Love or Obsession––– Part 11 [END]
Author : Ifa Raneza
Main Cast : Yesung (Kim Jong Woon), Park Hyemi (OC)
**
Pria
itu mengejar langkah lebar gadis yang berjalan dengan kesal di depannya, tidak
memedulikan berapa kali gadis itu mengacuhkan panggilan sayangnya. Ia sadar ini
memang kesalahannya dan ia tidak menduga dampaknya akan seburuk ini. Bayangkan
selama lima menit terakhir mereka hanya main ‘kejar-kejaran’ di taman belakang
rumah mewah itu, dan hasilnya tetap sama––gadis itu tetap mengacuhkan keberadaan
pria itu.
“Honey…” panggil pria itu dengan nada
bicara yang tetap manis, berharap gadisnya akan segera menghentikan langkahnya,
berbalik, lalu menghambur ke dalam pelukannya dan berkata bahwa ia sudah
memaafkannya.
Tapi
nihil, gadis itu tetap melangkah dengan langkah lebar dan cepat, berusaha
menghindari namja yang tak pernah
bosan mengikutinya itu.
“Honey…” panggil namja itu lagi yang kini malah dengan nada merengek.
Gadis
itu berhenti dan membuat namja tadi
menghela nafas lega, tapi setelah ia berbalik, namja itu langsung menelan ludahnya saat mendapati wajah kesal
gadis itu yang tampak seperti malaikat pencabut nyawa untuknya.
“Berhenti
mengikuti, Jongwoon!!” jeritnya kesal sambil menghentakkan kedua kakinya.
Lalu
ia kembali berbalik dan berjalan dengan langkah lebar dan lebih cepat melangkah
masuk ke dalam ruang belakang rumahnya. Tapi dengan cepat pria itu langsung
mencekal pergelangan tangan gadisnya dan menahannya.
“Yaak…
Hyemi-ah, apa kau tidak lelah mengelilingi taman ini hampir sepuluh kali hanya
untuk menghindariku, hm?” tanyanya sambil memiringkan kepalanya, menatap gadis
yang masih memasang wajah masamnya itu dengan intens.
Hyemi
mendengus kesal. Bagaimana pun hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggunya,
tapi Jongwoon sudah menghancurkan semua rencananya.
“Aku
masih kesal padamu!” seru Hyemi sambil menghempas tangan Jongwoon yang masih
mencekal pergelangan tangannya.
“Kau
masih marah padaku?”
“Tentu
saja! Kau tahu? Aku sudah susah payah meminta eomma dan appa untuk
menunda kepulangan mereka ke Amerika yang seharusnya kemarin hanya untuk
mempertemukan kalian. Dan kau tahu apa yang terjadi? Aku sudah menunggumu
selama dua jam dan ternyata kau terlambat!! Mereka sudah berangkat ke Amerika
satu jam yang lalu. Dan sekarang kau masih bertanya apa aku masih marah
padamu??!!” jelas Hyemi panjang lebar dengan kecepatan maksimal hingga
menyebabkan nafasnya sedikit terengah-engah sekarang.
Jongwoon
hanya mengerjapkan kedua matanya beberapa kali dan memiringkan kepalanya. Raut
wajahnya tampak bingung sekarang, membuat Hyemi bertanya-tanya apakah namja ini mengerti dengan ucapannya atau
tidak.
“Bisa
tidak omonganmu diperlambat sedikit? Aku tidak mengerti,” ucap Jongwoon polos
yang membuat Hyemi kembali naik darah.
“Mwo? Kau sama sekali tidak mengerti
ucapanku?” tanya Hyemi memastikan yang hanya Jongwoon jawab dengan sebuah
gelengan. Hyemi menghela nafasnya dengan frustasi dan mengibaskan sebelah
tangannya seraya berbalik dan melangkah masuk ke ruang tengah. “Lupakan saja,”
ucapnya dingin.
Jongwoon
mengacak rambutnya frustasi, lalu kembali menyusul Hyemi yang sudah berjalan
masuk ke ruang tengah.
“Honey… Kumohon maafkan aku. Setidaknya appa dan eomma-mu tahu kan bahwa putrinya yang manis ini berpacaran dengan
Kim Jong Woon, bukan Lee Sungmin atau siapapun itu,” ujar Jongwoon yang masih
bekerja keras membujuk Hyemi.
Hyemi
berhenti, lalu berbalik dan menatap Jongwoon dengan tatapan menusuk sambil melipat
kedua tangannya di depan dada.
“Ne, mereka memang mengenal baik eomma, appa, dan keluarga besarmu. Tapi
mereka belum pernah bertemu denganmu, Jongwoon-ah! Bagaimana mungkin mereka
masih merestui hubungan kita kalau melihat rupamu saja mereka belum pernah,”
sahut Hyemi ketus, membuat kedua bola mata Jongwoon membulat tak terima.
“Ya! Apa maksud ucapan terakhirmu, hah?!”
tanya Jongwoon dengan emosi yang mulai meledak-ledak.
Hyemi
hanya mengendikkan bahunya seraya kembali melangkah menuju ruang keluarga.
“Ya! Hyemi-ah, jelaskan apa maksud ucapan
terakhirmu?!” pinta Jongwoon dengan nada tinggi yang tidak Hyemi hiraukan.
Diam-diam
Hyemi menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum kecil mendengar jeritan
tak terima kekasihnya itu yang menandakan dirinya cemburu mendengar penuturan
Hyemi. Itu artinya namja itu masih
menyayanginya, bukan begitu?
“Hyemi-ah…
Kumohon jangan menganggapku patung seperti ini,” rengek Jongwoon sambil ikut
menjatuhkan dirinya di sofa tepat di sebelah Hyemi yang kini sedang menyibukkan
dirinya dengan majalah.
Hyemi
menutup majalahnya dan menatap Jongwoon lembut.
“Kau
tahu? Selama tiga hari ini eomma
memaksaku untuk ikut dengannya untuk bertemu dengan teman-teman lamanya di
Seoul, dan kau tahu apa tujuannya?”
Jongwoon
menggeleng.
“Eomma ingin mengenalkanku pada anak namja teman-temannya––yang tentunya
lebih tampan darimu––padaku. Dan kau tahu kan apa artinya?” tanya Hyemi sambil
mengerling nakal pada Jongwoon, membuat namja
itu langsung memasang wajah tidak relanya.
“Yaak,
apa maksudnya mereka lebih tampan dariku? Walaupun mereka melakukan operasi
plastik seribu kali, mereka tetap tidak akan bisa menyamai ketampananku!”
jeritnya histeris. “Dan lagi, untuk apa ibumu mengenalkanmu dengan anak-anak
temannya itu, hah? Bukankah dia tahu bahwa anaknya ini sudah memiliki kekasih
dan kita saling mencintai?” tanya Jongwoon dengan memicing curiga.
“Ya,
dia tahu itu. Tapi selama tiga hari appa
dan eomma-ku di sini, mereka sama
sekali tidak melihat adanya perhatian yang kau tunjukkan padaku, Jongwoon. Aku
rasa itulah yang menyebabkan ibuku ragu akan––”
“Tidak
akan!” jerit Jongwoon histeris, memotong ucapan Hyemi. “Tidak akan kubiarkan
itu terjadi!”
Hyemi
mendengus pelan. “Tiga hari. Mereka tinggal di sini hanya dalam tiga hari
mengingat urusan mereka di Amerika sana tidaklah sedikit. Dan kau menghancurkan
rencana yang sudah kususun dan tidak memanfaatkan waktu yang singkat itu dengan
baik!” omel Hyemi sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, menolak untuk
menatap wajah kekasihnya itu.
Jongwoon
tersenyum tipis. Lalu ia beringsut mendekat pada Hyemi dan mulai merangkul
gadisnya itu dengan mesra, lagi-lagi memasang siasatnya untuk membujuknya.
“Yaa… Aku tidak bermaksud begitu.
Sungguh..” ucap Jongwoon dengan nada merayu, membuat Hyemi hanya mendengus
pelan tanpa menatap Jongwoon.
“Yaa… Jangan seperti itu. Kau tidak mau
memaafkanku, eoh? Kau tega pada namja tampanmu ini, hm?”
Hyemi
menatap Jongwoon dengan tajam sekilas.
“Coba
saja buat aku memaafkanmu, Mr Kim. Itu kan yang biasanya kau lakukan jika aku sudah
seperti ini?” tantang Hyemi sambil kembali memalingkan wajahnya.
“Hey, please…” pinta Jongwoon yang sama
sekali tidak Hyemi gubris.
Jongwoon
menyerah, memang tidak ada gunanya membujuk gadis keras kepala ini. Kemudian ia
mendekatkan wajahnya pada wajah Hyemi dan mulai mengecup pipi gadis itu secara
bertubi-tubi, berharap gadis itu akan berubah pikiran dan memaafkannya.
“Ayolah,
seharusnya kau tidak menyalahkanku, tapi appa-ku.
Appa menyuruhku mengurus pertemuan
dengan relasi penting kami dari Cina tadi, dan––yaah seperti yang kau tahu––aku
terlambat tiba di sini,” jelas Jongwoon yang lagi-lagi tidak mendapat respon
memuaskan dari Hyemi.
Jongwoon
kembali menciumi pipi Hyemi secara bertubi-tubi, dan membuat gadis itu mulai jengah.
Hyemi menjauhkan wajah Jongwoon dari wajahnya dan menoleh pada namja itu.
“Yaak…
Jangan mencium––Hmph!”
Ucapannya
terhenti kala Jongwoon langsung menekankan bibirnya pada bibir tipis Hyemi,
membungkam bibir itu yang siap meluncurkan kata-katanya untuk kembali ‘menghakimi’
Jongwoon. Hyemi mencoba melepaskan tautan bibir mereka saat bibir manis itu
masih sekedar menyesap pelan permukaan bibirnya, tapi ia menyerah saat bibir
Jongwoon mulai bergerak untuk melumat bibirnya. Awalnya pelan, lalu lama-kelamaan
mulai berubah menjadi sedikit kasar.
Akhirnya
Hyemi menyerah, tidak ada gunanya melawan sifat kekasihnya itu, dan inilah yang
Jongwoon suka dari Hyemi––ia tidak pernah melawan sifatnya yang seperti ini.
Kedua tangan Hyemi mulai mengusap kedua pundak Jongwoon, kemudian meremasnya
pelan ketika Jongwoon dengan nakalnya menggigiti permukaan bibir bawahnya
pelan.
“Hmmh…
Sekarang kau sudah mengakui bahwa kau tidak bisa berkutik dengan sentuhanku,
bukan?” goda Jongwoon setelah melepaskan tautan bibir mereka.
Sontak
kedua pipi Hyemi memanas dan membuat rona merah itu muncul perlahan di sana.
Jongwoon terkekeh melihat perubahan warna wajah gadis itu, lalu mencubitnya
gemas.
“Kau
puas, huh?” tanya Hyemi ketus dengan menundukkan wajahnya, menyembunyikan
semburat merah yang sudah bisa Jongwoon lihat dengan jelas itu.
Jongwoon
menggeleng. “Not yet.”
“Mwo? Belum?”
“Ne, mana bisa aku puas denganmu. Aku
mencintaimu, Hyemi. Mana mungkin aku bosan denganmu,” ujar Jongwoon masih
mencoba merayu kekasihnya yang keras kepala itu.
Hyemi
tersenyum kecil sembari mencubit pelan hidung mancung namja di sebelahnya itu dengan gemas. Namja ini memang selalu bisa mengubah suasana hatinya menjadi lebih
baik meskipun pada kenyataannya Jongwoon tetap sedikit menyebalkan.
“So, young lady, are you forgive me?”
tanya Jongwoon lembut.
Hyemi
hanya mengangguk tanpa menghapus senyumannya.
“Kau
memaafkanku?”
“Tentu
saja.”
“Prove it.”
“What?”
Hyemi
menganga lebar saat Jongwoon mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia lebih
tercengang lagi saat namja itu
menyentuh bibirnya sendiri, mengisyaratkan apa yang harus Hyemi lakukan.
“Aissh… Shireo!” tolak Hyemi mentah-mentah yang langsung membuat Jongwoon
merengutkan wajahnya.
“Waeyo?”
“Karena
aku sudah bosan menciummu,” jawab Hyemi dengan kejamnya.
Tapi
itu malah membuat Jongwoon semakin senang menggodanya. “Lie! Kau tidak mungkin bosan denganku, jika setiap kali berciuman
kau selalu saja tersipu seperti itu,” ujarnya yang kembali membuat Hyemi
tercengang dengan wajahnya yang kembali memerah.
“Jongwoon-ah!”
rengeknya sambil memukul pundak Jongwoon pelan.
“Ouch…
You must call me with ‘oppa’, Honey. Selama setahun ini kau selalu
saja memanggilku dengan kejam seperti itu. Apa tidak ada panggilan yang lebih
manis? Oppa, chagi, darling, atau…”
Chup!
Jongwoon
menghentikan ocehannya, lalu menatap Hyemi dengan tatapan tak percaya. Gosh! Ini keajaiban! Ini pertama kalinya
seorang Park Hyemi menciumnya duluan. Bukankah itu suatu kemajuan?
“Puas?” ucap Hyemi yang hanya Jongwoon tanggapi dengan sebuah senyuman menggoda.
“Yaah…
lumayan, tapi akan lebih baik jika kau lakukan itu lebih lama.”
“Shut up..” desis Hyemi kesal sambil
beranjak dari sofa dan berjalan keluar dari ruang keluarga itu.
“Ya! Wait!” cegah Jongwoon sambil ikut
beranjak menyusul Hyemi yang sudah melangkah lima langkah di depannya. “Kau
selalu mengacuhkanku seperti ini.”
Hyemi
berbalik dan tersenyum penuh arti.
“Ani, siapa bilang aku mengacuhkanmu?”
ucap Hyemi sambil mendekatkan wajahnya pada Jongwoon dan berbisik pelan tepat
di telinganya. “Darling?”
Jongwoon
mendorong pundak Hyemi pelan hingga kini wajah mereka saling berhadapan. “What? Darling? You call me what?” tanya Jongwoon kaget bercampur senang.
Hyemi
menggeleng sambil terkekeh pelan. “Tidak ada siaran ulang,” ucapnya sebelum ia
memajukan wajahnya dan dengan cepat menekankan bibirnya pada bibir lembut itu
sekali lagi.
“Wow…
wow… Stop it, Guys. Don’t do that in
front of me.”
Sontak
Hyemi dan Jongwoon melepaskan tautan bibir mereka dan menoleh pada sumber
suara. Mereka sangat mengenal suara itu. Ya, ini suara…
“Sungmin!”
seru Hyemi girang seraya berlari-lari kecil menghampiri namja berkacamata yang berdiri di ambang pintu rumahnya.
Ia
langsung menghambur memeluk teman lamanya itu begitu ia tiba di hadapannya,
melepas rindu yang selama setahun ini belum bisa ia tumpahkan.
“Kapan
kau kembali?” tanya Hyemi setelah puas memeluk Sungmin dan membuat Jongwoon
merengut di belakang sana, cemburu.
“Baru
saja,” jawab Sungmin sambil tersenyum tipis. “Oh, ada seseorang yang harus
kukenalkan pada kalian,” ujarnya kemudian yang membuat Hyemi menatapnya dengan
antusias.
“Nugu?”
tanyanya antusias.
“Kau
lihat saja sendiri,” ucap Sungmin yang semakin membuat tanda tanya di kepala
Hyemi semakin besar.
Ia
berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi tepat di depan rumah keluarga
Park, membuka pintu penumpangnya, lalu seperti mengatakan sesuatu pada
seseorang di dalam sana yang tidak dapat Hyemi dengar.
“Hey, I’m here. Are you forget to me?”
bisik Jongwoon sinis pada Hyemi ketika ia tiba di sebelah Hyemi.
Hyemi
menoleh pada Jongwoon dan langsung melemparkan tatapan sinisnya.
“Is this important, Sir?” tanyanya
dingin, membuat Jongwoon mendengus dengan keras sementara Hyemi kembali menatap
Sungmin dengan antusias.
Bisa
mereka lihat Sungmin berjalan menghampiri mereka dengan seorang gadis tinggi,
putih, langsing, dan berambut keemasan di belakangnya. Dan hal itu membuat
Jongwoon dan Hyemi hampir berteriak kegirangan saking senangnya.
“Kenalkan,
ini Annabelle Stuart,” kata Sungmin pada Hyemi dan Jongwoon yang sudah menatap
gadis itu dengan kedua mata yang berbinar-binar. “Anna, they’re Park Hyemi and
Kim Jong Woon, my friend and my cousin.”
Gadis
itu tampak tersenyum lembut dan mengulurkan sebelah tangannya pada Hyemi.
“Hello, I’m Annabelle Stuart. I am Sungmin’s––”
“Girlfriend,” ucap Sungmin cepat,
memotong ucapan Annabelle yang belum sempat ia selesaikan itu.
Annabelle
mendelik pada Sungmin, dan sebaliknya Sungmin tersenyum manis pada gadis itu,
membuat Annabelle mendengus pelan.
“I’m Kim Jong Woon, nice to meet you,”
sahut Jongwoon sambil menyambar tangan Annabelle yang terulur dan menjabatnya
dengan sukacita, membuat Hyemi yang melihatnya langsung merasakan emosinya
mulai naik.
“Hey, I’m jealous, Sir,” ujar Hyemi
dengan suara yang bisa Sungmin dan Annabelle dengar, membuat Jongwoon langsung
melepaskan tangan Annabelle dan merangkul Hyemi dengan mesra.
“Well, she’s Park Hyemi, my girlfriend.
Bukan begitu, Honey?” ucap Jongwoon
seraya menoleh pada Hyemi yang kini hanya menatapnya sinis.
Sungmin
terkekeh melihat dua orang di depannya, sedangkan Annabelle hanya menatap
mereka dengan tatapan bingung.
“Jadi
ini gadis yang sering kau ceritakan di email-mu,
Sungmin-ah?” tanya Hyemi dengan kedua matanya yang––lagi-lagi––berbinar menatap
Sungmin.
Annabelle
membulatkan kedua matanya mendengar pertanyaan Hyemi dan langsung menoleh pada
Sungmin, meminta penjelasan atas ucapan gadis itu.
Sungmin
merangkul Annabelle dengan erat, membuat gadis itu bergerak tak nyaman di dalam
rangkulannya.
“Ne, dia gadis London berdarah
Korea-Inggris yang kuceritakan itu,” ujar Sungmin sambil menunjukkan senyuman
terbaiknya.
“Sudah
kuduga! Sungmin sering bercerita tentangmu,” ujar Hyemi sambil menjabat tangan
Annabelle dengan semangat.
“Re.. really?”
“Ne! Sungmin banyak sekali bercerita
tentangmu seperti tentang kebiasaan burukmu, pertemuan pertama kalian,
masalah-masalah aneh kalian, dan––oh! Satu lagi! Kebiasaanmu yang tidak suka
orang lain menyebut nama Koreamu,” ujar Hyemi yang membuat Jongwoon ingin sekali
membungkam mulut kecilnya itu.
Annabelle
tersenyum tipis mendengar ocehan Hyemi dan melirik Sungmin di sebelahnya
sekilas.
“Well, dia tahu semua tentangku,” ujar
Annabelle.
“Well, well, well… Sekarang kita sudah
berkumpul kembali. Dan Lee Sungmin, congrats
buddy, you got your lady now,” ujar Jongwoon seraya meninju pelan pundak
Sungmin membuat sepupunya itu menatapnya dengan senyum lebar.
“Bagaimana
kalau kita bicara di dalam?” ujar Hyemi sambil menggandeng tangan Annabelle dan
menariknya ke dalam.
Mereka
berempat terkekeh sembari melangkahkan kaki mereka ke dalam. Tapi langkah
mereka berhenti ketika mendengar suara mesin mobil yang berjalan mendekat.
Mereka sontak menolehkan kepala ke sumber suara. Dan hey, Hyemi langsung
membulatkan kedua matanya saat menyadari mobil siapa yang baru saja memasuki
halaman rumahnya.
“Eomma!!!” serunya senang sambil berlari
kecil ke arah mobil itu dan menghambur ke pelukan wanita paruh baya yang keluar
dari sana.
“Hey,
baru satu jam kutinggal kau sudah merindukanku seperti ini?” tanya wanita itu
sambil membalas pelukan hangat putrinya.
Hyemi
melepaskan pelukannya ketika dua orang pria ikut keluar dari mobil hitam itu. Tentu
saja itu Tuan Park dan putranya, Park Jung Soo.
“Tunggu
dulu, bukankah kalian sudah berangkat satu jam yang lalu?” tanya Hyemi sambil
memicing curiga pada wajah kakaknya yang kini hanya menundukkan wajahnya sambil
menggaruk belakang kepalanya. “Apa ini semua karenamu, Oppa?” tuduh Hyemi.
Jungsoo
membulatkan kedua matanya menatap adiknya yang sedang menatapnya dengan curiga.
Ia mendesah frustasi, lalu mengulum senyum malu.
“Kau
selalu bisa menebakku, Hyemi-ah,” ujarnya yang membuat gelak tawa Hyemi
terdengar.
“Kau
tahu, dia hampir membuat appa dan eomma jantungan saat di bandara,” ujar
Tuan Park pada Hyemi seraya merangkulnya hangat.
“Mwo?! Dia bicara apa?”
“Dia
bilang kau menangis sejadi-jadinya setelah appa
dan eomma pergi meninggalkan rumah
satu jam yang lalu,” jawab Tuan Park, membuat Hyemi menatap Jungsoo dengan
tatapan tajamnya.
“YA! Oppa, kenapa membuat berita palsu
tentangku, hah?!” seru Hyemi kesal sambil berusaha menjambak rambut kakaknya
itu, kalau saja tuan Park tidak menahannya.
“Aiisshh… Seharusnya kau berterima kasih
padaku, Hyemi. Bukankah karenaku kau bisa mengenalkan pacarmu pada eomma dan appa?” ujar Jungsoo sambil tersenyum penuh arti dan melirik
Jongwoon yang tiba-tiba menjadi salah tingkah di belakang sana.
Jungsoo
terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Sungmin dan Jongwoon, merangkul mereka
dengan hangat.
“So happy see you here, Sungmin,” ujarnya
yang hanya Sungmin tanggapi dengan senyum tipisnya.
“Lalu
mana pacarmu, Hyemi-ah?” tanya nyonya Park sumringah yang langsung membuat
semburat merah itu muncul di wajah Hyemi dan Jongwoon.
Jungsoo
dan Sungmin kembali tergelak melihat perubahan itu pada Jongwoon, sedangkan
Jongwoon hanya mendengus kesal, menutupi kegugupannya.
“Over here, Mom!” seru Jungsoo sambil
menunjuk Jongwoon.
Jongwoon
kembali salah tingkah dan hanya tersenyum kaku saat tatapan kedua orang tua
Park bersaudara itu beralih padanya.
“Kim
Jong Woon imnida,” ujarnya sambil
membungkuk hormat.
Nyonya
Park tersenyum ramah pada namja itu,
lalu kembali memerhatikan putri kesayangannya yang berada dalam rangkulan
suaminya.
“Woaah,
jadi ini pacarmu, Hyemi-ah? Uhmm… Kalian cocok. Ya, menurutku kalian cocok,”
ujar Nyonya Park yang membuat wajah Hyemi semakin memerah. “Aku penasaran
bagaimana Jongwoon bisa meluluhkan hati Nona Park yang keras kepala ini.”
“Eomma~” rengek Hyemi pada nyonya Park
manja.
Jungsoo
terkekeh. “Eomma akan salut jika
mendengar perjuangan Jongwoon mendapatkan Hyemi,” ujar Jungsoo sambil membalas
senyuman Jongwoon di sampingnya.
“Senang
sekali kita bisa berkumpul seperti ini. Bagaimana kalau kita adakan makan malam
bersama?” tanya nyonya Park pada Hyemi yang masih menundukkan wajahnya.
“Aku
setuju, Eomma!” sahut Jungsoo yang
hanya mendapatkan tatapan kesal dari ibunya.
“Eomma sedang bertanya pada adikmu,
Jungsoo-ya,” ujarnya yang membuat Sungmin dan Jongwoon tertawa keras sekali,
dan diikuti dengan kekehan kecil Annabelle.
“Ya…
Aku rasa itu bagus. Malam ini kita undang keluarga Kim dan juga Lee,
bagaimana?” ujar Hyemi semangat yang hanya dijawab kedua orang tuanya itu
dengan anggukan.
“Great!”
**
“Aku
lihat sepertinya kau sedikit gugup ketika bertemu dengan orang tuaku?” ujar
Hyemi sambil menghirup aroma sebuket bunga mawar putih di tangannya, tanpa
menatap Jongwoon yang sedang sibuk menyetir.
Jongwoon
mendengus pelan, menutupi rona merah yang entah sejak kapan mulai merambati
kulit wajahnya.
“Mungkin
saja… Ini pertama kalinya aku bertemu mereka, jadi wajar saja, kan?” ujarnya
sambil menoleh pada Hyemi yang sedang sibuk memerhatikan bunga mawar putih itu
satu persatu.
“Emm…
Aku rasa memang wajar. Tapi kau harus membiasakan dirimu dengan mereka
secepatnya. Bukankah mereka akan menjadi mertuamu kelak?” ujar Hyemi lagi yang
langsung membuat telinga Jongwoon berdiri dan melirik nakal ke arahnya.
“Mwo? Mertua? Jadi kau ingin jadi
istriku?” tanyanya cepat dengan intonasi senang.
Hyemi
mulai memicingkan matanya, melirik Jongwoon dari sudut matanya.
“YA! Jangan berpikir yang tidak-tidak!
Aku harus menyelesaikan kuliahku dulu sebelum menikah,” serunya cepat yang
semakin membuat Jongwoon terlihat puas.
Jongwoon
terkekeh sambil tersenyum menggoda dan tetap melirik nakal pada kekasihnya yang
sedang sibuk menggerutu di sampingnya.
“Yap!
Kita sampai,” seru Hyemi senang sambil melepas seat belt dan langsung meloncat keluar dari mobil setibanya mereka
di area pemakaman itu.
Jongwoon
yang melihatnya segera melepas seat belt-nya
dan berusaha mengejar langkah lebar kekasihnya itu. Ia bahkan belum sempat
mencegahnya dan Hyemi sudah melompat keluar dari mobil, berlari-lari kecil ke
arah satu makam yang selama setahun terakhir ini sering mereka kunjungi.
“Hey,
pelan-pelan sedikit. Makam Narin tidak mungkin berpindah tempat kalau kau tidak
segera ke sana, bukan?” ujar Jongwoon sambil menyejajarkan langkah mereka,
walaupun langkah Hyemi tetap lebih cepat dari langkahnya.
“Issh,
aku kan sudah tidak sabar ‘bertemu’ dengannya, Jongwoon,” cibir Hyemi sambil
memanyunkan bibirnya, membuat Jongwoon semakin tergoda untuk menciumnya.
Tanpa
memedulikan Jongwoon yang sedang tersenyum aneh di belakangnya, Hyemi terus
melangkahkan kedua kakinya ke arah sebuah makam yang sangat dikenalnya. Ya,
disanalah sahabat terbaiknya dimakamkan untuk selama-lamanya.
“Hey..
Aku datang lagi,” ucap Hyemi pelan sambil bersimpuh di sebelah makam itu.
Lalu
ia meletakkan buket bunga yang dibawanya ke depan pusara di depannya.
“Hari
ini aku bawakan bunga kesukaanmu, dan––hey lihatlah––Jongwoon bersikeras
memaksa untuk ikut,” ujar Hyemi lagi sambil melirik Jongwoon yang ikut
bersimpuh di sebelahnya. “Katanya ia ingin menyampaikan sesuatu yang belum
sempat ia katakan padamu,” ujar Hyemi lagi, kini dengan menatap Jongwoon dalam
dan penuh arti.
Jongwoon
sedikit menggaruk belakang kepalanya dan berdehem pelan. Kemudian ia menatap
makam di depannya dengan tulus.
“Ngg…
Hey, Narin. Lama tidak bertemu,” ujar Jongwoon yang mulai salah tingkah,
membuat Hyemi tersenyum kecil di sebelahnya. “Aku ingin mengatakan bahwa…
“Maaf..
Maaf untuk semua yang sudah kulakukan padamu dan juga.. Nara. Aku tidak
bermaksud untuk melukai perasaan kalian.
“Aku
juga tidak bermaksud untuk membuat Nara memilih untuk mengakhiri hidupnya. Saat
itu aku benar-benar bodoh.. Aku benar-benar tidak tahu yang kulakukan saat itu
adalah suatu kesalahan besar, sampai akhirnya aku disadarkan oleh sahabatmu
ini––Park Hyemi..”
Hyemi
menoleh pada Jongwoon dengan tatapan ‘kenapa-aku-dibawa-bawa?’.
“Dan
untuk Nara… Sampaikan permintaan maafku padanya di sana.. Aku tahu kalian
sedang menatapku dari atas sana. Sampai saat ini aku belum menemukan makamnya,
tapi aku janji aku akan segera menemukannya dan akan berkunjung sesering yang
kubisa untuk memohon maaf padanya.
“Terima
kasih. Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untuk menyatukan kami. Dan
bisa kau lihat sekarang kami sangat bahagia.
“Narin,
seandainya kau ada di sini, pasti kebersamaan kami akan semakin lengkap. Kau
tahu? Jungsoo-hyung sering
berandai-andai jika kau di sini. Ia berpikir akan lebih menyenangkan jika
adiknya bertambah satu.
“Dan
sekali lagi aku ingin minta maaf. Soal Nara… Aku benar-benar menyesal. Tidak
seharusnya aku memperlakukan dia seperti … sampah…”
Jongwoon
menghentikan ucapannya. Ia menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak ketika
mengucapkan nama Nara, nama gadis yang sudah ia perlakukan seperti sampah dulu.
Hyemi menyentuh pundak Jongwoon, mengusapnya. Air mata namja itu mulai membanjiri wajahnya dan membuat Hyemi tidak tahan
dengan itu.
“Uljima… Aku tahu semua itu memang sangat
berat untukmu…” ucap Hyemi seraya memapah Jongwoon untuk bangkit.
“Bye, Narin. Kami pulang dulu.
Kapan-kapan aku akan mengunjungimu lagi,” ujarnya riang sebelum memapah
Jongwoon pergi meninggalkan area pemakaman itu.
**
(Park Hyemi POV)
“Jadi
kau sudah tahu masalahku dengan Narin dan Nara?” tanya Jongwoon saat kami baru
saja sampai di apartemennya.
Entah
untuk apa ia membawaku ke sini, yang jelas aku harap ia tidak memperkosaku di
sini sebelum aku menyelesaikan kuliahku. Aku tidak mau perutku membuncit saat
wisuda nanti.
“Tentu
saja. Kau pikir selama ini aku terus-terusan tidak tahu tentang masalah besar
itu, hah?” jawabku enteng sambil membuka kulkas di pantry dan mengambil sebotol
jus.
“Sejak
kapan?” tanyanya seraya duduk di dekat meja makan, menatapku dengan antusias.
“Sejak
aku sadar dari koma dan Jungsoo-oppa
memberitahuku tentang kematian Narin,” jawabku lagi sambil mengelap jus yang
tersisa di sudut bibirku. “Dia memberitahuku semuanya.”
Ia
menatapku dengan tatapan tak percaya, sedangkan aku hanya membalasnya dengan
senyuman tipis.
“Kau
sudah tahu semuanya, tapi tidak pernah membahasnya denganku?”
“Buat
apa? Toh itu hanya masa lalu.”
Ia
mendesah frustasi, lalu menatapku dengan sudut matanya.
“Aku
merasa dipermainkan,” gumamnya yang membuatku susah payah menahan tawaku.
Hey,
kenapa aku baru sadar kalau wajahnya ketika kesal seperti ini sangat lucu?
“Seharusnya
aku yang berkata seperti itu, kau mendekatiku dulu hanya untuk menjadikanku
koleksi pacarmu saja, kan? Nappeun,”
sindirku sambil berpura-pura memasang raut wajah kesal.
“Hey,
maaf. Bukan maksudku…”
Aku
tidak memedulikan ucapannya dan langsung berjalan melewatinya ke arah ruang TV.
Ia mengikutiku dari belakang, mencoba meluluhkanku dengan kata-kata bujukannya.
Ia menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sesaat setelah aku duduk di atas sofa
empuknya ini.
“Yaa.. Park Hyemi, kenapa kau jadi
sensitif begini, hm?” tanyanya sembari mengusap pipiku dengan ibu jarinya, salah
satu siasatnya untuk merayuku.
“Eeeh,
jinjja? Aku sensitif? Perasaanmu
saja, Jongwoon. Mana mungkin aku sensitif,” ujarku sambil menjauhkan tangannya
dari wajahku dan tetap memanyunkan bibirku.
“Yaa… Jangan mengacuhkanku seperti ini.”
“Siapa
yang mengacuhkanmu?”
“Ini
buktinya, kau tidak menatapku sama sekali.”
Aku
menoleh padanya dan langsung menajamkan tatapanku, membuatnya semakin memasang
wajah memelasnya.
“Ayolah,
berhenti memasang wajah yang seperti itu,” pintanya sambil ber-aegyo ria yang membuat perutku melilit
ingin muntah.
“Issh…
Arraseo, jangan menunjukkan aegyo-mu lagi. Kau sama sekali tidak
pantas ber-aegyo dibandingkan
kemampuan aegyo Sungmin,” ujarku yang
langsung membuatnya menatapku horror. Ups… Dia cemburu ternyata.
“Ya! Park Hyemi, kau…” ucapnya murka yang
tertahan.
“Apa,
Sayang? Kenapa memanggilku seperti itu?” tanyaku dengan nada bicara yang
sedikit dipermanis. Sekarang giliranku merayunya.
“Hey,
kenapa menatapku seperti itu?” tanyaku lagi saat ia hanya menatapku dengan
kedua matanya yang memicing.
Sadar
usahaku merayunya tidak berhasil, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba
cara terakhir untuk membujuknya. Dengan cepat aku mendekatkan wajahku pada
wajahnya dan menempelkan bibirku tepat pada bibirnya. Awalnya ia kaget dengan
tindakan tiba-tibaku, tapi saat aku hendak menarik wajahku kembali, ia langsung
menahan tengkukku dan melumat bibirku pelan.
Ternyata
hanya ini satu-satunya cara paling ampuh untuk mematahkan sikap dingin namja aneh ini. Dan lihat sekarang, ia
bahkan belum melepaskan tautan bibir kami meskipun nafasku sudah terengah.
“Yaaa!!! Dibujuk seperti itu kau malah
keenakan!” seruku setelah mendorong dadanya dengan cukup sadis hingga tubuhnya
sedikit terpental ke belakang.
Ia
tersenyum puas sambil mengelap bibirnya yang sedikit basah.
“Aissh…
Hyemi sayang, lama-lama kau sudah mulai berani mencuri ciumanku. Bagaimana
nantinya jika kita sudah menikah, huh?” ucapnya dengan gestur malu-malu yang
benar-benar membuatku melotot menatapnya.
“Issh,
apa maksudmu? Kalau tahu begini aku tidak akan mau menciummu duluan,” ujarku
sambil melipat kedua tanganku dan memalingkan wajahku ke arah lain.
Dengan
cepat ia beringsut ke arahku dan memelukku dari samping, lalu memalingkan
wajahku ke arahnya dengan sebelah tangannya.
“Hey,
jangan begitu. Aku kan hanya bercanda,” katanya sambil terkekeh pelan, lalu
mengecup pipiku lembut.
“Bercandamu
aneh,” cibirku yang membuatnya kembali terkekeh.
“Ehm…
Hyemi…”
“Hm?”
“Bagaimana
kalau malam ini kau menginap di sini? Malam ini saja, ya?”
Aku
bergidik mendengar ucapannya, terlebih seringai yang entah sejak kapan muncul
di bibirnya yang tipis itu. Dan.. Oh, tidak! Tubuhku sudah dikunci dengan kedua
tangan besarnya, membuatku kembali bergidik ngeri dengan kemungkinan yang
berkecamuk di pikiranku saat ini.
“Ma..
mau apa kau? Jangan macam-macam! A..atau…”
“Atau
apa?”
Aku
merasa tubuhku semakin merinding dalam dekapannya mengingat aku tidak bisa
melakukan apa-apa selain pasrah dengan apa yang akan dia lakukan padaku.
“HUWAAAAA…
OPPA, EOMMA, APPA!!! TOLONG AKUUUUU!!!”
teriakku sambil memberontak dari dekapannya yang belum juga lepas ini,
sementara dia hanya tersenyum puas sambil menciumi pipiku secara bertubi-tubi.
Aku
bingung bagaimana mungkin aku bisa mencintai namja mesum plus aneh seperti dia. Padahal masih ada Sungmin yang
sudah bersedia menikahiku dulu. Tapi itu dulu sebelum aku memilih untuk kabur
bersama namja aneh ini.
Entahlah,
kalau aku tahu apa yang membuatku jatuh cinta pada namja setengah gila ini, itu tidak bisa disebut cinta kan?
-END-
YAAAAAA~~~~!
Akhirnya
selesai juga nih FF yang bikin kepala aku mumet plus benjol-benjol gara-gara
mikirinnya tiap malem. Hehehe :D
Maaf
yak kalo endingnya rada gaje atau gimana -___-v
Abisnya
cuma ide ini yang kepikiran pas nyelesain Part 10. Mian… mian…
Comment?
Tetap saya harapkan :D
Kritik?
Tetap saya hargai asalkan nggak kasar yah ;)
Makasih
buat semuanya yang udah mendukung dan mengikuti alur kisah Hyemi dan namja setengah gila a.k.a Kim Jong Woon
ini #BLETAK *dijitak Yesung*. *bow* XD
KAMSAHAMNIDAAAA~~! *lambai2
tangan* :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar