuman lebar terlihat dengan jelas di bibir Jongwoon.
“Roti cokelat! Soonhee sedang ingin makan roti cokelat,” ujar Jongwoon masih dengan senyuman lebarnya.
Mwo? Hanya itu?” tanya Siwon dengan kedua matanya yang tiba-tiba menyipit.
Ne, jebal, Siwon-ah… Kau harus membantuku,” ujar Jongwoon dengan wajah memelas yang hampir membuat Siwon muntah di tempat.
“Aissh… Kau kan bisa mencarinya di luar.”
“Mana ada toko roti yang buka tengah malam begini.”
Siwon menatap Jongwoon dengan jengah, dan itu membuat Jongwoon semakin gusar karena sepupu istrinya yang aneh itu belum juga memberinya jalan keluar.
“Ini demi keponakanmu, Siwon-ah. Apa kau mau keponakanmu menjadi membencimu karena tidak mau membantu ibunya?” ujar Jongwoon dengan wajah khawatir yang dibuat-buat, secara tidak langsung mengancam pria tampan di depannya itu.
Siwon kembali membulatkan kedua matanya dan reflek mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kalau begitu, ayo ke dapur! Aku masih menyimpan banyak roti cokelat yang dikirim eomma kemarin,” ujar Siwon sambil menarik dengan kasar sebelah tangan Jongwoon, hingga membuat namja itu terlihat seperti terseret.

“Ini, Hyung,” ujarnya sambil menyodorkan keranjang besar berisi roti cokelat.
“Astaga, kalian ini benar-benar maniak cokelat, ya?” gumam Jongwoon sambil memandangi keranjang yang merupakan ‘surga cokelat’ itu.
“Ambil saja semua, Hyung. Semoga keponakanku menjadi jagoan yang sehat dan kuat seperti pamannya!” ujarnya semangat yang ditanggapi dengan anggukan oleh Jongwoon.
Ne, kau benar––EH?! Kenapa anakku harus sepertimu?! Harusnya anakku itu meniru aku, bukan kau!” jerit Jongwoon tak terima.
Reflek Siwon langsung menutup sebelah telinganya yang sedikit berdengung akibat jeritan Jongwoon.
“Ah, sudahlah… Cepat bawa semua itu pada Soonhee, dia pasti sudah kelaparan menunggumu di rumah,” ujarnya sambil mengibaskan sebelah tangannya dengan malas, membuat Jongwoon memanyunkan bibirnya sambil memasukkan roti-roti berisikan cokelat itu ke dalam kantung plastik besar untuk dibawa pada Soonhee.

**

“Bagaimana?” tanya Jongwoon sambil tersenyum senang melihat Soonhee yang sedang lahap-lahapnya mengunyah roti cokelat yang dibawanya dari apartemen Siwon.
Soonhee mengangguk cepat sambil mengacungkan ibu jarinya karena mulutnya yang sedikit penuh mengakibatkan ia sulit untuk menjawab pertanyaan Jongwoon. Jongwoon terkekeh melihat perilaku Soonhee yang tampak seperti anak kecil. Tangannya terangkat dan mendarat di puncak kepala gadis itu, mengacak-acak rambutnya gemas.
“Kau puas?” tanya Jongwoon lagi yang langsung dijawab Soonhee dengan sebuah gelengan.
“Eh?”
“Aku ingin satu lagi,” ujar Soonhee yang membuat kedua mata Jongwoon membuka lebar.
“Kau tidak lihat ini sudah jam berapa? Ini hampir jam setengah tiga pagi,” rengek Jongwoon sambil menunjukkan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Wajah Soonhee sontak berubah menjadi cemberut. “Pokoknya aku tidak mau tidur sebelum keinginanku terpenuhi!” serunya sambil mengusap bibirnya yang penuh dengan noda cokelat.
Aiish… Apa lagi yang kau inginkan?”
“Susu cokelat!”
Jongwoon mendesah lega mendengar permintaan sederhana itu lolos dari bibir mungil Soonhee. Dengan semangat ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur. Tapi baru beberapa langkah, Soonhee kembali memanggilnya.
“Jongwoon!”
Ne?”
“Susunya jangan terlalu panas.”
Arraseo, Sajangnim!”


2 minutes later…

Ya! Ini terlalu dingin, aku mau yang hangat,” ujar Soonhee sembari menyodorkan cangkir berisi susu cokelat itu pada Jongwoon.
Mwo? Kurang hangat?” tanya Jongwoon sambil meneguk susu itu sendiri. “Aku rasa ini sudah pas.”
Soonhee menggeleng, tidak membenarkan ucapan suaminya itu.
“Itu terlalu dingin.”
“Ta-tapi…” Ucapan Jongwoon terputus ketika matanya menangkap Soonhee dengan polosnya memamerkan puppy eyes seraya mengelus perutnya.
Jebal…” gumam Soonhee dengan menggunakan ekspresi aegyo yang ia punya dengan sebaik-baiknya, membuat Jongwoon menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tahu suaminya itu tidak akan pernah tahan dengan ekspresi aegyo-nya.
Ne, arraseo,” ujar Jongwoon pasrah seraya berbalik dan berjalan ke dalam dapur, membuat Soonhee mengembangkan senyum kemenangannya.


And then…

“Puaah!”
Soonhee sontak memuncratkan(?) susu yang baru disesapnya, membuat mata kantuk Jongwoon mendadak terbuka dan menatap istrinya itu dengan cemas.
Waeyo?” tanyanya panik.
Soonhee mengelap sudut bibirnya yang terdapat sedikit noda susu. Lalu menyodorkan cangkir berisi susu cokelat itu pada Jongwoon yang masih menatapnya cemas. Sekarang bisa Jongwoon lihat, bibir istrinya itu sudah memerah, bahkan hampir membengkak dan sudut matanya mengeluarkan sedikit air mata.
“Kenapa?” tanyanya lagi dengan cemas.
“Terlalu panas,” jawab Soonhee pelan.
Sebenarnya ia juga merasa bersalah sudah menyuruh-nyuruh Jongwoon hampir lima kali membuatkan ulang susu cokelat untuknya. Tapi kesabaran Jongwoon yang seakan tidak ada habisnya itu membuat hatinya tersentuh. Perhatian namja itu terlalu besar untuknya.
“Bibirmu bengkak,” ujar Jongwoon sambil mengusap bibir Soonhee dengan telunjuknya.
Soonhee menggeser tempat duduknya pada sofa, memberikan ruang kosong untuk Jongwoon yang beringsut mendekatinya. Ia menggeleng pelan sambil menyingkirkan jemari suaminya yang masih menempel pada bibir mungilnya dengan lembut.
Gwaenchana.”
“Tapi bibirmu merah sekali,” ujar Jongwoon sambil kembali mengusap bibir mungil itu dengan ibu jarinya.
Gwaencha––Hmph…”
Ucapan Soonhee terputus saat bibir Jongwoon kembali menyapu bibirnya dengan lembut, menggantikan rasa panas pada bibirnya dengan sensasi yang tidak bisa gambarkan dengan kata-kata sekalipun. Bibir Jongwoon mulai melumat pelan bibir Soonhee yang tertaut sempurna di bibirnya. Dan secara perlahan tangan Soonhee mulai menggantung di leher Jongwoon, membalas setiap lumatan lembut yang Jongwoon berikan untuknya.

“Mmh…” Jongwoon melepaskan bibirnya perlahan dan menatap kedua mata bulat itu dengan lembut. “Sudah baikan?” tanyanya yang disambut dengan sebuah anggukan oleh Soonhee.
“Kau ingin sesuatu lagi?” tawar Jongwoon.
Soonhee menggumam tak jelas, berpikir sebentar. Lalu ia menjentikkan jarinya dan menatap Jongwoon dengan antusias.
“Aku mau melihatmu menari!” serunya girang.
Mwo?!” ucap Jongwoon berharap indera pendengarannya sedang mengalami gangguan.
Ia ingat saat terakhir kali ia memperlihatkan kemampuan menarinya di depan Siwon dan Ryeowook yang berakhir dengan gelak tawa dari keduanya dan dengusan kesal yang lolos dari bibir Jongwoon.
“Aku tidak bisa menari, Hee,” ujar Jongwoon, menolak permintaan Soonhee secara halus.
Soonhee menggeleng keras. “Aniyo! Aku mau melihatmu menari,” ujarnya bersikeras. “Ayolah, selama ini aku belum pernah melihatmu menari.”
Jongwoon menelan ludahnya menatap kedua mata Soonhee yang berbinar. Oke, dia menyerah sekarang.
“Baiklah, tapi sekali saja,” katanya ragu yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan oleh Soonhee.
“Aku sarankan kau menyiapkan tabung oksigen, Hee…” gumam Jongwoon lagi yang ternyata didengar oleh Soonhee.
Ne?”
Jongwoon menggeleng cepat. “Aniyo…” jawabnya pelan.

Satu…
Dua…
Tiga…

“BUAHAHAHAHAHA…!!!”
Tawa Soonhee begitu menggelegar di ruangan itu ketika melihat tarian konyol suaminya tepat di depan matanya. Jongwoon tersenyum lebar menatap tawa bahagia istrinya. Tiba-tiba saja ia melupakan rasa malu dan ragu yang sejak tadi berkecamuk di benaknya.
Dengan percaya diri, Jongwoon kembali memulai aksi tarinya dengan kedua tangannya yang bergerak ke depan dada lalu membentuk tanda hati di atas kepalanya secara berulang-ulang, tak lupa kedua kakinya juga digerakkan maju-mundur.
“Ahahahaa… Hey, stop it! Ahh… Perutku jadi sakit…” ujar Soonhee yang sontak membuat tarian aneh Jongwoon terhenti.
Tarian Jongwoon sontak ikut berhenti. Dengan cepat ia menghampiri Soonhee yang masih terkikik geli dengan memegangi perutnya.
Wae? Apa terjadi sesuatu? Apa si baby menendang perutmu?” tanya Jongwoon cepat sambil menempelkan telinganya pada perut Soonhee.
Pletak!
“Aaaw…”
Ya! Kandunganku baru empat bulan, mana mungkin si baby sudah bisa menendang perutku! Dasar aneh!” ujar Soonhee kesal sambil mengelus perutnya dengan hati-hati.
“Ish.. Aku kan hanya bertanya,” cibir Jongwoon sambil memicingkan matanya kesal.
“Hey, kira-kira di perutku ini baby boy atau baby girl?” tanya Soonhee dengan wajahnya yang mendadak berubah jadi cerah, salah satu sifat ibu hamil––sangat moody.
Jongwoon menggeleng. “Molla, tapi aku ingin kedua-duanya,” jawabnya yang membuat Soonhee membulatkan kedua matanya.
Mwo? Yaak, pilih salah satu!” ujarnya sambil menoyor pipi Jongwoon.
Jongwoon menggeleng. “Aku ingin dua anak sekaligus!” ujarnya sumringah yang hanya mendapat respon berupa tatapan ‘seriously’ dari istri tercintanya itu.
You mean… Twins baby?” tanyanya yang dijawab dengan sebuah anggukan semangat dari Jongwoon.
That must be cute!” ujar Jongwoon lagi disertai dengan tampang imut yang dibuat-buatnya, membuat Soonhee sekali lagi tertawa melihat tampangnya.
“Semoga saja,” ujarnya mengamini keinginan suaminya.
Mau yeoja, namja, atau malah kembar seperti yang dikatakan Jongwoon, Soonhee tidak peduli. Yang terpenting baginya adalah anak mereka terlahir dengan sehat tanpa cacat sedikitpun, hanya itu.

“Kau sudah menyiapkan nama untuk baby?” tanya Soonhee lagi.
“Tentu saja!”
“Sejak kapan?”
“Sejak masuk universitas!” jawab Jongwoon semangat.
Mwo? Kau gila?” tanya Soonhee tercengang dengan jawaban Jongwoon yang dengan gamblangnya menembus indera pendengarannya.
Jongwoon menggeleng. “Aku sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Eumm… Namanya…”
“Pokoknya nama anakku harus bagus dan lebih fenomenal dari nama panggungmu, Mr Yesung!” ujar Soonhee semangat memotong ucapan Jongwoon.
Jongwoon membulatkan kedua matanya tidak rela.
“Bagaimana bisa anak-anakku mengalahkan kejayaanku(?), hah?! Tidak bisa!” jeritnya histeris.
“Issh… Ini kan anakmu juga, Jongwoon-ah…” desis Soonhee dengan kedua matanya yang kembali memicing menatap Jongwoon. “Ya, sudah kalau kau tidak mau. Hey, baby, kau dengar apa yang appa-mu katakan? Dia tidak menyayangimu,” ujar Soonhee seolah-olah sedang ‘meracuni’ janinnya dengan hasutannya itu.
Jongwoon kembali membelalakkan kedua matanya. Dengan cepat ia menyentuh kedua bahu Soonhee dan membujuk istrinya itu.
Yaa… Kenapa begitu? Ne, neMian, aku hanya bercanda tadi,” bujuknya dengan tatapan merayu andalannya yang hanya mendapatkan reaksi tak memuaskan dari Soonhee––dia hanya mencebikkan bibirnya tetap dengan mata yang memicing.
“Hey~ Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Jongwoon yang terdengar manja sambil menyentil hidung mancung Soonhee. “Aku akan menjadi ayah yang baik, aku janji. Karena itu saat si baby lahir nanti, aku akan memotretnya sebanyak-banyaknya dan mempublikasikannya di internet. Kalau bisa aku akan membawanya ke panggung saat penampilanku nanti, supaya Clouds tahu bahwa aku sudah menjadi seorang ayah,” ujar Jongwoon panjang lebar yang mengundang tawa kecil Soonhee.
“Kau berlebihan. Kalau begitu caranya bisa-bisa si baby dikejar-kejar Clouds dan wartawan. Apa kau lupa kita hampir mati saat keluar dari apartemenmu dulu?” ujar Soonhee mengingat masa-masa menjelang pernikahannya, di mana mereka harus berlari seperti orang kesetanan hanya untuk menghindari Clouds yang ternyata sudah mengintai ‘Yesung’ mereka dan Soonhee tentunya. (Baca I’ll Marry You, Kim Jong Woon).
Jongwoon ikut terkekeh. “Biar saja, biar si baby jadi ikut terkenal seperti aku.”
Soonhee menggeleng. “Masa anak-anaknya akan dilewatinya dengan begitu berat jika publik mengekspos dirinya. Hidupnya pasti tidak akan tenang,” ujarnya bijak yang mendapat hadiah berupa kecupan sayang dari Jongwoon di pipi kirinya.
Good mom!” pujinya bangga. “Hey, ini sudah jam tiga pagi. Apa kau tidak lelah? Kajja tidur,” ujar Jongwoon sambil beranjak dari sofa, namun Soonhee tetap pada tempatnya.
Kedua mata namja itu kembali membulat saat dilihatnya Soonhee menggeleng dengan bibir manyun.
Wae?!” tanyanya histeris.
Demi Tuhan, ini sudah hampir pagi dan Soonhee masih saja bersikap manja yang hampir membuat Jongwoon gila karenanya!
“Aku ingin sesuatu…” ujar Soonhee manja.
“Apa lagi?”
“Nyanyikan lagu terbaikmu,” jawab Soonhee, membuat senyuman manis itu merekah di bibir Jongwoon.
‘Manis!’ batin Soonhee dengan kedua pipinya yang merona merah menatap senyuman di bibir suaminya itu.
Arra, aku akan menyanyikannya untukmu sampai pagi.”
Ani! Bukan untukku, tapi untuk baby,” sanggah Soonhee yang membuat Jongwoon kembali mengecup pipinya dengan gemas.
Arraseo…” ucap Jongwoon sembari memulai nyanyiannya dengan memposisikan wajahnya tepat di depan perut Soonhee.

**

Jongwoon melirik jam dinding yang terus berputar maju sambil memerhatikan guratan lelah di wajah Soonhee dengan lesu. Soonhee memang sudah puas dengan segala permintaan anehnya dan mendapatkan kembali rasa kantuknya. Tapi Jongwoon? Sayangnya namja itu yang kini tersiksa karena rasa kantuknya belum juga datang menghampiri. Jongwoon mengacak rambutnya frustasi. Ini sudah hampir jam empat pagi dan dia sama sekali belum mengantuk, sedangkan Soonhee sudah dengan lelapnya tidur di sofa.
“Hee~” panggil Jongwoon yang lebih terdengar seperti merengek sambil mengguncang pelan bahu Soonhee.
Soonhee menggumam pelan sambil menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang mendadak terasa kaku.
Mwo?” tanyanya dengan nada malas. Bayangkan saja hari masih gelap dan ia baru tidur satu jam yang lalu.
“Aku bosan.”
Mwo? Bosan? Apa kau tidak mengantuk, Jongwoon-ah?” tanya Soonhee kaget meskipun kedua matanya masih berat untuk dipaksa terbuka.
Jongwoon menggeleng dengan pasrah. “Ini karena ulahmu! Kalau saja kau tidak meminta yang macam-macam, pasti aku sudah tertidur sekarang,” ujar Jongwoon dengan memanyunkan bibirnya.
Soonhee menggeram, ia tidak tahan mendengar ocehan suaminya yang terus-terusan menyalahkan dirinya seperti itu. Dengan gemas ia menarik bibir manyun Jongwoon, hingga Jongwoon berteriak keras sekali.
“Rasakan!” desis Soonhee penuh kemenangan.
“Yaak, jahat!” rengek Jongwoon sambil memegangi bibirnya yang sexy itu(?).
“Memang!”
Aissh… Awas kau, Kim Soon Hee!” desis Jongwoon sambil mengambil ancang-ancang(?) untuk menangkap tubuh Soonhee yang sudah mulai menggemuk itu.
Ya! Ya! Kau mau apa?” tanya Soonhee curiga sambil beringsut menjauhi Jongwoon.
Grep!
Soonhee kalah cepat dengan gerakan Jongwoon. Kini gadis itu sudah berada di dalam dekapan Jongwoon yang sesekali menggelitik tubuhnya.
“Yaak… Hentikan! Hahaha… Aaw… Geli~” ucap Soonhee di sela-sela tawanya saat jemari Jongwoon dengan lihainya menari-nari di pinggang dan leher Soonhee.
“Ini hukuman untukmu, Sayang,” ucap Jongwoon sambil menjulurkan lidahnya.
“Aaaww… Ahahaha… Kumohon… hahaha, hentikan… Jebal..” pinta Soonhee memelas walau masih terdengar tawa di sela-sela ucapannya.
Jongwoon tersenyum bersamaan dengan berhentinya gerakan jemarinya. Kemudian ia memeluk Soonhee dan mendaratkan bibirnya pada bibir gadis itu ringan.
Saranghae,” ucapnya pelan.
Nado…” balas Soonhee sambil mengukir senyumannya.
Yaa… Aku mengatakannya untuk baby bukan untukmu, pabo,” ujar Jongwoon sambil tersenyum jahil.
Soonhee tampak mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, ia tercengang mendengar penuturan suaminya. Oh… Sekarang ia mencoba membangunkan singa lapar, huh?
Mwoya?!!! Oh, jadi begitu? Setelah membuatku menggemuk begini kau dengan seenaknya berkata seperti itu, hah?!! Ke mana tanggung jawabmu?! Kau sudah menghamiliku, Kim Jong Woon!!! KAU–––AAARGGGHHH!!!” omel Soonhee panjang lebar dengan nada tinggi tanpa jeda hanya untuk mengambil nafas. Ia mengacak-acak rambut Jongwoon dengan ganas, membuat tatapan Jongwoon tak beralih sesenti pun dari wajahnya, lebih tepatnya tercengang mendengar kalimat yang dengan gamblangnya keluar dari mulut Soonhee.
Blush!
Kedua pipi Jongwoon memerah setelah otaknya berhasil mencerna ucapan Soonhee.
Tanggung jawab? Menghamilinya?
Entah kenapa Jongwoon jadi malu sendiri mendengar kata-kata itu dari mulut istrinya sendiri. Ia ingat bagaimana ia selalu memaksa Soonhee untuk ‘membuat’ baby kecil mereka. Kkkk… Dengan sedikit siasat tentunya.
Aiish… Kau lucu sekali. Yeppuna,” ujar Jongwoon sambil tersenyum malu.
Ia mencubit pelan kedua pipi Soonhee yang hanya tercengang mendengar ucapan malu-malunya.
‘Pria ini masih waras, kan?’ pikirnya sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Jongwoon.
“Emmh… Kau kenapa?” tanya Jongwoon bingung dengan sikap istrinya sambil menjauhkan tangan kanan Soonhee dari kepalanya.
Soonhee menggeleng pelan. “Aniya…” jawabnya pelan dengan wajah polosnya.
Jongwoon tersenyum geli melihat sikap polos istrinya itu. Saking gemasnya ia langsung mendekatkan wajahnya dan mencium setiap inci wajah sampai ke lekukan leher Soonhee.
“Eumh… Jauhkan wajahmu dariku,” ujar Soonhee sambil berusaha mendorong pundak Jongwoon, tapi hasilnya nihil. Namja itu semakin membenamkan wajahnya pada lekukan leher Soonhee.
“Hmm… Apa ada lagi yang kau inginkan, Hee? Aku benar-benar tidak bisa tidur,” tanya Jongwoon tanpa menghentikan aktifitasnya menciumi Soonhee.
Setidaknya ada yang bisa mereka lakukan daripada harus terbangun tidak jelas pagi buta seperti ini. Soonhee tampak berpikir sementara Jongwoon tetap tidak menghentikan aktifitasnya pada sekitar wajah Soonhee. Lalu Soonhee menjentikkan jarinya, ia baru saja menemukan ide bagus.
“Hey, ada sesuatu yang kuinginkan sekarang,” ujar Soonhee sumringah sambil menjauhkan wajah Jongwoon dari wajahnya.
Mwo?”
“Aku mau melihatmu melakukan aegyo!” seru Soonhee senang yang mengundang kerutan di dahi Jongwoon.
“Heh?”
“Aih, cepatlah… Aku ingin melihatmu melakukan aegyo~ Oh, iya! Kau juga harus bertingkah seperti bayi!” serunya lagi sambil merengek dan memasang puppy eyes andalannya.
Jongwoon menghela nafasnya pelan, lalu mulai menangkupkan kedua tangannya di dagunya.
“Seperti ini?” tanyanya dengan ekspresi datar.
Ya! Kenapa wajahmu masam begitu? Yang manis, dong!” protes Soonhee sambil memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Jongwoon mendengus pelan dan memicingkan kedua matanya.
Arraseo!” serunya kesal.
Kemudian Jongwoon mulai memasang wajah (sok) cute-nya yang membuat senyum Soonhee mengembang.
Aiiih… Aiiih…” ucapnya dengan meniru suara bayi dengan gestur aegyo.
“Hahahah…!” tawa Soonhee mulai terdengar, dan aksi Jongwoon belum sampai di situ.
Jongwoon kembali membuat suara meniru bayi dilengkapi dengan ‘baby face’-nya andalannya. Tak hanya itu, ia mulai mendekat pada Soonhee dan menggelayut di lengan istrinya dengan manja, persis seperti anak kecil.
Eomma~” ucapnya manja masih dengan suara ‘bayi’.
Soonhee tertawa puas sambil mengacak-acak pelan rambut Jongwoon yang berada di lengannya. Jongwoon tersenyum-seyum manja bak seorang bayi yang membuat tawa Soonhee tak mampu berhenti.
Eomma-ya~”
Ne?”
Poppo..”
Sontak Soonhee menghentikan tawanya dan langsung menajamkan tatapannya pada Jongwoon yang masih mengharapkan respon dari ucapannya barusan.
Mwo?” tanya Soonhee dingin.
Poppo~” rengek Jongwoon lagi sambil memanyunkan bibirnya, bersiap mendapatkan kecupan sayang dari sang istri.
“Yaak! Kau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, heh?!” teriak Soonhee murka sambil menjewer sebelah telinga Jongwoon dengan kencang, membuat si bayi besar itu melonjak kesakitan dan mulai berteriak dengan suara aslinya.
Yayayayaaa!!! Appeu! Aiishh… Geumanhae!” jerit Jongwoon kesakitan sambil memegangi tangan Soonhee yang masih menjewer telinganya.
Napeun namja!” gumam Soonhee sambil melepaskan jewerannya dan menyentil hidung mancung Jongwoon.
Jongwoon memanyunkan bibirnya sambil menggosok telinganya yang sudah tampak merah itu. Ia rasa telinganya kini hampir lepas akibat ‘ulah’ Soonhee barusan.
“Kau selalu saja menyiksaku,” rengek Jongwoon masih dengan wajah memelasnya.
“Issh…” desis Soonhee kesal.

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam empat pagi, lalu menutup mulutnya yang mulai menguap. Ia masih mengantuk dan suaminya itu membangunkannya beberapa menit yang lalu.
“Hey, sudah hampir pagi. Aku masih mengantuk, apa kau tidak mau tidur?” tanya Soonhee dengan kedua mata lelahnya menatap Jongwoon.
“Kau sudah mau tidur?”
“Sangat! Aku baru saja tertidur satu jam yang lalu.”
Jongwoon terkekeh. Lalu ia beranjak dan mulai mengangkat Soonhee ke dalam gendongannya, membawanya masuk ke dalam kamar.
Yaa… Aku bisa jalan sendiri,” ujar Soonhee meminta untuk diturunkan.
Jongwoon menggeleng. “Aku mau menggendongmu.”
Soonhee kembali tersenyum sambil menatap kedua mata Jongwoon yang masih belum beralih dari wajahnya sementara kedua kakinya terus melangkah memasuki kamar.
Saranghae…” bisik Jongwoon pelan.
“Ngg… Itu untukku atau untuk si baby?” tanya Soonhee polos sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, membuat Jongwoon gemas dan sekali lagi mendaratkan kecupan singkat pada bibirnya.
“Itu untuk kalian berdua.”


*END*


Fuuuuh, akhirnya selesai juga FF ngebut yang butuh pengorbanan waktu seharian buat nyelesainnya!
Yap, di sini emang ngidamnya Soonhee nggak terlalu aneh. Abis bingung permintaan ajaib apa yang mesti Soonhee minta ke Yesung. Soalnya aku juga belum pernah ngidam sih :/ *I’m still a girl, guys xD*
And… Give me your opinion? About the baby… Kira-kira yeoja atau namja ya?
I’ll waiting for your comment on my comment box ;)

P.S: Oh yeah, pas liat kata-kata ngegantung Jongwoon yang ‘Namanya….’ Itu jadi keinget sama kata-kata temen sekelas aku *LOL *jangan keselek yak G.U.T ;p*

-Kamsahamnida~
 


1 komentar:

  1. hai hai aq reader baru disini, dari sjff lgs kesini, salam kenal..............

    BalasHapus