Minggu, 13 Januari 2013

Love or Obsession? (FINAL CHAPTER)



Love or Obsession––– Part 11 [END]


Author       : Ifa Raneza
Main Cast   : Yesung (Kim Jong Woon), Park Hyemi (OC)


**

Pria itu mengejar langkah lebar gadis yang berjalan dengan kesal di depannya, tidak memedulikan berapa kali gadis itu mengacuhkan panggilan sayangnya. Ia sadar ini memang kesalahannya dan ia tidak menduga dampaknya akan seburuk ini. Bayangkan selama lima menit terakhir mereka hanya main ‘kejar-kejaran’ di taman belakang rumah mewah itu, dan hasilnya tetap sama––gadis itu tetap mengacuhkan keberadaan pria itu.
Honey…” panggil pria itu dengan nada bicara yang tetap manis, berharap gadisnya akan segera menghentikan langkahnya, berbalik, lalu menghambur ke dalam pelukannya dan berkata bahwa ia sudah memaafkannya.
Tapi nihil, gadis itu tetap melangkah dengan langkah lebar dan cepat, berusaha menghindari namja yang tak pernah bosan mengikutinya itu.
Honey…” panggil namja itu lagi yang kini malah dengan nada merengek.
Gadis itu berhenti dan membuat namja tadi menghela nafas lega, tapi setelah ia berbalik, namja itu langsung menelan ludahnya saat mendapati wajah kesal gadis itu yang tampak seperti malaikat pencabut nyawa untuknya.
“Berhenti mengikuti, Jongwoon!!” jeritnya kesal sambil menghentakkan kedua kakinya.
Lalu ia kembali berbalik dan berjalan dengan langkah lebar dan lebih cepat melangkah masuk ke dalam ruang belakang rumahnya. Tapi dengan cepat pria itu langsung mencekal pergelangan tangan gadisnya dan menahannya.
“Yaak… Hyemi-ah, apa kau tidak lelah mengelilingi taman ini hampir sepuluh kali hanya untuk menghindariku, hm?” tanyanya sambil memiringkan kepalanya, menatap gadis yang masih memasang wajah masamnya itu dengan intens.
Hyemi mendengus kesal. Bagaimana pun hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggunya, tapi Jongwoon sudah menghancurkan semua rencananya.
“Aku masih kesal padamu!” seru Hyemi sambil menghempas tangan Jongwoon yang masih mencekal pergelangan tangannya.
“Kau masih marah padaku?”
“Tentu saja! Kau tahu? Aku sudah susah payah meminta eomma dan appa untuk menunda kepulangan mereka ke Amerika yang seharusnya kemarin hanya untuk mempertemukan kalian. Dan kau tahu apa yang terjadi? Aku sudah menunggumu selama dua jam dan ternyata kau terlambat!! Mereka sudah berangkat ke Amerika satu jam yang lalu. Dan sekarang kau masih bertanya apa aku masih marah padamu??!!” jelas Hyemi panjang lebar dengan kecepatan maksimal hingga menyebabkan nafasnya sedikit terengah-engah sekarang.
Jongwoon hanya mengerjapkan kedua matanya beberapa kali dan memiringkan kepalanya. Raut wajahnya tampak bingung sekarang, membuat Hyemi bertanya-tanya apakah namja ini mengerti dengan ucapannya atau tidak.
“Bisa tidak omonganmu diperlambat sedikit? Aku tidak mengerti,” ucap Jongwoon polos yang membuat Hyemi kembali naik darah.
Mwo? Kau sama sekali tidak mengerti ucapanku?” tanya Hyemi memastikan yang hanya Jongwoon jawab dengan sebuah gelengan. Hyemi menghela nafasnya dengan frustasi dan mengibaskan sebelah tangannya seraya berbalik dan melangkah masuk ke ruang tengah. “Lupakan saja,” ucapnya dingin.
Jongwoon mengacak rambutnya frustasi, lalu kembali menyusul Hyemi yang sudah berjalan masuk ke ruang tengah.
Honey… Kumohon maafkan aku. Setidaknya appa dan eomma-mu tahu kan bahwa putrinya yang manis ini berpacaran dengan Kim Jong Woon, bukan Lee Sungmin atau siapapun itu,” ujar Jongwoon yang masih bekerja keras membujuk Hyemi.
Hyemi berhenti, lalu berbalik dan menatap Jongwoon dengan tatapan menusuk sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Ne, mereka memang mengenal baik eomma, appa, dan keluarga besarmu. Tapi mereka belum pernah bertemu denganmu, Jongwoon-ah! Bagaimana mungkin mereka masih merestui hubungan kita kalau melihat rupamu saja mereka belum pernah,” sahut Hyemi ketus, membuat kedua bola mata Jongwoon membulat tak terima.
Ya! Apa maksud ucapan terakhirmu, hah?!” tanya Jongwoon dengan emosi yang mulai meledak-ledak.
Hyemi hanya mengendikkan bahunya seraya kembali melangkah menuju ruang keluarga.
Ya! Hyemi-ah, jelaskan apa maksud ucapan terakhirmu?!” pinta Jongwoon dengan nada tinggi yang tidak Hyemi hiraukan.
Diam-diam Hyemi menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum kecil mendengar jeritan tak terima kekasihnya itu yang menandakan dirinya cemburu mendengar penuturan Hyemi. Itu artinya namja itu masih menyayanginya, bukan begitu?

“Hyemi-ah… Kumohon jangan menganggapku patung seperti ini,” rengek Jongwoon sambil ikut menjatuhkan dirinya di sofa tepat di sebelah Hyemi yang kini sedang menyibukkan dirinya dengan majalah.
Hyemi menutup majalahnya dan menatap Jongwoon lembut.
“Kau tahu? Selama tiga hari ini eomma memaksaku untuk ikut dengannya untuk bertemu dengan teman-teman lamanya di Seoul, dan kau tahu apa tujuannya?”
Jongwoon menggeleng.
Eomma ingin mengenalkanku pada anak namja teman-temannya––yang tentunya lebih tampan darimu––padaku. Dan kau tahu kan apa artinya?” tanya Hyemi sambil mengerling nakal pada Jongwoon, membuat namja itu langsung memasang wajah tidak relanya.
“Yaak, apa maksudnya mereka lebih tampan dariku? Walaupun mereka melakukan operasi plastik seribu kali, mereka tetap tidak akan bisa menyamai ketampananku!” jeritnya histeris. “Dan lagi, untuk apa ibumu mengenalkanmu dengan anak-anak temannya itu, hah? Bukankah dia tahu bahwa anaknya ini sudah memiliki kekasih dan kita saling mencintai?” tanya Jongwoon dengan memicing curiga.
“Ya, dia tahu itu. Tapi selama tiga hari appa dan eomma-ku di sini, mereka sama sekali tidak melihat adanya perhatian yang kau tunjukkan padaku, Jongwoon. Aku rasa itulah yang menyebabkan ibuku ragu akan––”
“Tidak akan!” jerit Jongwoon histeris, memotong ucapan Hyemi. “Tidak akan kubiarkan itu terjadi!”
Hyemi mendengus pelan. “Tiga hari. Mereka tinggal di sini hanya dalam tiga hari mengingat urusan mereka di Amerika sana tidaklah sedikit. Dan kau menghancurkan rencana yang sudah kususun dan tidak memanfaatkan waktu yang singkat itu dengan baik!” omel Hyemi sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, menolak untuk menatap wajah kekasihnya itu.
Jongwoon tersenyum tipis. Lalu ia beringsut mendekat pada Hyemi dan mulai merangkul gadisnya itu dengan mesra, lagi-lagi memasang siasatnya untuk membujuknya.
Yaa… Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh..” ucap Jongwoon dengan nada merayu, membuat Hyemi hanya mendengus pelan tanpa menatap Jongwoon.
Yaa… Jangan seperti itu. Kau tidak mau memaafkanku, eoh? Kau tega pada namja tampanmu ini, hm?”
Hyemi menatap Jongwoon dengan tajam sekilas.
“Coba saja buat aku memaafkanmu, Mr Kim. Itu kan yang biasanya kau lakukan jika aku sudah seperti ini?” tantang Hyemi sambil kembali memalingkan wajahnya.
Hey, please…” pinta Jongwoon yang sama sekali tidak Hyemi gubris.
Jongwoon menyerah, memang tidak ada gunanya membujuk gadis keras kepala ini. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Hyemi dan mulai mengecup pipi gadis itu secara bertubi-tubi, berharap gadis itu akan berubah pikiran dan memaafkannya.
“Ayolah, seharusnya kau tidak menyalahkanku, tapi appa-ku. Appa menyuruhku mengurus pertemuan dengan relasi penting kami dari Cina tadi, dan––yaah seperti yang kau tahu––aku terlambat tiba di sini,” jelas Jongwoon yang lagi-lagi tidak mendapat respon memuaskan dari Hyemi.
Jongwoon kembali menciumi pipi Hyemi secara bertubi-tubi, dan membuat gadis itu mulai jengah. Hyemi menjauhkan wajah Jongwoon dari wajahnya dan menoleh pada namja itu.
“Yaak… Jangan mencium––Hmph!”
Ucapannya terhenti kala Jongwoon langsung menekankan bibirnya pada bibir tipis Hyemi, membungkam bibir itu yang siap meluncurkan kata-katanya untuk kembali ‘menghakimi’ Jongwoon. Hyemi mencoba melepaskan tautan bibir mereka saat bibir manis itu masih sekedar menyesap pelan permukaan bibirnya, tapi ia menyerah saat bibir Jongwoon mulai bergerak untuk melumat bibirnya. Awalnya pelan, lalu lama-kelamaan mulai berubah menjadi sedikit kasar.
Akhirnya Hyemi menyerah, tidak ada gunanya melawan sifat kekasihnya itu, dan inilah yang Jongwoon suka dari Hyemi––ia tidak pernah melawan sifatnya yang seperti ini. Kedua tangan Hyemi mulai mengusap kedua pundak Jongwoon, kemudian meremasnya pelan ketika Jongwoon dengan nakalnya menggigiti permukaan bibir bawahnya pelan.
“Hmmh… Sekarang kau sudah mengakui bahwa kau tidak bisa berkutik dengan sentuhanku, bukan?” goda Jongwoon setelah melepaskan tautan bibir mereka.
Sontak kedua pipi Hyemi memanas dan membuat rona merah itu muncul perlahan di sana. Jongwoon terkekeh melihat perubahan warna wajah gadis itu, lalu mencubitnya gemas.
“Kau puas, huh?” tanya Hyemi ketus dengan menundukkan wajahnya, menyembunyikan semburat merah yang sudah bisa Jongwoon lihat dengan jelas itu.
Jongwoon menggeleng. “Not yet.”
Mwo? Belum?”
Ne, mana bisa aku puas denganmu. Aku mencintaimu, Hyemi. Mana mungkin aku bosan denganmu,” ujar Jongwoon masih mencoba merayu kekasihnya yang keras kepala itu.
Hyemi tersenyum kecil sembari mencubit pelan hidung mancung namja di sebelahnya itu dengan gemas. Namja ini memang selalu bisa mengubah suasana hatinya menjadi lebih baik meskipun pada kenyataannya Jongwoon tetap sedikit menyebalkan.
So, young lady, are you forgive me?” tanya Jongwoon lembut.
Hyemi hanya mengangguk tanpa menghapus senyumannya.
“Kau memaafkanku?”
“Tentu saja.”
Prove it.”
What?”
Hyemi menganga lebar saat Jongwoon mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia lebih tercengang lagi saat namja itu menyentuh bibirnya sendiri, mengisyaratkan apa yang harus Hyemi lakukan.
AisshShireo!” tolak Hyemi mentah-mentah yang langsung membuat Jongwoon merengutkan wajahnya.
Waeyo?”
“Karena aku sudah bosan menciummu,” jawab Hyemi dengan kejamnya.
Tapi itu malah membuat Jongwoon semakin senang menggodanya. “Lie! Kau tidak mungkin bosan denganku, jika setiap kali berciuman kau selalu saja tersipu seperti itu,” ujarnya yang kembali membuat Hyemi tercengang dengan wajahnya yang kembali memerah.
“Jongwoon-ah!” rengeknya sambil memukul pundak Jongwoon pelan.
“Ouch… You must call me with ‘oppa’, Honey. Selama setahun ini kau selalu saja memanggilku dengan kejam seperti itu. Apa tidak ada panggilan yang lebih manis? Oppa, chagi, darling, atau…”
Chup!
Jongwoon menghentikan ocehannya, lalu menatap Hyemi dengan tatapan tak percaya. Gosh! Ini keajaiban! Ini pertama kalinya seorang Park Hyemi menciumnya duluan. Bukankah itu suatu kemajuan?

“Puas?” ucap Hyemi yang hanya Jongwoon tanggapi dengan sebuah senyuman menggoda.
“Yaah… lumayan, tapi akan lebih baik jika kau lakukan itu lebih lama.”
Shut up..” desis Hyemi kesal sambil beranjak dari sofa dan berjalan keluar dari ruang keluarga itu.
Ya! Wait!” cegah Jongwoon sambil ikut beranjak menyusul Hyemi yang sudah melangkah lima langkah di depannya. “Kau selalu mengacuhkanku seperti ini.”
Hyemi berbalik dan tersenyum penuh arti.
Ani, siapa bilang aku mengacuhkanmu?” ucap Hyemi sambil mendekatkan wajahnya pada Jongwoon dan berbisik pelan tepat di telinganya. “Darling?”
Jongwoon mendorong pundak Hyemi pelan hingga kini wajah mereka saling berhadapan. “What? Darling? You call me what?” tanya Jongwoon kaget bercampur senang.
Hyemi menggeleng sambil terkekeh pelan. “Tidak ada siaran ulang,” ucapnya sebelum ia memajukan wajahnya dan dengan cepat menekankan bibirnya pada bibir lembut itu sekali lagi.

“Wow… wow… Stop it, Guys. Don’t do that in front of me.”
Sontak Hyemi dan Jongwoon melepaskan tautan bibir mereka dan menoleh pada sumber suara. Mereka sangat mengenal suara itu. Ya, ini suara…
“Sungmin!” seru Hyemi girang seraya berlari-lari kecil menghampiri namja berkacamata yang berdiri di ambang pintu rumahnya.
Ia langsung menghambur memeluk teman lamanya itu begitu ia tiba di hadapannya, melepas rindu yang selama setahun ini belum bisa ia tumpahkan.
“Kapan kau kembali?” tanya Hyemi setelah puas memeluk Sungmin dan membuat Jongwoon merengut di belakang sana, cemburu.
“Baru saja,” jawab Sungmin sambil tersenyum tipis. “Oh, ada seseorang yang harus kukenalkan pada kalian,” ujarnya kemudian yang membuat Hyemi menatapnya dengan antusias.
“Nugu?” tanyanya antusias.
“Kau lihat saja sendiri,” ucap Sungmin yang semakin membuat tanda tanya di kepala Hyemi semakin besar.
Ia berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi tepat di depan rumah keluarga Park, membuka pintu penumpangnya, lalu seperti mengatakan sesuatu pada seseorang di dalam sana yang tidak dapat Hyemi dengar.
Hey, I’m here. Are you forget to me?” bisik Jongwoon sinis pada Hyemi ketika ia tiba di sebelah Hyemi.
Hyemi menoleh pada Jongwoon dan langsung melemparkan tatapan sinisnya.
Is this important, Sir?” tanyanya dingin, membuat Jongwoon mendengus dengan keras sementara Hyemi kembali menatap Sungmin dengan antusias.

Bisa mereka lihat Sungmin berjalan menghampiri mereka dengan seorang gadis tinggi, putih, langsing, dan berambut keemasan di belakangnya. Dan hal itu membuat Jongwoon dan Hyemi hampir berteriak kegirangan saking senangnya.
“Kenalkan, ini Annabelle Stuart,” kata Sungmin pada Hyemi dan Jongwoon yang sudah menatap gadis itu dengan kedua mata yang berbinar-binar. “Anna, they’re Park Hyemi and Kim Jong Woon, my friend and my cousin.”
Gadis itu tampak tersenyum lembut dan mengulurkan sebelah tangannya pada Hyemi.
Hello, I’m Annabelle Stuart. I am Sungmin’s––
Girlfriend,” ucap Sungmin cepat, memotong ucapan Annabelle yang belum sempat ia selesaikan itu.
Annabelle mendelik pada Sungmin, dan sebaliknya Sungmin tersenyum manis pada gadis itu, membuat Annabelle mendengus pelan.
I’m Kim Jong Woon, nice to meet you,” sahut Jongwoon sambil menyambar tangan Annabelle yang terulur dan menjabatnya dengan sukacita, membuat Hyemi yang melihatnya langsung merasakan emosinya mulai naik.
Hey, I’m jealous, Sir,” ujar Hyemi dengan suara yang bisa Sungmin dan Annabelle dengar, membuat Jongwoon langsung melepaskan tangan Annabelle dan merangkul Hyemi dengan mesra.
Well, she’s Park Hyemi, my girlfriend. Bukan begitu, Honey?” ucap Jongwoon seraya menoleh pada Hyemi yang kini hanya menatapnya sinis.
Sungmin terkekeh melihat dua orang di depannya, sedangkan Annabelle hanya menatap mereka dengan tatapan bingung.
“Jadi ini gadis yang sering kau ceritakan di email-mu, Sungmin-ah?” tanya Hyemi dengan kedua matanya yang––lagi-lagi––berbinar menatap Sungmin.
Annabelle membulatkan kedua matanya mendengar pertanyaan Hyemi dan langsung menoleh pada Sungmin, meminta penjelasan atas ucapan gadis itu.
Sungmin merangkul Annabelle dengan erat, membuat gadis itu bergerak tak nyaman di dalam rangkulannya.
Ne, dia gadis London berdarah Korea-Inggris yang kuceritakan itu,” ujar Sungmin sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.
“Sudah kuduga! Sungmin sering bercerita tentangmu,” ujar Hyemi sambil menjabat tangan Annabelle dengan semangat.
Re.. really?”
Ne! Sungmin banyak sekali bercerita tentangmu seperti tentang kebiasaan burukmu, pertemuan pertama kalian, masalah-masalah aneh kalian, dan––oh! Satu lagi! Kebiasaanmu yang tidak suka orang lain menyebut nama Koreamu,” ujar Hyemi yang membuat Jongwoon ingin sekali membungkam mulut kecilnya itu.
Annabelle tersenyum tipis mendengar ocehan Hyemi dan melirik Sungmin di sebelahnya sekilas.
Well, dia tahu semua tentangku,” ujar Annabelle.
Well, well, well… Sekarang kita sudah berkumpul kembali. Dan Lee Sungmin, congrats buddy, you got your lady now,” ujar Jongwoon seraya meninju pelan pundak Sungmin membuat sepupunya itu menatapnya dengan senyum lebar.
“Bagaimana kalau kita bicara di dalam?” ujar Hyemi sambil menggandeng tangan Annabelle dan menariknya ke dalam.

Mereka berempat terkekeh sembari melangkahkan kaki mereka ke dalam. Tapi langkah mereka berhenti ketika mendengar suara mesin mobil yang berjalan mendekat. Mereka sontak menolehkan kepala ke sumber suara. Dan hey, Hyemi langsung membulatkan kedua matanya saat menyadari mobil siapa yang baru saja memasuki halaman rumahnya.
Eomma!!!” serunya senang sambil berlari kecil ke arah mobil itu dan menghambur ke pelukan wanita paruh baya yang keluar dari sana.
“Hey, baru satu jam kutinggal kau sudah merindukanku seperti ini?” tanya wanita itu sambil membalas pelukan hangat putrinya.
Hyemi melepaskan pelukannya ketika dua orang pria ikut keluar dari mobil hitam itu. Tentu saja itu Tuan Park dan putranya, Park Jung Soo.
“Tunggu dulu, bukankah kalian sudah berangkat satu jam yang lalu?” tanya Hyemi sambil memicing curiga pada wajah kakaknya yang kini hanya menundukkan wajahnya sambil menggaruk belakang kepalanya. “Apa ini semua karenamu, Oppa?” tuduh Hyemi.
Jungsoo membulatkan kedua matanya menatap adiknya yang sedang menatapnya dengan curiga. Ia mendesah frustasi, lalu mengulum senyum malu.
“Kau selalu bisa menebakku, Hyemi-ah,” ujarnya yang membuat gelak tawa Hyemi terdengar.
“Kau tahu, dia hampir membuat appa dan eomma jantungan saat di bandara,” ujar Tuan Park pada Hyemi seraya merangkulnya hangat.
Mwo?! Dia bicara apa?”
“Dia bilang kau menangis sejadi-jadinya setelah appa dan eomma pergi meninggalkan rumah satu jam yang lalu,” jawab Tuan Park, membuat Hyemi menatap Jungsoo dengan tatapan tajamnya.
YA! Oppa, kenapa membuat berita palsu tentangku, hah?!” seru Hyemi kesal sambil berusaha menjambak rambut kakaknya itu, kalau saja tuan Park tidak menahannya.
Aiisshh… Seharusnya kau berterima kasih padaku, Hyemi. Bukankah karenaku kau bisa mengenalkan pacarmu pada eomma dan appa?” ujar Jungsoo sambil tersenyum penuh arti dan melirik Jongwoon yang tiba-tiba menjadi salah tingkah di belakang sana.
Jungsoo terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Sungmin dan Jongwoon, merangkul mereka dengan hangat.
So happy see you here, Sungmin,” ujarnya yang hanya Sungmin tanggapi dengan senyum tipisnya.
“Lalu mana pacarmu, Hyemi-ah?” tanya nyonya Park sumringah yang langsung membuat semburat merah itu muncul di wajah Hyemi dan Jongwoon.
Jungsoo dan Sungmin kembali tergelak melihat perubahan itu pada Jongwoon, sedangkan Jongwoon hanya mendengus kesal, menutupi kegugupannya.
Over here, Mom!” seru Jungsoo sambil menunjuk Jongwoon.
Jongwoon kembali salah tingkah dan hanya tersenyum kaku saat tatapan kedua orang tua Park bersaudara itu beralih padanya.
“Kim Jong Woon imnida,” ujarnya sambil membungkuk hormat.
Nyonya Park tersenyum ramah pada namja itu, lalu kembali memerhatikan putri kesayangannya yang berada dalam rangkulan suaminya.
“Woaah, jadi ini pacarmu, Hyemi-ah? Uhmm… Kalian cocok. Ya, menurutku kalian cocok,” ujar Nyonya Park yang membuat wajah Hyemi semakin memerah. “Aku penasaran bagaimana Jongwoon bisa meluluhkan hati Nona Park yang keras kepala ini.”
Eomma~” rengek Hyemi pada nyonya Park manja.
Jungsoo terkekeh. “Eomma akan salut jika mendengar perjuangan Jongwoon mendapatkan Hyemi,” ujar Jungsoo sambil membalas senyuman Jongwoon di sampingnya.

“Senang sekali kita bisa berkumpul seperti ini. Bagaimana kalau kita adakan makan malam bersama?” tanya nyonya Park pada Hyemi yang masih menundukkan wajahnya.
“Aku setuju, Eomma!” sahut Jungsoo yang hanya mendapatkan tatapan kesal dari ibunya.
Eomma sedang bertanya pada adikmu, Jungsoo-ya,” ujarnya yang membuat Sungmin dan Jongwoon tertawa keras sekali, dan diikuti dengan kekehan kecil Annabelle.
“Ya… Aku rasa itu bagus. Malam ini kita undang keluarga Kim dan juga Lee, bagaimana?” ujar Hyemi semangat yang hanya dijawab kedua orang tuanya itu dengan anggukan.
Great!”

**

“Aku lihat sepertinya kau sedikit gugup ketika bertemu dengan orang tuaku?” ujar Hyemi sambil menghirup aroma sebuket bunga mawar putih di tangannya, tanpa menatap Jongwoon yang sedang sibuk menyetir.
Jongwoon mendengus pelan, menutupi rona merah yang entah sejak kapan mulai merambati kulit wajahnya.
“Mungkin saja… Ini pertama kalinya aku bertemu mereka, jadi wajar saja, kan?” ujarnya sambil menoleh pada Hyemi yang sedang sibuk memerhatikan bunga mawar putih itu satu persatu.
“Emm… Aku rasa memang wajar. Tapi kau harus membiasakan dirimu dengan mereka secepatnya. Bukankah mereka akan menjadi mertuamu kelak?” ujar Hyemi lagi yang langsung membuat telinga Jongwoon berdiri dan melirik nakal ke arahnya.
Mwo? Mertua? Jadi kau ingin jadi istriku?” tanyanya cepat dengan intonasi senang.
Hyemi mulai memicingkan matanya, melirik Jongwoon dari sudut matanya.
YA! Jangan berpikir yang tidak-tidak! Aku harus menyelesaikan kuliahku dulu sebelum menikah,” serunya cepat yang semakin membuat Jongwoon terlihat puas.
Jongwoon terkekeh sambil tersenyum menggoda dan tetap melirik nakal pada kekasihnya yang sedang sibuk menggerutu di sampingnya.


“Yap! Kita sampai,” seru Hyemi senang sambil melepas seat belt dan langsung meloncat keluar dari mobil setibanya mereka di area pemakaman itu.
Jongwoon yang melihatnya segera melepas seat belt-nya dan berusaha mengejar langkah lebar kekasihnya itu. Ia bahkan belum sempat mencegahnya dan Hyemi sudah melompat keluar dari mobil, berlari-lari kecil ke arah satu makam yang selama setahun terakhir ini sering mereka kunjungi.
“Hey, pelan-pelan sedikit. Makam Narin tidak mungkin berpindah tempat kalau kau tidak segera ke sana, bukan?” ujar Jongwoon sambil menyejajarkan langkah mereka, walaupun langkah Hyemi tetap lebih cepat dari langkahnya.
“Issh, aku kan sudah tidak sabar ‘bertemu’ dengannya, Jongwoon,” cibir Hyemi sambil memanyunkan bibirnya, membuat Jongwoon semakin tergoda untuk menciumnya.
Tanpa memedulikan Jongwoon yang sedang tersenyum aneh di belakangnya, Hyemi terus melangkahkan kedua kakinya ke arah sebuah makam yang sangat dikenalnya. Ya, disanalah sahabat terbaiknya dimakamkan untuk selama-lamanya.
“Hey.. Aku datang lagi,” ucap Hyemi pelan sambil bersimpuh di sebelah makam itu.
Lalu ia meletakkan buket bunga yang dibawanya ke depan pusara di depannya.
“Hari ini aku bawakan bunga kesukaanmu, dan––hey lihatlah––Jongwoon bersikeras memaksa untuk ikut,” ujar Hyemi lagi sambil melirik Jongwoon yang ikut bersimpuh di sebelahnya. “Katanya ia ingin menyampaikan sesuatu yang belum sempat ia katakan padamu,” ujar Hyemi lagi, kini dengan menatap Jongwoon dalam dan penuh arti.
Jongwoon sedikit menggaruk belakang kepalanya dan berdehem pelan. Kemudian ia menatap makam di depannya dengan tulus.
“Ngg… Hey, Narin. Lama tidak bertemu,” ujar Jongwoon yang mulai salah tingkah, membuat Hyemi tersenyum kecil di sebelahnya. “Aku ingin mengatakan bahwa…
“Maaf.. Maaf untuk semua yang sudah kulakukan padamu dan juga.. Nara. Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaan kalian.
“Aku juga tidak bermaksud untuk membuat Nara memilih untuk mengakhiri hidupnya. Saat itu aku benar-benar bodoh.. Aku benar-benar tidak tahu yang kulakukan saat itu adalah suatu kesalahan besar, sampai akhirnya aku disadarkan oleh sahabatmu ini––Park Hyemi..”
Hyemi menoleh pada Jongwoon dengan tatapan ‘kenapa-aku-dibawa-bawa?’.
“Dan untuk Nara… Sampaikan permintaan maafku padanya di sana.. Aku tahu kalian sedang menatapku dari atas sana. Sampai saat ini aku belum menemukan makamnya, tapi aku janji aku akan segera menemukannya dan akan berkunjung sesering yang kubisa untuk memohon maaf padanya.
“Terima kasih. Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untuk menyatukan kami. Dan bisa kau lihat sekarang kami sangat bahagia.
“Narin, seandainya kau ada di sini, pasti kebersamaan kami akan semakin lengkap. Kau tahu? Jungsoo-hyung sering berandai-andai jika kau di sini. Ia berpikir akan lebih menyenangkan jika adiknya bertambah satu.
“Dan sekali lagi aku ingin minta maaf. Soal Nara… Aku benar-benar menyesal. Tidak seharusnya aku memperlakukan dia seperti … sampah…”
Jongwoon menghentikan ucapannya. Ia menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak ketika mengucapkan nama Nara, nama gadis yang sudah ia perlakukan seperti sampah dulu. Hyemi menyentuh pundak Jongwoon, mengusapnya. Air mata namja itu mulai membanjiri wajahnya dan membuat Hyemi tidak tahan dengan itu.
Uljima… Aku tahu semua itu memang sangat berat untukmu…” ucap Hyemi seraya memapah Jongwoon untuk bangkit.
Bye, Narin. Kami pulang dulu. Kapan-kapan aku akan mengunjungimu lagi,” ujarnya riang sebelum memapah Jongwoon pergi meninggalkan area pemakaman itu.

**

(Park Hyemi POV)

“Jadi kau sudah tahu masalahku dengan Narin dan Nara?” tanya Jongwoon saat kami baru saja sampai di apartemennya.
Entah untuk apa ia membawaku ke sini, yang jelas aku harap ia tidak memperkosaku di sini sebelum aku menyelesaikan kuliahku. Aku tidak mau perutku membuncit saat wisuda nanti.
“Tentu saja. Kau pikir selama ini aku terus-terusan tidak tahu tentang masalah besar itu, hah?” jawabku enteng sambil membuka kulkas di pantry dan mengambil sebotol jus.
“Sejak kapan?” tanyanya seraya duduk di dekat meja makan, menatapku dengan antusias.
“Sejak aku sadar dari koma dan Jungsoo-oppa memberitahuku tentang kematian Narin,” jawabku lagi sambil mengelap jus yang tersisa di sudut bibirku. “Dia memberitahuku semuanya.”
Ia menatapku dengan tatapan tak percaya, sedangkan aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
“Kau sudah tahu semuanya, tapi tidak pernah membahasnya denganku?”
“Buat apa? Toh itu hanya masa lalu.”
Ia mendesah frustasi, lalu menatapku dengan sudut matanya.
“Aku merasa dipermainkan,” gumamnya yang membuatku susah payah menahan tawaku.
Hey, kenapa aku baru sadar kalau wajahnya ketika kesal seperti ini sangat lucu?
“Seharusnya aku yang berkata seperti itu, kau mendekatiku dulu hanya untuk menjadikanku koleksi pacarmu saja, kan? Nappeun,” sindirku sambil berpura-pura memasang raut wajah kesal.
“Hey, maaf. Bukan maksudku…”
Aku tidak memedulikan ucapannya dan langsung berjalan melewatinya ke arah ruang TV. Ia mengikutiku dari belakang, mencoba meluluhkanku dengan kata-kata bujukannya. Ia menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sesaat setelah aku duduk di atas sofa empuknya ini.
Yaa.. Park Hyemi, kenapa kau jadi sensitif begini, hm?” tanyanya sembari mengusap pipiku dengan ibu jarinya, salah satu siasatnya untuk merayuku.
“Eeeh, jinjja? Aku sensitif? Perasaanmu saja, Jongwoon. Mana mungkin aku sensitif,” ujarku sambil menjauhkan tangannya dari wajahku dan tetap memanyunkan bibirku.
Yaa… Jangan mengacuhkanku seperti ini.”
“Siapa yang mengacuhkanmu?”
“Ini buktinya, kau tidak menatapku sama sekali.”
Aku menoleh padanya dan langsung menajamkan tatapanku, membuatnya semakin memasang wajah memelasnya.
“Ayolah, berhenti memasang wajah yang seperti itu,” pintanya sambil ber-aegyo ria yang membuat perutku melilit ingin muntah.
“Issh… Arraseo, jangan menunjukkan aegyo-mu lagi. Kau sama sekali tidak pantas ber-aegyo dibandingkan kemampuan aegyo Sungmin,” ujarku yang langsung membuatnya menatapku horror. Ups… Dia cemburu ternyata.
Ya! Park Hyemi, kau…” ucapnya murka yang tertahan.
“Apa, Sayang? Kenapa memanggilku seperti itu?” tanyaku dengan nada bicara yang sedikit dipermanis. Sekarang giliranku merayunya.
“Hey, kenapa menatapku seperti itu?” tanyaku lagi saat ia hanya menatapku dengan kedua matanya yang memicing.
Sadar usahaku merayunya tidak berhasil, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba cara terakhir untuk membujuknya. Dengan cepat aku mendekatkan wajahku pada wajahnya dan menempelkan bibirku tepat pada bibirnya. Awalnya ia kaget dengan tindakan tiba-tibaku, tapi saat aku hendak menarik wajahku kembali, ia langsung menahan tengkukku dan melumat bibirku pelan.
Ternyata hanya ini satu-satunya cara paling ampuh untuk mematahkan sikap dingin namja aneh ini. Dan lihat sekarang, ia bahkan belum melepaskan tautan bibir kami meskipun nafasku sudah terengah.
Yaaa!!! Dibujuk seperti itu kau malah keenakan!” seruku setelah mendorong dadanya dengan cukup sadis hingga tubuhnya sedikit terpental ke belakang.
Ia tersenyum puas sambil mengelap bibirnya yang sedikit basah.
“Aissh… Hyemi sayang, lama-lama kau sudah mulai berani mencuri ciumanku. Bagaimana nantinya jika kita sudah menikah, huh?” ucapnya dengan gestur malu-malu yang benar-benar membuatku melotot menatapnya.
“Issh, apa maksudmu? Kalau tahu begini aku tidak akan mau menciummu duluan,” ujarku sambil melipat kedua tanganku dan memalingkan wajahku ke arah lain.
Dengan cepat ia beringsut ke arahku dan memelukku dari samping, lalu memalingkan wajahku ke arahnya dengan sebelah tangannya.
“Hey, jangan begitu. Aku kan hanya bercanda,” katanya sambil terkekeh pelan, lalu mengecup pipiku lembut.
“Bercandamu aneh,” cibirku yang membuatnya kembali terkekeh.

“Ehm… Hyemi…”
“Hm?”
“Bagaimana kalau malam ini kau menginap di sini? Malam ini saja, ya?”
Aku bergidik mendengar ucapannya, terlebih seringai yang entah sejak kapan muncul di bibirnya yang tipis itu. Dan.. Oh, tidak! Tubuhku sudah dikunci dengan kedua tangan besarnya, membuatku kembali bergidik ngeri dengan kemungkinan yang berkecamuk di pikiranku saat ini.
“Ma.. mau apa kau? Jangan macam-macam! A..atau…”
“Atau apa?”
Aku merasa tubuhku semakin merinding dalam dekapannya mengingat aku tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dengan apa yang akan dia lakukan padaku.
“HUWAAAAA… OPPA, EOMMA, APPA!!! TOLONG AKUUUUU!!!” teriakku sambil memberontak dari dekapannya yang belum juga lepas ini, sementara dia hanya tersenyum puas sambil menciumi pipiku secara bertubi-tubi.
Aku bingung bagaimana mungkin aku bisa mencintai namja mesum plus aneh seperti dia. Padahal masih ada Sungmin yang sudah bersedia menikahiku dulu. Tapi itu dulu sebelum aku memilih untuk kabur bersama namja aneh ini.
Entahlah, kalau aku tahu apa yang membuatku jatuh cinta pada namja setengah gila ini, itu tidak bisa disebut cinta kan?


-END-



YAAAAAA~~~~!
Akhirnya selesai juga nih FF yang bikin kepala aku mumet plus benjol-benjol gara-gara mikirinnya tiap malem. Hehehe :D
Maaf yak kalo endingnya rada gaje atau gimana -___-v
Abisnya cuma ide ini yang kepikiran pas nyelesain Part 10. Mian… mian…
Comment? Tetap saya harapkan :D
Kritik? Tetap saya hargai asalkan nggak kasar yah ;)
Makasih buat semuanya yang udah mendukung dan mengikuti alur kisah Hyemi dan namja setengah gila a.k.a Kim Jong Woon ini #BLETAK *dijitak Yesung*. *bow* XD

KAMSAHAMNIDAAAA~~! *lambai2 tangan* :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar